Selasa, 12 Juli 2011

ISLAM DAN MUHAMMAD : KAJIAN HISTORIS

(Sumber tulisan ini dikutip apa adanya dari salah seorang teman facebook dengan nama Badranaya.)


Apakah Muhammad pernah Hadir di Bumi ini?

oleh Badra Naya pada 02 Juli 2011 jam 13:31

Oleh DK.

Sebuah kehebohan terjadi di Jerman dikarenakan seorang sarjana Islam terkenal mengklaim bahwa sosok Muhammad mungkin tidak ada. Kritik seperti ini telah membuat masalah besar bagi agama-agama karena mereka melulu menekankan iman dan mengabaikan panggilan akal sehat untuk membuktikan sekaligus mendasarkan keyakinan mereka atas faktualitas sejarah yang diasumsikan.

Dua agama yang paling bermasalah dalam hal ini adalah Kristen dan Islam. Keduanya, tentu saja mengklaim Kristus sebagai nabi yang pernah hidup. Sebuah inti keyakinan Kristen - setidaknya untuk sebagian besar orang Kristen - adalah bahwa Yesus adalah perwujudan dari tuhan di bumi ini. Demikian pula, bagi umat Islam sangat penting mengimani bahwa Muhammad adalah seseorang yang nyata pernah ada dan pernah didikte oleh malaikat Jibril.

Ada tradisi yang cukup panjang dalam kekristenan yang berkaitan dengan historisitas Kristus. Kita semua tahu bahwa tidak ada bukti untuk keberadaannya. Bahkan ‘bukti’ Alkitab saling bertentangan. Injil menawarkan potret-potret yang bertentangan, tergantung pada agenda di balik penulisan dan perubahan berikutnya. Singkatnya, tidak ada jumlah penelitian sejarah yang dapat menyelesaikan pertanyaan apakah Kristus pernah hidup atau tidak, sedangkan analisis rasional dari teks dan kurangnya bukti pendukung akan menunjukkan bahwa ia nampaknya tidak pernah hidup.

Muhammad Sven Kalisch, ketua Studi Islam di Universitas Münster, telah menerapkan analisa historis seraup pada sosok Muhammad. Dan dia berkesimpulan hal yang serupa.

"Posisi saya sehubungan dengan kesejarahan keberadaan Muhammad, saya yakin bahwa baik keberadaannya maupun ketidakberadaannya tidak dapat dibuktikan," katanya. "Namun bagaimanapun, saya lebih condong bersandar pada ketidakberadaannya."

Masalah yang tercipta dari kesimpulan ini ialah Sven Kalisch dengan sendirinya merobohkan validasi Al-Qur'an.

Menurut tradisi Islam, Al Qur'an adalah hasil dari kunjungan Malaikat Jibril kepada Muhammad pada banyak kesempatan, mulai tahun 610 M dan berlangsung hingga 632 M. Muhamad sendiri, konon, tidak menuliskan apa yang dikatakan kepadanya : dia buta huruf. Pada awalnya, Islam bersandar pada tradisi lisan, meskipun pengikut Muhammad masing-masing menuliskan bagian-bagian dari apa yang mereka dengar.

Baru dua tahun setelah kematian Muhammad, ketika iman yang baru sudah mulai terpecah-pecah dan perang telah membunuh banyak dari mereka yang telah belajar Al Qur'an dengan cara menghafal, bahwa khalifah pertama, Abu Bakar, memerintahkan seluruh teks yang akan ditulis dalam versi definitif. Salinan tunggalpun diciptakan. Dua belas tahun kemudian, khalifah ketiga, 'Utsman, memerintahkan salinan tambahan agar dibuat. Codex Usman ini dianggap oleh kebanyakan umat Islam sebagai teks kanonik. Al-Qur'an, kemudian menurut klaim umat Islam, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan Al kitab Kristen dalam hal integritas tekstual.

Tentu saja, apa yang sebenarnya dikatakan Al Qur'an terbuka untuk interpretasi yang lebih luas. Dan jika Muhammad tidak ada, dari mana teks benar-benar datang ? Muslim percaya bahwa Qur'an adalah sempurna dan kata tak dapat diubah tuhan. Adalah penting bagi mereka untuk meyakini bahwa kata-kata dalam Qur'an didiktekan langsung lewat Jibril, sebagai perwakilan Allah, dan bahwa kata-kata itu telah ditangkap secara akurat.

Namun Kalisch mengambil pendekatan yang kurang literal dan lebih spiritual.

"Semua kitab suci adalah produk dari pikiran dan pengalaman manusia" kata Sven Kalisch. "Tuhan bekerja pada tingkat yang lebih spiritual" dia bersikukuh, "Teks-teks suci harus didekati sebagai ekspresi dari hubungan kita dengan (dan, mungkin, keinginan untuk) keilahian. Kitab-kitab ini juga produk dari waktu dan tempatnya masing-masing (yang tidak bisa dipaksakan untuk diaplikasikan sepanjang masa).

Hal ini tentu tidak akan menyenangkan kaum Muslim. Salah satu atraksi besar agama adalah bahwa ia menawarkan kepastian akan dunia antah berantah. Jika teks-teks kanonik agama yang anda yakini berubah menjadi tidak lebih dari karya manusia belaka yang berjuang untuk menemukan jawaban dan membentuk hubungan mereka dengan Tuhan, maka banyak kepastian akan terhapus sudah. Semua hal menjadi terbuka untuk interpretasi. Jawaban mudah pertanyaan bagi pertanyaan-pertanyaan seputar fondasi dan validitas iman mereka, seperti yang selama ini agama-agama bakukan dan sucikan, akan segera terhempaskan.

Setelah orang percaya mengakui bahwa tidak ada fakta di jantung iman mereka, mereka juga harus menghadapi konsekuensi tidak nyaman tentang klaim superioritas agama dan kitab mereka. Jika Perjanjian Baru hanyalah sebuah kisah mitos, jika Al Qur'an didasarkan pada ide-ide yang berputar-putar sekitar mitos, yang justru menjadi penghalang dan penghancur hubungan langsung manusia dengan Tuhan, maka keyakinan menjadi tak lebih dari sebuah gagasan atau angan-angan fantastis. Mereka yang masih bersikukuh akan validitas kesejarahan Muhammad atau Kristus, bahwa ia pernah hadir di bumi ini seharusnya berani memperlihatkan bukti yang valid tentang keberadaannya.

http://www.freeinfidel.com/2008/12/31/did-mohammed-walk-the-earth/


Muhammad Sven Kalisch


PROFESOR YANG DIGAJI UNTUK MENGAJAR MUSLIM JERMAN JUSTRU MENELURKAN KEGONCANGAN

oleh Badra Naya pada 06 Juli 2011 jam 18:35

Riset dari Muhammad Sven Kalisch, seorang Muslim mualaf dan Profesor Jerman pertama yang mengajar theologia islam, menyebabkan kegemparan di antara para muslim. Teorinya : Nabi Muhammad mungkin tidak pernah ada.

Oleh : Andrew Higgins

MÜNSTER, Jerman -- Muhammad Sven Kalisch, seorang mualaf dan Profesor Jerman pertama yang mengajar Theologia Islam, berpuasa pada waktu bulan Ramadhan, tidak mau berjabat tangan dengan wanita muslim lainnya, dan telah menghabiskan bertahun-tahun mempelajari kitab suci Islam. Islam, katanya, membimbing hidupnya. Begitu mengejutkan ketika Prof. Kalisch mengumumkan hasil riset theologisnya. Kesimpulannya : Nabi Muhammad mungkin tidak pernah ada.



Prof. Muhammad Sven Kalisch: Muhammad mungkin tak pernah ada dan Tuhan tidak pernah menulis kitab-kitab.

(Prof Muhammad Sven Kalisch : " Muhammad mungkin tak pernah ada dan Tuhan tidak pernah menulis kitab-kitab agama")

Theologia Islam Tanpa Muhammad

"Kami tidak mengira ia akan memiliki idea seperti ini", kata Thomas Bauer, seorang rekanan akademisi di Universitas Münster yang duduk pada sebuah komite yang menunnjuk Prof Kalisch. "Pandangan saya tentang Islam lebih ortodox dari pada dia, sekalipun saya bukan seorang Muslim”.

Ketika Prof Kalisch mulai menjabat tugas teologinya empat tahun lalu, ia terlihat sebagai bukti bahwa kesarjanaan Barat modern dapat berbaur dengan cara-cara Islam - dan melawan pengaruh radikal para pengkhotbah di Jerman. Dia dimasukkan dalam penugasan sebuah program baru di Münster, salah satu universitas Jerman tertua dan paling dihormati, melatih guru-guru di sekolah-sekolah negeri untuk mengajar siswa muslim tentang iman mereka.

Para pemimpin Muslim senang dan bergabung dengan dewan penasehat di Pusat Studi Agama. Para politisi memuji penunjukan Kalisch sebagai tanda kesiapan Jerman untuk menyerap sekitar tiga juta Muslim ke dalam masyarakat arus utama Jerman Tapi Andreas Pinkwart, seorang menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pendidikan tinggi di wilayah utara Jerman, mengatakan, “hasilnya memang mengecewakan”.

Prof Kalisch, yang menegaskan dirinya masih seorang muslim, mengatakan ia tahu ia akan mendapat masalah namun ia ingin Islam juga tunduk di bawah metoda analisa yang sama seperti pada Kristen dan Yudaisme. Ia mencatat bahwa sarjana-sarjana Jerman abad ke-19 adalah orang-orang pertama yang memunculkan pertanyaan tentang keakuratan sejarah Al kitab.

Banyak sarjana Islam mempertanyakan akurasi dari sumber-sumber kuno tentang kehidupan Muhammad. Biografi paling awal, yang mana tidak ada salinannya yang ada saat ini, tertanggal sekitar satu abad setelah tahun yang diterima secara umum sebagai tahun kematian Muhammad, yakni 632 M, dan hanya diketahui dari teks-teks rujukan lain yang rentangnya jauh setelah zaman itu. Namun hanya sedikit sarjana saja yang baru meragukan keberadaan Muhammad. Kebanyakan mengatakan bahwa hidup Muhammad didokumentasikan lebih baik daripada Yesus.

“Tentu saja Muhammad pernah hidup.” Sanggah Tilman Nagel, seorang sarjana di Göttingen dan penulis sebuah buku baru - Muhammad : Hidup dan Legendanya, “namun tentu saja ia berbeda dengan sosok sempurna karangan Tradisi Islam” Prof Nagel menambahkan, “tetapi cukup mengejutkan untuk mengatakan bahwa ribuan dan ribuan lagi halaman tentangnya semua adalah palsu" dan tidak pernah ada sosok tersebut.

Pada saat yang sama prof. Nagel telah menanda-tangani petisi untuk mendukung Prof. Kalisch, yang tengah menghadapi kritik yang luar biasa dari kelompok-kelompok muslim dan beberapa sarjana Jerman sekuler. “Kita tinggal di Eropa. Pendidikan harus didasari atas logika, bukan perasaan” tandasnya.

Pusat Studi Agama yang dipimpin oleh Prof Kalisch telah menghapus tanda namanya dan menghapus alamatya dari website. Sang profesor, seorang kekar yang masih berumur 42 tahun, mengatakan dia tidak menerima ancaman spesifik tetapi telah dikecam sebagai murtad dan penyerang besar dalam beberapa bacaan Islam.

“Mungkin orang-orang sedang berspekulasi bahwa seorang idiot akan datang dan memenggal kepalaku” katanya dalam suatu wawancara.

Beberapa menit kemudian, seorang asisten datang dengan panik, berkata bahwa sebuah jam digital yang mencurigakan baru saja ditemukan di lorong. Polisi kemudian dipanggil ke tempat itu dan menyatakan bahwa jam itu tidak berbahaya.

Beralih ke Islam sejak umur 15 tahun, Prof Kalisch menyatakan ia dulu memeluk Islam karena kelihatannya lebih rasional dari pada yang lain. Ia memeluk sebuah sekte dari Islam sy'iah yang karena dikenal dengan skeptisismenya. Setelah bekerja sebagai pengacara untuk waktu yang singkat, ia memulai thesis pasca-doktoralnya ditahun 2001 dalam masalah hukum Islam di Hamburg untuk menjalani proses yang rumit menjadi seorang professor di Jerman.

Serangan 11 September di AS tahun mengejutkan Kalisch, tetapi tidak membuatnya menyangkal imannya. Justru, setelah ia tiba di Münster University di tahun 2004, ia mengejutkan beberapa orang yang menganggapnya sangat konservatif. Samo Alrabaa, seorang sarjana di sebuah akademi terdekat, mengingat pernah menghadiri suatu kuliah yang dibawakan professor Kalisch dan kesal dengan pembelaan doktrin hukum Islam yang disebut, Sharia.

Secara sendirian, ia bergerak ke arah yang berbeda. Dia menghabiskan waktu meriset, mempertanyakan keberadaan Abraham, Musa dan Yesus. Kemudian “Aku berkata pada diri sendiri : Kamu sudah berurusan dengan agama Kristen dan Yudaisme tapi bagaimana dengan agamamu sendiri ? Apakah masih menerima begitu saja bahwa Muhammad pernah ada?”

Dia tidak memiliki keraguan pada awalnya, tapi perlahan-lahan keraguan itu muncul. Ia katakan bahwa ia kaget oleh kenyataan bahwa koin-koin pertama yang bertuliskan nama ‘Muhammad’ tidak muncul sampai abad ke-7 akhir, yakni enam dekade setelah agama itu lahir.

Dia bertukar pikiran dengan beberapa sarjana di Saarbrücken yang dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong gagasan tentang ketidak-beradaan Muhammad. Mereka mengklaim bahwa "Muhammad" bukan nama seseorang tetapi sebuah gelar kehormatan, dan bahwa Islam sebenarnya diawali sebagai aliran bid'ah Kristen.

Namun Prof Kalisch tidak menanggapi semua ini. Setelah berkontribusi untuk sebuah buku tentang Islam tahun lalu, ia menimbang keanehan-keanehan yang ada dan masih mengatakan bahwa keberadaan Muhammad “masih lebih mungkin ada daripada tidak ada”. Namun menjelang awal tahun ini (2008) pemikirannya telah bergeser “Semakin saya membaca, sosok sejarah (Muhammad) pada akar dari seluruh hal ini menjadi lebih dan lebih tidak mungkin” katanya.

Ia juga telah meragukan Qur'an. “Tuhan tidak pernah menulis kitab-kitab,” kata Prof. Kalisch. Sebagian muridnya mengingatkan akan pergantian arah pengajarannya. “Saya bahkan mulai berpikir kalau suatu saat ia sendiri yang tidak akan ada di bumi ini” kata salah satu muridnya. Beberapa memboykot kelas kuliahnya. Yang lain memuji keberanian dan kekritisannya.

Prof Kalisch mengatakan, “ia tidak pernah mengajarkan siswanya untuk hanya percaya apa yang Kalisch katakan” tapi berusaha untuk mengajari mereka untuk berpikir sendiri. Agama, katanya, adalah “tongkat” yang membantu orang percaya untuk mendapatkan “kebenaran spiritual di belakang kisah-kisahnya”. Baginya, yang penting adalah bukan apakah Muhammad benar-benar hidup tetapi filsafat yang disajikan dalam namanya.

Musim panas ini, perselisihan itu menjadi berita utama. Sebuah surat kabar Jerman berbahasa Turki melaporkannya dengan penuh semangat. Media di dunia Muslim mengangkat topik ini. Dewan Koordinasi Muslim Jerman mengundurkan diri dari dewan penasehat di pusat studi Prof. Kalisch. Koordinasi menarik diri dari dewan penasehat pusat Prof Kalisch. Beberapa anggota Dewan menolak menyapanya dengan nama adopsi Muslim, Muhammad, karena menganggap ia cukup dipanggil ‘Sven’ saja.

Para akademisi Jerman terbagi dua. Michael Marx, seorang sarjana Al Qur'an di Akademi Berlin-Brandenburg of Sciences, memperingatkan bahwa pandangan Prof Kalisch itu akan mendiskreditkan kesarjanaan Jerman dan membuat sulit bagi para sarjana Jerman untuk bekerja di negara Muslim. Tapi Ursula Spuler-Stegemann, seorang sarjana studi Islam di Universitas Marburg, membuat situs Web yang disebut solidaritymuhammadkalisch.com dan mulai meminta dukungan lewat sebuah petisi online.

( Ini alamatnya: http://www.solidaritymuhammadkalisch.com/)

Dikhawatirkan jika upaya perintisan penjangkauan muslim hanya akan memicu antagonisme, Universitas Münster memutuskan untuk memadamkan api. Prof Kalisch diberitahu bahwa dia masih bisa memegang jabatan profesor tetapi harus berhenti mengajar Islam untuk guru agama di masa depan.

Sang profesor mengatakan bahwa dia lebih yakin dari sebelumnya untuk tetap menggali imannya. Dia sedang menyelesaikan sebuah buku untuk menjelaskan pikirannya. Ini akan diterbitkan dalam Bahasa Inggris bukan Bahasa Jerman karena dia ingin membuat dampak yang lebih besar. “Saya yakin bahwa apa yang saya lakukan adalah diperlukan. Harus ada diskusi bebas tentang Islam” katanya.

—Almut Schoenfeld in Berlin contributed to this article.

Sumber : http://www.foundationforpluralism.com/WorldMuslimCongress/Articles/Should-Muslims-Play-the-Game-The-Wall-Street-Journal.asp


Wawancara dengan Muhammad Sven Kalisch: Akademisi Muslim Mempertanyakan Keberadaan Muhammad

oleh Badra Naya pada 07 Juli 2011 jam 8:47

Akademisi Muslim Mempertanyakan Keberadaan Muhammad

Berikut adalah terjemahan kutipan dari sebuah artikel berbahasa Jerman berjudul: “Theologia Islam Tanpa Muhammad Historis – Komentar atas Tantangan Metoda Kritik-Historis Dalam Pemikiran Islam” Oleh Profesor dari Jerman Muhammad Kalisch – seorang Muslim.

Sampai beberapa waktu lalu saya masih yakin jika Muhammad adalah sesosok tokoh dalam sejarah nyata. Walaupun saya selalu mendasarkan pemikiran saya pada asumsi bahwa narasi sejarah Islam mengenai Muhammad sangat tidak bisa diandalkan, saya tidak ragu bahwa setidaknya garis dasar biografinya secara historis benar.

Namun sekarang saya telah beralih dari posisi ini dan segera akan menerbitkan sebuah buku di mana saya akan, antara lain, mengomentari pertanyaan ini dan menjelaskan argumen saya lebih terinci. Esai ini hanya ringkasan pendek dari argumen saya yang paling penting. Hal ini juga berkaitan dengan pertanyaan tentang apa implikasi historis-kritis penelitian dalam teori Islam, dan bagaimana saya menyikapi hasil penelitian saya sebagai seorang teolog.

Berkenaan dengan sejarah keberadaan Muhammad ... Saya menganggap posisi saya hanya sebagai kelanjutan dari hasil penelitian terbaru. Hanya karena hasil riset ini diucapkan oleh saya sebagai seorang muslim, maka ini tampak begitu spektakuler... Kebanyakan ilmuwan Barat menolak hipotesa-hipotesa demikian hanya untuk menghormati Islam, atau karena mereka takut akan reaksi teman-teman Muslim mereka, atau karena umat muslim akan berpikir itu adalah omong kosong spekulatif.

Kata "menghormati" memang terdengar indah, namun sangat tidak tepat diterapkan di sini sebab kata ini mengacu pada makna sebaliknya. Siapapun yang mengira bahwa umat Muslim tidak bisa menghadapi fakta-fakta ini sama dengan menempatkan muslim pada tingkatan seperti halnya kanak-kanak yang tidak dapat berpikir dan memutuskan sendiri, yang ilusinya tentang Sinterklas dan Kelinci Paskah tidak mau dihancurkan.

Barangsiapa benar-benar mendasarkan pemikirannya atas kesetaraan semua manusia harus juga mengharapkan kinerja intelektual yang sama. Benar-benar memperlakukan Muslim dengan hormat akan berarti bahwa mereka cukup kuat untuk menyikapi agama mereka atas dasar tingkat pengetahuan modern kita. Para "Islamofobia" berpikir kita Muslim yang barbar, mereka adalah yang "baik hati" yang menganggap kita sebagai "orang-orang biadab yang mulia" ... Hasilnya adalah sama: umat Muslim dipandang sebagai berbeda dari seluruh dunia - mereka entah termasuk dalam sebuah "kebun binatang" atau sebagai hewan liar dalam kandang, tapi tetap saja sama-sama berada di kebun binatang.

Argumen terakhir ini bahkan lebih mengerikan, karena hanya dapat digambarkan sebagai pengecut. Fundamentalis agama menyebar keluar (tidak hanya fundamentalis Islam) dan kebebasan berpikir harus dibela tak peduli apapun resikonya. Tidak boleh ada kompromi dalam hal ini, kalau tidak, kita akan mundur lagi ke Abad Pertengahan, dan ini bisa terjadi jauh lebih cepat daripada yang banyak orang kira.

Posisi saya sehubungan dengan sejarah keberadaan Muhammad adalah bahwa saya percaya entah keberadaannya ataupun ketidak-beradaannya sama-sama tidak bisa dibuktikan. Namun demikian, saya, bersandar pada keyakinan akan ketidak-beradaannya, sekalipun tetap ini tidak bisa dibuktikan. Adalah kesan saya bahwa, kecuali ada beberapa penemuan arkeologi sensasional – seperti penemuan "Qumran" atau "Nag Hammadi" – dalam khazanah Islam, maka pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan Muhammad mungkin tidak akan pernah bisa diklarifikasi sampai final.

Sumber : http://online.wsj.com/article/SB122633888141714211.html


SKANDAL MEMPERLIHATKAN KELEMAHAN ISLAM

oleh Badra Naya pada 08 Juli 2011 jam 10:22

Oleh : Spengler

“Pernahkah anda dengar tentang seorang Gnostik Jerman?”

“Ia tidak bisa menjaga rahasia”

Seorang mistikus Jerman, begitulah Profesor Muhammad Sven Kalisch, seorang mualaf Jerman yang mengajar teologia Islam di Universitas Munster. Kalisch baru-baru ini telah meletakkan telur Gnostik di sarang Islam, menyatakan bahwa “Nabi Muhammad tidak pernah ada, setidaknya tidak dalam versi yang diceritakan dalam Tradisi Islam” klaim Kalisch. Mengingat bahwa Kalisch memegang jabatan akademis yang khusus didanai pemerintah untuk mengajar guru-guru Islam di sekolah-sekolah negeri di Jerman, maka skandal terjadi, pertama kali dilaporkan dalam media pers utama berbahasa Inggris oleh Andrew Higgins, Wall Street Journal edisi 15 November. (telah diterjemahkan, bisa lihat di: https://www.facebook.com/profile.php?id=100002468202231&sk=notes#!/note.php?note_id=114352858656987 )

Ketika dibaca lebih dekat, Kalisch ternyata menawarkan tantangan yang jauh lebih besar untuk Islam daripada para kritikus sekuler yang menolak klaim-klaim Islam. Judul yang menyatakan ‘Seorang Akademisi Muslim Memiliki Keraguan Atas Keberadaan Nabi Muhammad’ ternyata kurang menarik dari pada penjelasan mengapa ia memiliki keraguan seperti demikian. Kalisch tidak ingin menyakiti Islam, melainkan untuk mengungkapkan apa yang ia yakini sebagai sifat sejatinya. Dia berpendapat bahwa Islam benar-benar merupakan ajaran spiritual Gnostik yang menyamar dibalik mitos-mitos. Varian bid'ah Islam ala Kalisch mungkin cukup dekat dengan maksud asli dari agama untuk memprovokasi sebuah evaluasi ulang dari sumber-sumber asli.

Sebuah karya kasih dari dalam benteng teologi Islam sendiri akan menggenapi apa yang ketapel-ketapel milik para kritikus tidak dapat lakukan dari luar tembok. Kritik Alquran, telah saya paparkan selama bertahun-tahun (di sini dan di tempat lain - You say you want a reformation? Asia Times Online, August 5) adalah tumit Achilles-nya 'agama. Argumen tersebut telah dibuat oleh Elaine Pagels dan promotor lain tentang 'Injil Gnostik', dan itu ternyata keliru. Namun dalam kasus Islam, mungkin ini akurat.

Kalisch seorang Gnostik, percaya pada kebenaran-kebenaran rahasia rohaniah yang mendasari mitos-mitos yang dibuat untuk mendidik kaum awam. Tapi dia seorang Gnostik Jerman, Dan karenanya merasa perlu memaparkan rahasianya dalam makalah akademis yang menyeluruh dengan catatan kaki dan bibliografi yang luas. Ini adalah cara yang aneh dan tidak langsung memvalidasi diktum dari seorang teolog besar Yahudi Jerman, Franz Rosenzweig, yang menyatakan : Islam adalah parodi dari Yudaisme dan Kristen.

Adalah suatu persimpangan academis yang agak membingungkan sebagaimana Kalisch berpikir bahwa pertempuran besar agama akan diperjuangkan, bukan di konferensi akademik dan kesempatan foto dengan Paus. Sebagai contoh: Islamologists Katolik yang menyelenggarakan pertemuan sarjana Katolik dan Muslim di Roma 4 – 7 November membayangkan reformasi bertahap di dalam Islam melalui versi Turki yang lebih santai (lihat A Pyrrhic propaganda victory in Rome Asia Times Online, November 12, 2008 and Tin-opener theology from Turkey Asia Times Online, June 3, 2008). Meskipun upaya terbaik mereka pada pertemuan teratur dengan Islam, kejadian-kejadian lain tetap saja memiliki cara untuk menyalip mereka. Maret lalu, Paus Benediktus secara pribadi menerima jurnalis Italia kelahiran Mesir, Magdi Allam, ke dalam iman Katolik pada Malam Paskah. Pada Bulan September, Kalisch menjatuhkan bom sendiri. Dengan cara ini, justru lebih mematikan.

Sebenarnya, sebuah kelompok kecil sarjana Qur'an telah lama meragukan keberadaan Muhammad. Namun, alasan akademis mereka cukup menarik. Mereka mempertanyakan apakah bermanfaat mengekspos dugaan kejahatan yang dibuat oleh Nabi Muhammad, yang mana mungkin saja ia tidak pernah hidup (The Koranic quotations trap Asia Times Online, May 15, 2007). Awal tahun ini, saya melaporkan kemajuan para kritikus, serta munculnya terlambat dari harta karun-fotokopi naskah Qur'an yang disembunyikan oleh Islamologists Nazi (Indiana Jones meets the Da Vinci Code Asia Times Online, January 18, 2008) Nazi ternyata memiliki kepentingan Gnostik dalam Islam (mereka menyebutnya “Gnazis”). Naskah-naskah dan salinan sekarang di bawah kendali ulama utama di Universitas Berlin, dengan ikatan kepentingan yang mendalam dengan negara-negara Arab.

Kalisch adalah sarjana Muslim pertama yang mempersoalkan keberadaan Nabi, sambil tetap memeluk Islam. Jika Nabi tidak pernah ada, atau dalam kasus apapun tidak pernah mendikte Al Qur'an, “maka mungkin saja bahwa Qur'an benar-benar diilhami oleh Tuhan, narasi besar dari Allah, tetapi tidak didikte kata demi kata dari Allah kepada Nabi", katanya kepada sebuah koran Jerman. Kalisch, seorang Protestan Jerman yang masuk Islam ketika remaja dalam sebuah pencarian agama yang logis, Kalisch dapat hidup dengan alternatif membaca Islam. Sangat sedikit dari satu setengah milyar Muslim yang mampu seperti dia.

Selama berabad-abad Islam telah mempertahankan diri tidak mau tunduk pada kritik sejarah seperti halnya yang dikenakan pada Yudaisme dan Kristen. Tidak ada yang bisa menawarkan penjelasan alternatif untuk kegigihan yang unik dari orang-orang Yahudi setelah 30 abad kehidupan bangsa mereka terdokumentasikan. “Jika Musa tidak ada, lalu siapa yang membawa kami keluar dari Mesir?" tanggapan orang Yahudi kepada mereka yang skeptis. Ketika diceritakan bahwa mungkin mereka tidak keluar dari Mesir, orang-orang Yahudi akan menjawab, “Lalu apa yang kita lakukan di sini hari ini ?”

Orang Kristen, dengan cara yang sama, membaca tulisan-tulisan banyak individu yang entah bertemu dengan Yesus dari Nazaret atau menuliskan kisah-kisah Yesus dari tangan kedua, yang percaya bahwa ia adalah anak Allah. Namun bukti keilahian Yesus sepenuhnya tidak bisa dibuktikan. Jika Tuhannya orang Kristen ingin memerintah dengan keagungan dan kekuasaan, dia tidak akan datang ke bumi sebagai manusia untuk mati di kayu salib. Tuhannya Kristen meminta cinta dan iman, bukan ketertundukan di hadapan suatu keagungan. Orang Kristen tidak diminta untuk membuktikan yang tidak bisa dibuktikan, tetapi untuk mencintai dan percaya. Muslim memiliki masalah yang berbeda : jika Muhammad tidak menerima Al Qur'an dari Allah, lalu dengan apa mereka memulai keyakinannya? Kalisch memiliki sejenis jawaban yang hanya seorang akademisi Jerman bisa lakukan.

Kita hampir tidak memiliki sumber-sumber Islam yang asli dari dua abad pertama Islam” Kalisch meneliti dalam makalah-makalah berbahasa Jerman yang tersedia di Munster University. Sungguh suatu bacaan yang menarik, dan karena belum tersedia dalam Bahasa Inggris, saya mencoba menerjemahkan atau mengikhtisarkan beberapat poin penting. Kesalahan terjemahan interpretasi adalah milik saya sendiri.

Kalisch melanjutkan, "Dan bahkan ketika suatu sumber tampaknya datang dari periode ini, kehati-hatian tetap diperlukan penegasan belaka bahwa suatu sumber berasal dari abad pertama atau kedua dalam kalender Islam tidak punya arti apa-apa. Dan bahkan ketika sumber sebenarnya ditulis di abad pertama atau abad kedua, kecurigaan akan adanya suatu manipulasi dari waktu-waktu terkemudian masih harus dipertahankan. Kita tidak punya bukti yang kuat akan keaslian sumber-sumber islam sampai 3 abad pertama kalender Islam !

Kalisch mengamati, ini sangat mencurigakan: bagaimana bisa sebuah agama dunia muncul dari kevakuman maya sastrawi ? Apalagi sebuah agama besar, pasti menghasilkan juga bid'ah-bid'ah. Dimanakah bid'ah dan gnostik Islam?

Teolog-teolog Islam terkemudian tahu judul dari beberapa karya mereka, tetapi isinya sendiri sudah hilang. "Satu-satunya penjelasan atas kehilangan tersebut adalah bahwa hal itu sudah lama menjadi tidak dapat digunakan secara teologis" dia menuduh sumber-sumber Sy'iah tertentu.

Kalisch memperlihatkan karya terkenal dari Patricia Crone dan Martin Hinds, yang mana kritik mereka, dari versi yang bisa diterima, hanya disambut oleh sedikit saja cendikiawan Qur'an :

"It is a striking fact that such documentary evidence as survives from the Sufnayid period makes no mention of the messenger of god at all. The papyri do not refer to him. The Arabic inscriptions of the Arab-Sasanian coins only invoke Allah, not his rasul [messenger]; and the Arab-Byzantine bronze coins on which Muhammad appears as rasul Allah, previously dated to the Sufyanid period, have not been placed in that of the Marwanids. Even the two surviving pre-Marwanid tombstones fail to mention the rasul".

Adalah fakta yang mencolok bahwa bukti dokumenter dari periode Sufyanid tidak pernah menyebutkan tentang ‘Utusan Allah sama sekali. Semua Papirus tidak merujuk kepadanya (Muhammad). Inskripsi-inskripsi pada koin-koin Arab-Sasania hanya bertuliskan Allah, tanpa ada frasa ‘ utusan-Nya’ [Muhammad], dan koin perunggu Arab-Bizantium dimana Muhammad muncul sebagai rasul Allah, yang sebelumnya tertanggal pada periode Sufyanid, belum ditempatkan sebagai periode Marwanids. Bahkan dua batu nisan pra-Marwanid tidak pernah menyebutkan tentang utusan Allah.
"Skandal besar dalam tradisi Islam adalah tidak adanya formulasi Islam dari koin dan monumen yang berasal dari dua abad pertama, serta adanya materi-materi yang jelas tidak kompatibel dengan Islam. Koin dan prasasti yang ada tidak sesuai dengan penulisan sejarah Islam, ”Kalisch menyimpulkan validitas riset karya yang lebih lama, termasuk Yehuda Nevo dan Judith Koren dalam ‘Crossroads to Islam’.

Prasasti tertua dengan formulasi "Muhammad Rasulullah" adalah ditemukan pada tahun ke-66 perhitungan Islam (688 M), dan setelah itu digunakan terus menerus. Tetapi ada juga koin yang ditemukan di Palestina, mungkin dicetak di Amman, di mana kata "Muhammad" ditemukan dalam tulisan Arab di satu sisi, dan gambar seorang pria memegang sebuah salib di sisi lain (gambar Yesus). Kalisch mengutip ini dan selusin contoh-contoh lain. Mengutip Nevo - Koren dan sumber-sumber lainnya, Kalisch juga menerima bukti bahwa tidak ada penaklukan Islam terjadi seperti yang disajikan dalam sumber-sumber Tradisi Islam terkemudian, melainkan suatu pengambil-alihan kekuasaan secara damai dari kekaisaran Bizantium kepada sekutu-sekutu lokalnya, Bangsa Arab.

Kalisch melanjutkan paparannya, “Yang pasti, berbagai penjelasan adalah memungkinkan menyangkut kurangnya penyebutan Nabi pada periode awal Islam, dan itu tidak membuktikan ketidak-beradaan Muhammad historis. Tapi yang paling menakjubkan, dan membawa kita pada pertanyaan besar, apa sih signifikansi Muhammad bagi umat Muslim yang asli jika seandainya ia memang ada?” (penerjemah : Maksud Kalisch adalah, jika pun Muhammad memang ada, apakah ia benar-benar penting seperti pandangan & keyakinan umat islam saat ini? Jikalau ia memang penting, mengapa ia tidak pernah muncul dalam prasasti dan dokumen manapun? Bahkan nama Muhammad pada koin, justru bergambar Yesus yang sedang membawa salib!).

Bukti-bukti numismatik (koin-koin logam dari zaman tersebut), arkeologi, kritik sumber dan lainnya yang bertentangan dengan versi Tradisi Muslim telah dengan baik dikembangkan dan dikemukakan oleh para sarjana. Tetapi tidak pernah diterima oleh orientalis arus utama. Orang yang sinis mungkin menunjukkan fakta bahwa sebagian besar program studi Timur Tengah di Barat dewasa ini didanai oleh pemerintah Negara-negara Islam, atau tergantung pada kemauan baik dari pemerintah Timur Tengah akan akses ke sumber-sumber bahan. Bagaimanapun para akademisi tidak hanya korup,tetapi juga mudah percaya.

Timbul pertanyaan : jika Muhamad tidak pernah ada, atau dia tidak hidup sebagaimana yang digambarkan selama ini, mengapa begitu banyak usaha dikhususkan dalam tahun-tahun kemudian untuk membuat ribuan halaman dokumentasi palsu dalam Hadis dan cara-cara lain?

Jika mengapa Muhammad adalah kisah yang dikarang-karang, oleh siapa, dan untuk tujuan apa? Kisah Hijriyah, berpindahnya Muhammad dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 diduga menyediakan petunjuk. Menurut Kalisch. “Tidak ada nabi disebutkan dalam Al Qur'an sesering Musa. Dan tradisi Islam selalu menekankan kesamaan yang banyak antara Musa dan Muhammad,” tulisnya. “Kisah sentral dalam kehidupan Musa, adalah hijrahnya Bani Israel yang tertindas dari Mesir ke Tanah Terjanjikan, dan peristiwa sentral dalam kehidupan Muhammad adalah hijrahnya umat yang tertindas keluar dari Mekah ke Madinah ... Kecurigaan besar muncul di sini bahwa Hijriyah muncul hanya untuk alasan ini dalam kisah Nabi, karena gambaran kisah Muhammad harus meniru gambaran Musa”.

Lebih jauh lagi, “Citra Yesus juga dilihat sebagai Musa yang baru. Keterhubungan Muhammad dengan sosok Yesus disajikan dalam tradisi Islam melalui putrinya Fatimah, yang diidentifikasi sebagai Maria…. Paralelisme Fatimah-Maria-Isis sudah dikenal oleh para peneliti. Dengan diambil alihnya Mekkah, Muhammad setidaknya kembali ke titik asalnya. Jadi kita memiliki struktur melingkar khas mitologis, di mana awal dan akhir adalah identik. struktur melingkar Gnostik menghadirkan konsep tentang kembalinya jiwa ke tempat asalnya. Jiwa untuk suatu saat dipisahkan dari asal-usulnya, dan harus kembali ke sana demi keselamatannya”

Kalisch menyimpulkan bahwa Islam itu sendiri bermula dari sebuah ajaran Gnosis, sebuah ajaran rahasia mirip dengan sumber-sumber Kristen Gnostik yang ditolak oleh para Bapa Gereja. "Mitos-mitos Muhammad bisa jadi produk dari Gnosis, yang ingin menyajikan teologi dalam sebuah mitos baru dan asli dengan protagonis baru, namun sebenarnya adalah protagonis lama (Musa, Yesus). Bagi penganut Gnostik hal ini selalu jelas, bahwa kisah-kisah ini bukanlah kisah kebenaran sejarah, melainkan teologi. Musa, Yesus dan Muhammad hanya karakterisasi yang berbeda dari seorang pahlawan mistis atau anak Allah, yang akan menggambarkan suatu ajaran spiritual lama dalam bentuk mitikal "

Dia jelaskan,

Dalam Gnosis Islam, Muhammad muncul bersama [anggota keluarganya] Ali, Fathimah, Hasan dan Hussein sebagai kekuatan kosmik ... Abu Mansur al Igli, seorang gnostis, mengklaim bahwa Allah pertama kali menciptakan Yesus, dan kemudian Ali. Di sini tampaknya kita masih memiliki Kristus Kosmik. Jika Gnosis Kristen ada, maka demikian pula Gnostik Islam. Kemudian di dunia Arab Kristus Kosmik mengalami perubahan nama menjadi Muhammad. Dan Muhammad kosmik ini disajikan sebagai edisi baru dari Mitos Musa dan Yosua (= Yesus) sebagai nabi Arab”.

Haus akan rahasia kebijaksanaan menarik Kalisch kepada Islam sejak remaja, dan membuatnya tetap dalam imannya meskipun kritik menghancurkannya. Sebagaimana ia tulis : Ajaran-ajaran mistisisme Islam tidak secara khusus milik Islam. Ajaran-ajaran ini bagaikan mata uang cetakan baru dalam percetakan filsafat perennial, yang ditemukan di mana-mana di dunia dalam berbagai tradisi ... Bagi saya, filsafat perennial adalah apa yang Al Quran maksudkan ketika ia berbicara tentang sebuah ajaran yang Tuhan bawa kepada umat manusia di segala zaman”.

Pandangan saya sendiri pada subjek mistisisme Islam yang terkandung dalam sebuah esai terakhir, (Sufism, sodomy and Satan Asia Times Online, August 12, 2008). Perlu dicatat bahwa Kalisch menganut sebuah sekte minoritas dalam minoritas Syi'ah saat ini dalam Islam, yakni varian Zaidi. Kesimpulannya akan meyakinkan sedikit orang saja dalam arus utama Islam. Tapi karyanya menunjukkan kerentanan besar Islam. Seperti yang saya tulis beberapa bulan lalu, para Yesuit Jerman yang menyarankan Vatikan dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan Islam untuk berinvestasi dalam pembentukan moderat Islam Sunni di Turki, dan pada departemen teologi di University of Ankara secara khusus Tin-opener theology from Turkey Asia Times Online, June 3, 2008).

Mungkin hal ini dapat dilihat dari berbagai macam varian dan kecenderungan bid'ah dalam Islam. Sesuatu yang sangat kuno dan asli seluruhnya lama terkubur dalam Islam mungkin berjuang ke permukaan. Telur burung itu seakan-akan menunggu saatnya untuk menetas. Perlu dicatat bahwa komunitas Islam Alevi Jerman (yang mana di Turki sendiri Alevi memiliki penganut 5 – 15 juta jiwa) mengungkapkan solidaritas mereka pada Kalisch ketika ia diancam oleh organisasi muslim lainnya.

Datang dari kaum minoritas dalam minoritas, Kalisch telah menawarkan penjelasan baru dan kredibel dari motif di balik carut-marut besar sumber-sumber Islam selama abad kedua dan ketiga sejarah agama tersebut. Saya tidak bisa mengevaluasi penanganan Kalisch terhadap sumber-sumber itu, tetapi prinsip yang ia kemukakan masuk akal. Ini adalah retakan lainnya dalam bangunan Islam, tetapi suatu retakan yang paling berbahaya, karena datang dari dalam.

sumber : http://www.atimes.com/atimes/Front_Page/JK18Aa02.htm


MUHAMMAD : MITOS ATAU FAKTA SEJARAH ?

oleh Badra Naya pada 11 Juli 2011 jam 1:17

DAFTAR ISI

Prakata Dari Penerjemah

Daftar Isi

Pengantar Dari Penerjemah : Muhammad Mitos atau Fakta Sejarah

Bab 1. Tahun Gajah

Bab 2. Kapan dan Dimana Mekkah Ada ? Kaabah, Membongkar Kesucian Ritual Haji

Bab 3. Kapan Mekkah Mulai Ada ? Maqam Ibrahim, Al Rukn, Abel Beth Maacah

Bab 4. Siapakah Suku Quraysh ?

Bab 5. Dimanakah Muhammad Hidup Jika Tidak di Mekkah ? Mengapa Mekkah ?

Bab 6. Siapa dan Kapan Muhammad Pernah Hidup ? Siapa Yang Menciptakan Quran ?

Bab 7. Mempertimbangkan MHMD (T) : Sebuah Nama Pribadi atau Gelar ?

Bab 8. Mempertimbangkan Apakah MHMD (T) : Prasasti di Kubah Batu, Penanggalan Hijriah

Kesimpulan


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH ?

oleh Badra Naya pada 11 Juli 2011 jam 1:06

PRAKATA DARI PENERJEMAH

Terus terang, saya tidak suka blog Faith Freedom Indonesia, sebab sekalipun ada banyak informasi yang baik tersedia di sana, namun isinya kebanyakan diselingi cacian dan ejekan. Mungkin memang bangsa ini senang dengan gaya-gaya seperti itu, saya tidak tahu.

Namun suatu saat seseorang di FB memperlihatkan gambar koin Arab yang bertuliskan MHMT dan bergambar Yesus yang memegang salib. Tentu saja ini menarik minat saya. Maka saya langsung menelusuri dan mencari tahu tentang koin-koin Arab itu lebih lanjut. Saya berselancar di dunia maya dan akhirnya mata saya tertambat pada situs Faith Freedom International Forum dan menemukan informasi yang sangat penting, mendidik, dan tentu akademis, tentang kajian Historisitas Nabi Muhammad dengan judul MUHAMMAD – MYTH VS REALITY yang diposting oleh seorang member dengan nickname “The Cat”.

Setelah saya membaca, saya bertekad untuk menerjemahkannya untuk para pembaca, demi suatu pembelajaran yang baik tentang sejarah agama Islam yang didasarkan atas penelusuran rekam jejak yang kredibel serta bukti-bukti yang valid.

Satu hal yang seyogyanya para pembaca ketahui bahwa tujuan saya menerjemahkan ini bukan dimotivasi oleh misi Kristen. Begitu mudah orang Islam menuduh semua kritikan yang dilontarkan padanya selalu dibalas dengan asumsi “ah itu kan konspirasi Kristen, Barat dan Yahudi.” Dan saya rasa sudah seharusnya kita membuang jauh-jauh prasangka bodoh semacam itu.

Untuk diketahui bahwa sang penggagas thread itu sendiri, The Cat, justru lebih banyak mengutip artikel-artikel dari para penulis cendikiawan Islam sendiri, yaitu di www. free-minds.org. Di situs tersebut anda bisa membaca sendiri pemikiran-pemikiran para kritikus Islam dari dalam tubuh Islam sendiri.

Motivasi saya menerjemahkan semua ini agar semakin banyak informasi mendidik yang didasarkan pada riset-riset analisis historis dan analisa akademis lainnya. Sudah saatnya masyarakat kita mulai berpikir rasional dan melihat bahwa klaim-klaim kebenaran agama akan supremasi ajaran dan tradisinya, melulu hanya pembenaran sepihak dan tidak berdasar, baik secara sejarah maupun akal sehat.

Selama ini wacana berpikir umat suatu agama ketika menatap agama lainnya selalu disertai dengan paradigma claim of truth; bahwa agama saya yang benar dan agama yang lain tidak atau kurang benar, sudah dipalsukan, tidak menjamin masuk syurga dsb. Hasrat untuk mempelajari agama lainpun dimotivasi untuk mencari ayat-ayat yang bisa meneguhkan supremasi tokoh agamanya sendiri. Lihatlah bagaimana Kristen merasa bahwa Yesus adalah mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama, sehingga orang Yahudi yang menolak kemesiasan Yesus akhirnya didiskriminasi dalam sejarah peradaban Eropa. Lihat pula bagaimana Islam mengklaim bahwa Muhammad telah diramalkan oleh Yesus dan Musa dengan mengklaim ayat-ayat tertentu dan menafsirkannya secara serampangan dan tendensius, sehingga mereka yang tidak percaya kenabian Muhammad dianggap pendusta kitabnya sendiri. Lebih parah lagi klaim-klaim bahwa Muhammad telah diramalkan dalam kitab-kitab Hindu sebagai Kalki, avatar yang akan datang, dan sebagai Maitreya Buddha yang akan datang dsb. Saya rasa kebodohan semacam itu sudah seharusnya dihapus jauh-jauh dari cara berpikir anak-anak bangsa ini.

Bagi saya, agama adalah budaya yang disucikan begitu rupa oleh manusia yang tidak mau berpikir kritis dan hanya menekankan romantisme psikologi masa lalu. Agama adalah produk budaya manusia, dan semua kitab suci agama adalah karya manusia. Tidak ada Tuhan yang berinisiatif menelurkan suatu agama tertentu dan menolak agama tertentu. Tidak ada suatu Tuhan yang mencintai umat tertentu dan menolak umat lainnya karena tidak mempercayai ajaran-ajaran agama tertentu. Sederhananya, baik itu agama, kitab suci dan konsep Tuhan adalah buatan manusia.

Kerinduan manusia untuk mencari makna hidup dan selaras dengan dirinya dan sesama.

Menjalani hidup yang bermakna dan bermartabat tidak melulu harus bersandar kepada satu agama dan kemudian memandang remeh agama-agama lainnya. Meyakini sesuatu ajaran adalah hak asasi, begitu pula dengan mengkritisi dan tidak meyakininya, sama-sama suatu hak. Ada kebebasan untuk meyakini (freedom to believe), ada juga kebebasan untuk tidak meyakini (freedom to disbelieve). Untuk meyakini dan tidak meyakini, justru perlu adanya bukti-bukti yang mendukung, baik secara materiel ataupun kognisi yang sehat. Hanya bermodalkan percaya saja, seperti yang agama-agama ajarkan saat ini, terbukti hanya menjadikan pemeluknya bersikap apatis, diskriminatif, fundamentalis, radikal, bahkan tidak aneh atas nama Tuhan dan agama, kekerasan dan tindakan tidak manusiawi dihalalkan.

Sudah sangat mendesak bagi anak-anak bangsa ini untuk tidak memandang agama sebagai suatu hadiah yang diturunkan dari syurga oleh suatu sosok penyelenggara ilahi yang masih diskriminatif, bias gender dan impulsif dengan kekerasan, suatu Tuhan bersosok yang hanya pas dibayangkan oleh orang-orang primitif abad-abad lalu yang culas dan penuh prasangka primordial dan ambisi-ambisi politik kejam.

Karena ini diambil dari forum, maka kadang ada bagian-bagian yang tampak meloncat-loncat sesuai dengan kondisi dan arus komunikasi para member di dalamnya. Untuk itu penerjemah mengambil inisiatif untuk menjembatani lompatan-lompatan topik yang tiba-tiba, dengan kata-kata dari penerjemah sendiri, tentu dalam porsi yang minimal. Termasuk ketika penerjemah berinisiatif memberi pengantar sebelum memasuki bab pertama dan merekonstruksi beberapa fragmen dan gambar agar bisa cocok dengan isu-isu yang dipaparkan.

Bagi anda yang tidak merasa senang dengan isi dari himpunan artikel ini, saya persilahkan untuk mengunjungi alamat web

http://indonesian.faithfreedom.org/~faithfre/forum09/viewtopic.php?f=20&t=5518&sid=5f02a85efa42508298495e02577315dd

dan langsung berdebat dengan ‘The Cat’ - sang penggagas threadnya, dalam Bahasa Inggris tentunya.

Terima kasih.


PENGANTAR DARI PENERJEMAH

oleh Badra Naya pada 11 Juli 2011 jam 2:03

MUHAMMAD : MITOS ATAU FAKTA SEJARAH?

Topik bahasan ini akan berfokus pada analisa figur Muhammad dari sisi sejarah yang melingkupi keberadaannya, dengan menyandingkan tradisi Islam, yang didasarkan pada transmisi kisah dari generasi ke generasi lain mulai dari Sirah Nabi karya ibnu Hisyam, versus metoda keilmuan Barat, yang mendekatinya lewat penggalian sumber-sumber sejarah yang ada untuk menemukan valid atau tidaknya klaim tradisi Islam.

Bahasan kita akan dimulai dari peristiwa kelahiran Muhammad sendiri, yang menurut tradisi Islam terjadi pada saat percobaan penyerangan kota Mekkah oleh Raja Abrahah dengan pasukannya yang menunggang gajah. Benarkah kejadian sejarahnya seperti demikian ? Atau kisah kelahirannya hanya mitos dan legenda belaka ? Ini akan dibahas di bab 1.

Setelah itu, kita akan beralih pada keberadaan kota Mekkah sendiri, yang menurut klaim tradisi Islam sebagai kota perdagangan, bahkan induk peradaban dunia. Apakah Mekkah dan Kaabah memang telah ada semenjak sebelum kelahiran Islam? Apakah yang ada di balik ritual haji ? Ini akan dibahas di bab 2 & 3.

Menyoal kelahiran Muhammad, dan kota Mekkah, kita akan membahas benar tidaknya keberadaan suku Quraisy yang menurut tradisi Islam, adalah suku yang berkuasa di Mekkah dan diserahi tanggung jawab untuk mengurusi Kaabah. Beberapa topik besar ini akan dibahas di bab 4.

Kemudian di bab 5 kita akan mencari kemungkinan penggambaran tempat yang dideskripsikan sebagai Mekkah yang sebenarnya, yang diduga bukan terletak di provinsi Hijaz di Arab pusat sekarang. Juga kita akan mencari kemungkinan dimana tempat seseorang yang nantinya akan dikenal sebagai Muhammad, Nabi dari Arab ini. Yang tentunya, menurut analisa historis yang tajam, bukan barasal dari Mekkah.

Di Bab 6 kita akan membuka tirai-tirai yang menyelimuti sosok Muhammad siapakah kira-kira model-model yang dijadikan penggambaran sosok Muhammad dalam Tradisi Islam, jika memang Muhammad historis, seperti yang dikisahkan dalam tradisi Islam tidak benar-benar ada, dan hanya berupa kisah buatan belaka yang dikarang 200 tahun setelah pergerakan Arab di Jazirah Arab, demi untuk menutupi lubang besar kesejarahan keberadaannya.

Pada Bab 7 kita akan mendalami arti dan signifikansi kata Muhammad itu sendiri pada awalnya, jauh sebelum dibentuk oleh tradisi Islam di jaman Dinasti Abassid. Menyadari betapa jarangnya kata Muhammad tertulis dalam Alquran, membuat para ulama di abad ke-8 berlomba-lomba mengumpulkan kisah-kisah kabar burung tentang Nabi ini. Benarkah Muhammad adalah Sang Penghibur yang dijanjikan dalam Injil Yohanes ? Kita akan melihat pembahasan tersebut di bab ini.

Dan terakhir pada Bab 8 kita akan menguak rahasia Prasasti di Kubah Batu, benarkah prasasti ini dibuat di zaman Abdul Malik atau zaman sesudahnya? Dan tentu saja terakhir, berakhir pada kesimpulan. Semoga artikel-artikel ini dapat menjadi pemikiran-pemikiran bernas dalam khazanah berpikir anak-anak bangsa kita.


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH

oleh Badra Naya pada 11 Juli 2011 jam 12:06

Bab 1

TAHUN GAJAH

Tradisi Islam mengatakan bahwa Muhammad lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Kejadian kelahirannya berkaitan dengan invasi Arab Selatan oleh Raja Abrahah yang berbaris ke Mekkah, gajahnya (bernama 'Mahmud') menolak untuk memasuki kota, agar tidak membahayakan Kaabah !

Kejadian ini tercatat dalam QS 105 : 1-5

  1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ?
  2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?,
  3. dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
  4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
  5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Lihat juga tentang Raja Abraha :

http://en.wikipedia.org/wiki/Abraha

http://www.muhammadanreality.com/yearelephant.htm

Namun ternyata kisah tersebut hanyalah mitos belaka, sebab kita menemukan sebuah prasasti yang melemahkan klaim Islam tentang serbuan Raja Abrahah ke Mekkah yang gagal di tahun 570 M. Bahkan tidak pernah tercatat ada kota bernama Mekkah yang ia coba tundukkan. Sejarah mencatat bahwa Raja Abrahah berhasil menundukan Arab Utara pada tahun 552, bukannya kalah seperti yang dicatat oleh Qur'an. Lihatlah bukti prasasti ini, saya sertakan teks bahasa Inggrisnya :


Prasasti ini tertanggal 552 M dan tertulis :

"With the power of the Almighty, and His Messiah King Abraha Zeebman, the King of Saba'a, Zuridan, and Hadrmaut and Yemen and the tribes (on) the mountains and the coast wrote these lines on his battle against the tribe of Ma'ad (in) the battle of al-Rabiya in the month of "Dhu al Thabithan" and fought all of Bani A'amir and appointed the King Abi Jabar with Kinda and Al, Bishar bin Hasan with Sa'ad, Murad, and Hadarmaut in front of the army against Bani Amir of Kinda. and Al in Zu Markh valley and Murad and Sa'ad in Manha valley on the way to Turban and killed and captured and took the booty in large quantities and the King and fought at Halban and reached Ma'ad and took booty and prisoners, and after that, conquered Omro bin al-Munzir. (Abraha) appointed the son (of Omro) as the ruler and returned from Hal Ban (halban) with the power of the Almighty in the month of Zu A'allan in the year sixty-two and six hundred."

"Dengan kekuatan dari Yang Maha Kuasa dan Mesias-Nya, Raja Abrahah Zeebman, Raja Saba'a, Zuridan, dan Hadrmaut dan Yaman dan suku-suku (di) pegunungan dan pantai menulis baris-baris prasasti ini pada pertempuran melawan suku Ma'ad (dalam) pertempuran al-Rabiya pada bulan "Dhu al Thabithan" dan berjuang semua Bani A'amir dan mengangkat Raja Abi Jabar dengan Kinda dan Al bin, Bishar Hasan dengan Sa'ad, Murad, dan Hadarmaut di depan tentara melawan Bani Amir Agak dan Al di lembah Zu Markh dan Murad. dan Sa'ad di lembah Manha dalam perjalanan ke Turban dan membunuh dan menangkap dan mengambil jarahan dalam jumlah besar dan Raja dan bertempur di Halban dan mencapai Ma'ad dan mengambil jarahan dan narapidana, dan setelah itu, menaklukkan Omro bin al-Munzir. (Abrahah) mengangkat anak (dari Omro) sebagai penguasa dan kembali dari Hal Ban (halban) dengan kekuatan Mahakuasa dalam bulan Zu A'allan di tahun enam puluh dua dan enam ratus. Pent - (penanggalan mereka) "

Saya kutip dari :

http://free-minds.org/forum/index.php?topic=9389.0;wap2

Kita semua melihat dengan jelas bahwa ekspedisi Abrahah ini dijelaskan secara rinci dan bertentangan dengan dongeng yang kita dengar dari Ibnu Ishaq dan para tradisionalis. Sama sekali tidak ada penyebutan apapun yang berhubungan dengan Ka'bah atau Mekah. Prasasti itu tidak menyebutkan gajah. Mengingat fakta bahwa membawa gajah ke padang gurun adalah sangat tidak praktis, yang berarti harus membawa banyak cadangan air di tubuhnya. Jadi jelas Abrahah tidak menunggang gajah.

Seperti yang kita lihat bahwa kisah Raja Abrahah adalah kisah kegemilangan, yang berarti kisah kekalahan bagi Bangsa Arab. Namun sebaliknya cerita desas-desus dari orang-orang seperti Ibnu Ishaq diisi dengan rincian menakjubkan, ketegangan, dan drama kemenangan bagi Arab. Mereka menangkap imajinasi orang dengan detail yang luar biasa dari karakter seorang pria tua lemah (tokoh fiktif - Abdul Muthalib) yang berdiri di tengah-tengah barisan Tentara Abrahah. Cerita-cerita fiksi ini memiliki detil menakjubkan tentang gajah dan kutukan pada tentara Raja Abrahah sehingga mereka jatuh dll.

Cerita desas-desus yang dikarang kaum Arab 200 tahun setelah kejadian faktualnya memang memiliki nilai hiburan yang sangat tinggi dan menarik massa seperti halnya film-film Hollywood, namun sama sekali tidak memiliki nilai bagi mereka yang tertarik pada kebenaran sejarah.

Sebagai catatan tambahan, tanggal prasasti itu ketika dikonversi setara dengan tahun 552 M. Menurut kisah tradisi muslim, yaitu Sirat Nabi, Muhammad lahir pada tahun 570 M bertepatan dengan ekspedisi Raja Abrahah. Berarti ada rentang 20 tahun ketidaksesuaian antara fakta sejarah dengan tradisi Islam.

Fakta ini tentu saja menciptakan masalah besar bagi para tradisionalis. Sekarang mereka harus merevisi seluruh Sirat / kisah nabi, atau mereka harus membuang semua Hadis mereka untuk satu alasan logis yang sederhana, yaitu semua angka penanggalan harus dikurangi 20 tahun agar sesuai dengan fakta sejarah.

Tambahan pendalaman tentang Tahun Gajah dan Surah 105

http://www.free-minds.org/petra

Untuk menegaskan legitimasi mereka, Bani Hasyim, yang darinya akan menjadi Dinasti Abbasiyah, mulai mempromosikan kemenangan kaum Arab yang dipimpin oleh Abdul Muthalib melawan Abrahah. Dinasti Abbasiyah secara resmi mendasarkan klaim leluhur mereka dari keturunan Abbas bin Abdul-Muththalib. Klaim ini saja sudah merupakan indikasi yang jelas mengapa mereka cenderung mempromosikan cerita kemenangan seperti ini.

Sebuah catatan yang sangat membingungkan dalam penaklukan Muslim awal adalah bahwa pertempuran Qadisiyyah. Ini adalah pertempuran kaum Muslimin melawan Sassanid / Pehlavi kekuatan di 636 M. Gajah-gajah yang ditunggangi tentara Persia membuat kavaleri Arab ketakutan, dan berhasil menciptakan kebingungan massa di antara pejuang Arab selama dua hari berturut-turut. Pada hari ketiga pertempuran, tentara Muslim berhasil menakut-nakuti gajah Persia melalui berbagai trik improvisasi. Ketika seorang prajurit Arab berhasil membunuh gajah pemimpin, sisanya melarikan diri dan menginjak-injak tentara musuh. Orang-orang Arab terus maju melancarkan serangan pada malam hari. (...) Mengapa tampaknya tentara Arab ketakutan dalam pertempuran itu, bukankah peperangan melawan gajah, konon, bukan pertama kali bagi Bangsa Arab? (...)

Membayangkan gajah-gajah digunakan dalam peperangan, apalagi mereka harus memakan berton-ton daun setelah berjalan setiap milnya, selanjutnya, mereka harus tinggal di tempat teduh atau di kolam air, dan bahkan menuangkan lumpur pada dirinya sendiri untuk tetap tenang, maka padang pasir yang panas terik hampir tidak mungkin untuk menggunakan gajah. Bahkan gajah-gajah gurun Afrika akan cenderung menolak berjalan di tempat semacam itu.

Jika Abrahah menggunakan gajah dalam ekspedisinya, bisakah mereka bertahan dalam kondisi cuaca yang keras di Gurun Arab? Sederhananya, dengan membawa gajah membuat jalan mereka dari Yaman ke Mekah akan menjadi perjuangan yang berat mengingat kondisi alam yang keras, lagi pula dengan tidak adanya menyinggung adanya gajah pada prasasti tersebut menjadi indikator penting bahwa tidak ada gajah yang digunakan.

Selain itu, ekspedisi oleh Abrahah berakhir dengan kemenangan dan ia kembali ke ibukotanya sesuai dengan prasasti. Ini hampir dua dekade sebelum tahun yang di duga sebagai “Tahun Gajah”. Tidak ada penyebutan tentang ekspedisi kedua dalam kisah sejarah mereka, yang berarti dia harus bertempur dan mengalahkan setiap suku Arab yang ia lewati dalam ekspedisinya. Selanjutnya, disimpulkan bahwa jika memang orang-orang Mekkah berperang melawan Abrahah di Mekah, mereka dapat diyakini menderita kekalahan dari Abrahah. Prasasti di atas adalah bukti tak terbantahkan yang akan membuat tulang punggung para tradisionalis menggigil kedinginan. Lebih jauh lagi, Surah 105 berbicara tentang "Orang-orang Gajah" dan tentu saja bukan tentara Abrahah.

Saya tambahkan di bawah ini satu kutipan lagi (dengan editing untuk menyingkat bacaan kita).

http://www.answering-islam.org/Responses/Saifullah/rahman_av.htm

Sebuah masalah yang jauh lebih besar bagi tradisi Islam adalah penanggalan Sabean pada prasasti ini adalah 552 M. Menurut catatan para sejarawan, Raja Abrahah meninggal pada tahun 553 M atau segera sesudahnya - tetapi, menurut Muslim, Muhammad lahir tahun 570 M. Jadi, jika kita masih ingin tetap mempercayai tradisi Islam tentang Abrahah, maka kita harus mendorong kembali kelahiran Muhammad 15, 16 atau bahkan 18 tahun dari tahun yang selama ini dipercaya benar oleh tradisi Islam. Hal ini memiliki konsekuensi yang sangat besar untuk sebagian besar sejarah Islam awal. Jika Muhammad lahir 18 tahun sebelumnya, kapan Muhammad mulai menerima wahyu? Kapan Hijrah terjadi? Kapan Muhammad mati? Kapan berbagai pertempuran terjadi, dan kapan pemerintahan pertama empat khalifah? Hal ini berpotensi mengacaukan segala sesuatu yang Muslim percaya tentang sejarah awal mereka.

Selain itu, fakta ini menghasilkan keraguan yang serius atas banyak kisah dari tradisi Islam. Akurasi dari apa yang mereka sebut Hadits "Shahih" tidak dapat dipercaya lagi sebab "rantai transmisi" itu mungkin telah rusak - peristiwa yang paling penting dalam kehidupan Muhammad telah harus didorong kembali 18 tahun dari penanggalan sebelumnya dan ada jurang kesenjangan untuk membuka tabir rantai transmisi antara Muhammad dengan zaman di mana pengumpul hadits seperti Bukhari, Muslim, dan kolektor lainnya hidup. (…..)

Muhammad ibn al-Sa'ib (meninggal 726 M) mengatakan bahwa Muhammad lahir 15 tahun sebelum "Tahun Gajah". Ja'far bin Abi 'l-Mughira (meninggal awal abad 8 Masehi) memperkirakan Muhammad lahir 10 tahun setelah "Tahun Gajah", sedangkan Al-Kalbi mengatakan kepada kita bahwa Shu'ayb ibn Ishaq (meninggal 805 M) mengatakan bahwa Muhammad lahir 23 tahun setelah kejadian ini. Al-Zuhri (meninggal 742 M) percaya bahwa Muhammad lahir 30 tahun setelah "Tahun Gajah", sementara Musa bin 'Uqba (meninggal 758) percaya bahwa Muhammad lahir 70 tahun kemudian ! Jika kita mengasumsikan bahwa Tahun Gajah adalah 570 M, maka Muhammad bisa saja lahir kapan saja antara 555 M sampai dengan 640 M, dan bisa mati kapan saja antara 615 M dan 700 M! Bagaimana kita bisa percaya salah satu dari hadits ? Para penerima transmisi kisah itu / Isnad, seperti yang dikutip oleh hadist, tidak mungkin hidup sezaman dengan Muhammad, untuk menyaksikan benar tidaknya peristiwa yang konon mereka terima dari orang lain. Masalah penanggalan tahun lahir Muhammad merupakan masalah yang tidak hanya mempengaruhi tradisi hadits, tetapi juga mempengaruhi validitas seluruh sejarah koleksi Qur'an dan kompilasinya.

Untuk itu, jika Tahun Gajah tertanggal 552 M, maka seluruh catatan dalam tradisi Islam tentang Muhammad (570 – 632 M) hancur luruh berantakan. Semua Hadits dan Sirah Nabi, seluruh rantai transmisi lisan akan tergelincir dan usang !


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH

oleh Badra Naya pada 12 Juli 2011 jam 8:52

Bab 2

KAPAN MEKKAH ADA ? KAABAH, MEMBONGKAR KESUCIAN RITUAL HAJI

Banyak sarjana Barat, khususnya Patricia Crone dalam bukunya - Meccan Trade And The Rise of Islam (Perdagangan Mekah Dan Kebangkitan Islam), menyelidiki asal-usul kota suci Islam ini, dan akhirnya menemukan tidak ada tempat yang dikenal sebagai Mekkah di abad 7 M, meskipun Thaif, kota terdekatnya, pernah tertulis dalam laporan-laporan bersama dengan Khaybar dan Yathrib (Madinah).

Menurut tradisi Islam, Mekkah, yang dipimpin oleh suku terkuat 'Quraish', sudah menjadi pusat perdagangan besar serta tempat peziarahan. Namun tidak ada satu prasasti apapun di seluruh Arab yang ditemukan sebelum Islam terbentuk di awal abad ke-8 untuk menyokong klaim-klaim tersebut. Hal semacam itu diberikan dalam prasasti yang ditemukan di seluruh Saudi, sebelum Islam mapan, di awal abad ke-8. Kita telah melihat dalam prasasti Abrahah bahwa tidak ada apapun yang menyebutkan Mekkah, atau Quraisy, jika tempat dan suku itu benar-benar ada dan berpengaruh.

Qur'an tidak pernah menyebutkan kata ‘Mekkah’ dengan nama kecuali dalam QS 48:24 yang konon merupakan surah yang diturunkan di Madinah di tahun-tahun belakangan (surah ke-111), jadi saya bertanya-tanya. Namun berkat situs Koran-Only, jawabannya ditemukan. Pelafalan MK ata MKK bukan berarti suatu kota, melainkan kata dalam Bahasa Arab yang berarti penghancuran / kehancuran, sama sekali runtuh.

Mari kita lihat kutipan yang luar biasa ini:

http://www.free-minds.org/language

Makka(t) atau Mekkah

Tidaklah mengherankan jika prasasti Abrahah tidak menyebutkan atau bahkan menyinggung sebuah kota bernama Makka (t). Sama sekali tidak ada bukti tentang sebuah kota bernama Makka (t) yang melatarbelakangi cerita pewahyuan besar dari Jibril kepada Muhammad. Bahkan semua pengkaji setuju bahwa nama Makka (t) tidak pernah muncul dalam naskah pra-Qur'an manapun.

Mereka yang mempromosikan historisitas Mekah dipaksa untuk membawa referensi satu-satunya dari Ptolmey (sejarawan Romawi) tentang sebuah kota dengan nama Macoraba dan bukan Makka, untuk satu alasan sederhana yang mereka tahu betul bahwa sama sekali tidak ada referensi yang dianggap penting tentang kota Makka. Fakta bahwa ada kota-kota yang kurang begitu penting dibanding Mekkah namun tertulis dalam prasasti Raja Abrahah, membuat kita bertanya mengapa kota Mekkah, yang konon begitu penting, tidak pernah muncul dalam prasasti itu.

Menurut kamus Bahasa Arab klasik, kata "Maka (t)" utamanya berarti "penghancuran / luruh”. Hal ini tercantum dalam kamus bahasa Arab klasik, baik itu dengan kata dasar MKK atau MK. Al-Mohit menuliskannya dengan kata ‘MKK’, dan arti yang diberikannya adalah kehancuran dan luruh, yang konsisten dengan konteks suatu kebuntuan di QS 48:24. Ia juga mendaftarkan arti lain dari MKK sebagai : ‘desakan musuh terhadap sesuatu’, yang juga konsisten dengan suasana penyanderaan seperti yang dilukiskan dalam QS 48:24.

Lisan Al-Arab mendaftarkan MK dan makna MK (t) sebagai "kehancuran" dan TMK sebagai "menghancurkan". Al-Wasit mendaftar MK, dengan makna : (bumi) mengisap semuanya, meneguhkan arti dari “balas dendam dari musuh”, dan hal semua benda dihancurkan. Al-Ghani mendaftarkan makna kata MKK sebagai : (bumi) menghisap, bersikeras dengan tuntutan pada musuh.

Berikut adalah terjemahan dari QS 48:24 dengan menggunakan kamus-kamus Klasik dan konteks perang dari ayat-ayat untuk menerjemahkan deskripsi umum "Makka(t)":

“And it is He Who has restrained their hands from you and your hands from them in the midst of destruction after that He gave you the victory over them. And Allah sees well all that ye do.”

''Dan Dialah yang telah menahan tangan mereka dari kalian dan tangan kalian dari mereka di tengah-tengah kehancuran setelah itu Ia memberi kalian kemenangan atas mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan''

Saya menggunakan terjemahan Yusuf Ali tapi sementara dia meninggalkan kata “Makka (t)” tetap tidak diterjemahkan, saya justru menerjemahkan artinya. Seperti yang dapat Anda lihat, makna bahasa Arab klasik jelas cocok dalam konteks kebuntuan militer di QS 48:24.

Berdasarkan konteks dari Qur'an, bukti linguistik dari kamus Bahasa Arab, dan tidak adanya bukti yang mendukung bahwa ada kota "pra-Qur'anik" kota dengan nama Maka (t), satu-satunya kesimpulan logis berisi adalah bahwa "Maka (t)" bukan nama kota "pra-Qur'an", tetapi hanyalah sebuah kata benda umum biasa (yang menyatakan suatu kehancuran, keluruhan) seperti ribuan kata benda lain dalam Qur'an.

Sekarang artikel di bawah ini, yang saya ambil dari web yang sama di atas, membahas tentang Kaabah, atau juga Kaaba dan Kaaba(t) yang konon berada di kota ‘Mekkah’ .

Kaabah

Benar-benar tidak ada bukti secuilpun tentang sebuah kuil "pra-Qur'an" yang disebut Kaa'bah (t). Ada banyak kuil-kuil suci sebelum zaman Qur'an, namun tidak satupun disebutkan tentang Kaabah di Mekkah dalam ribuan inskripsi di kuil-kuil tersebut atau sekitarnya. Bahkan, nama Kaa'bah (t) tidak ditemukan dalam manuskrip dan inskripsi pra-Qur'an.

Kita tahu bahwa pada zaman "pra-Qur'an" orang-orang Arab memuja berhala bernama Allat, Aluzza, dan Manwat (lihat QS 53: 19-20). Mereka semua adalah berhala Nabatea. Sementara orang-orang Yunani-Romawi selalu menghadirkan dewa-dewi mereka dengan bentuk manusia, kaum Nabatean mencitrakan dewa-dewi mereka dengan bentuk-bentuk geometris seperti blok batu persegi, meteorit suci, atau bentuk-bentuk persegi yang diukir ke dalam dinding batu dan kadang-kadang ditingkatkan dengan gambar mata dan hidung. Sumber-sumber sejarah, seperti Leksikon Suda, menyatakan bahwa patung berhala Nabatea Dhu al-Shaara adalah bangunan batu persegi hitam polos (unworked square black stone). Maximus dari Tirus pada abad ke-2 ,dalam bukunya Philosophoumena, berkomentar bahwa orang Arab memiliki patung-patung berupa batu persegi. Ada bukti arkeologis yang melimpah bahwa batu-batu seperti yang ada di kota saat ini disebut Makka (t) yang tingginya sedikit lebih panjang dari ukuran dimensi lain yang adalah representasi dari berhala Dhu Al-Shaara. Gambar di bawah ini menggambarkan beberapa bukti arkeologi di Utara Saudi dan Nabatea pos terdepan.

Perhatikan bahwa blok batu di sebelah kanan bertuliskan kata "Dusari", yaitu bahasa Latin dari Dhu al-Shaara. Nama Ka'bah (t) tidak pernah ditemukan pada atau berhubungan dengan salah satu kuil berbentuk kubus "pra-Qur'an" milik Bangsa Arab. Di sisi lain kita melihat bahwa nama Dhu Al-Shaara dikaitkan dengan batu tersebut. Hal ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa dalam zaman "pra-Qur'an" kubus batu itu tidak bernama Ka'bah (t) tapi bernama Dhu Al-Shaara.

Pada abad keempat Masehi, Epifanius, uskup Salamis, Siprus menulis surat yang menggambarkan sekte seperti sekte Nabatea dan perayaan festival mereka atas kelahiran Dhu al-Shaara di sekitar musim dingin pada saat titik balik matahari (solstice). Sangat menarik bahwa perayaan kelahiran ini memuncak pada acara membawa keluar dari bawah bumi patung bayi laki-laki, yang dijunjung dan dan diarak tujuh kali mengelilingi ruang dalam kuil pagan. [Lihat Langdon, S., Mitologi Semit, The Mitologi Semua Races, Vol. V. Boston: Arkeologi Institute of America, Marshall Perusahaan Jones, 1931, halaman 19]

Dengan mengubah nama Dhu al-Shaara menjadi Ka'bah, kaum pagan telah berhasil melanjutkan praktek berputar tujuh kali mengelilingi Dhu Al-Shaara sampai hari ini, di balik topeng ritual ‘mengikuti petunjuk Qur'an’ (penerjemah : praktek Thawaf dalam ritual haji).

Seperti kota saat ini yang diberi nama Makka (t), kubus berhala batu itu pun diberi nama baru, dari Dhu Al-Shaara menjadi Kaa'bah (t) untuk mencocokkan kata benda umum "Ka'bah (t)" dalam Qur’an. Seperti halnya "Maka (t)", yang memiliki makna yang sesuai dalam konteks QS 48:24, yakni hanya sebagai kata benda umum, (yang hanya berarti kehancuran), Kaaba (t)" memiliki arti yang cocok dalam konteks QS 5:97.

Istilah "Ka'ab" dalam bahasa Arab digunakan untuk menggambarkan tumit / dasar sepatu. Di daerah pedesaan Utara Saudi, orang masih menggunakan istilah "Ka'ab al-wadi" untuk menunjukkan dasar lembah. Oleh karena itu, makna "Ka'bah (t) adalah"dasar".

Arti ini sesuai dengan konteks QS 5:95 & 97:

The God has made the base the restriction house maintenance for the people and the restriction month and the gift/guidance and the means of control so that you know that The God knows what is in the heavens and the earth and that The God is knowledgeable with everything.

Terjemahan langsung dari ayat berbahasa Inggris di atas :

Allah telah membuat dasar rumah suci - pemeliharaan bagi orang-orang, dan bulan Larangan dan dan karunia / bimbingan dan alat kontrol sehingga kalian mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi dan bahwa Allah maha mengetahui segala sesuatu.

Terjemahan menurut http://m.alquran-indonesia.com yang saya lepaskan tanda kurung penjelasannya.

Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia, dan bulan Haram (had-ya, qalaid), demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Rumah yang dimaksud di atas adalah "dasar" di mana orang dapat berkumpul dengan aman QS 2:125:

And We made the house an assembly for the people and a safety and take from the persistence of Ibrahim a lesson and We made a covenant to Ibrahim and Ismail that cleanse my house for the passers by, and the remaining, and the humbly hearing and obeying.

Terjemahan langsung dari ayat berbahasa Inggris di atas :

Dan Kami membuat rumah tempat perkumpulan bagi rakyat dan keselamatannya dan ambillah pelajaran dari kegigihan Ibrahim dan Kami membuat perjanjian dengan Ibrahim dan Ismail yang membersihkan rumah Kami untuk para pejalan kaki, dan sisanya, dan dengan rendah hati mendengar dan taat.

Sebagai perbandingan, ayat quran QS 2:125 menurut terjemahan http://m.alquran-indonesia.com

Dan ketika Kami menjadikan rumah itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

(Jika kita melihat pada ayat-ayat dalam bahasa Inggris terjemahan Yusuf Ali , maka jelas bahwa kaa’ba berarti dasar, rumah dan pertemuan di mana ada mekanisme pengambilan keputusan). Ini adalah arti alami yang tidak dipaksakan, seperti halnya dalam bahasa Inggris “House of Representatives” (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah dasar bagi pembentukan undang-undang di mana mereka merancang dan membuat undang-undang.

Dan itu belum seberapa. Kita akan melihat sanggahan mengenai ritual Haji. Ritual Haji benar-benar merupakan penemuan sepenuhnya yang dicangkokkan ke dalam Islam oleh para Tradisionalis tanpa dasar Qur'an sama sekali.

Membongkar Kesucian Ritual Haji

Masih dalam kutipan situs yang sama: http://www.free-minds.org/language, yang adalah hasil penelaahan seseorang yang menamakan dirinya ‘Ayman’, kita menemukan hal penjelasan tentang apa makna Haji / hajj itu sebenarnya.

Seperti yang kita lihat sebelumnya, Bahasa Arab adalah bahasa orang umum dan bukan bahasa ilmiah atau bahasa agama. Jadi, setiap makna religius yang melekat pada kata dalam Bahasa Arab dapat dicurigai dan patut diselidiki secara menyeluruh sebelum kita menerimanya. Dalam Qur'an, kita menemukan sebuah fenomena menarik. Kata dengan konotasi religius dalam bahasa Inggris modern seperti "doa" dan "menyembah" tidak muncul sama sekali dalam Qur'an. Misalnya, kata “dua'a”, yang secara tradisional dipahami sebagai “doa” (atau “pray” dalam bahasa Inggris), sebenarnya tidak memiliki konotasi religius dan digunakan berkali-kali dalam Qur'an dalam penggunaan biasa yang tidak ada hubungannya dengan "doa" (misalnya, lihat QS 28:25). Oleh karena itu, yang terbaik adalah menerjemahkan kata “dua’a” ini sebagai “memanggil” dan bukan sebagai “doa”. Demikian pula, kata “abad”, yang secara tradisional dipahami sebagai “ibadah”, lebih baik dipahami sebagai “melayani” (misalnya, lihat QS 16:75, 2:221).

Istilah “dien” secara tradisional dipahami sebagai “agama”. Namun, kita dapat melihat bahwa kata ini digunakan dalam banyak hal yang berarti “kewajiban” (misalnya, lihat QS 56:86, 2:282, 4:11-12). Makna umum Bahasa Arab yang non-religius dari “kewajiban” sebenarnya lebih cocok dari semua kemunculan kata "dien" dalam Qur'an. (lihat dalam bagian What’s In The Name http://www.free-minds.org/name).

Istilah “haji” secara tradisional dipahami sebagai “ziarah religius”. Namun, sebuah penelitian Qur'an lebih dalam mengungkapkan bahwa istilah ini tidak ada hubungannya dengan ziarah keagamaan yang terorganisir. Misalnya, kita mendengar di QS 22:27

And announce amongst people with the debate. They will come on foot and on every kind of lean transportation. They will come through every unobstructed passage.

Terjemahan ayat dalam Bahasa Inggris di atas :

Dan umumkanlah di antara orang yang sedang dalam perdebatan. Mereka akan datang dengan berjalan kaki dan pada setiap jenis transportasi. Mereka akan datang melalui setiap bagian yang tak terhalangi.

Terjemahan menurut http://m.alquran-indonesia.com

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

wa-adzdzin fii alnnaasi bilhajji ya/tuuka rijaalan wa'alaa kulli daamirin ya/tiina min kulli fajjin 'amiiqin.

Dalam QS 22:27 bahwa Ibrahim mengundang orang-orang dengan ("bi”) perdebatan (“al-haji”) atau tidak (“li”) berdebat ("al-haji") untuk membuahkan suatu manfaat.

Dengan demikian, perdebatan ("haji") atau dalam artian yang lebih tepat ‘tawar –menawar’ adalah alat untuk menarik orang yang berbeda dari semua lapisan masyarakat. Kita hanya bisa mengundang semua orang untuk sesuatu yang bermanfaat jika ada kesepakatan dan non-diskriminatif.

Mari kita beralih ke kasus Musa dan calon mertuanya.

QS 28:27 http://m.alquran-indonesia.com

Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".

qaala innii uriidu an unkihaka ihdaa ibnatayya haatayni 'alaa an ta/juranii tsamaaniya hijajin fa-in atmamta 'asyran famin 'indika wamaa uriidu an asyuqqa 'alayka satajidunii in syaa-a allaahu mina alshshaalihiina

Kita diberitahu dalam QS 28:27 bahwa Musa dipekerjakan untuk bekerja selama delapan tahun “Hijaj”. Untuk dipekerjakan sebagai apa? Jelas, ia disuruh untuk bekerja menggembalakan domba (28:23-24) dan bukan untuk ziarah keagamaan. Apa kaitannya antara bekerja menggembalakan domba dengan perdebatan atau tawar menawar (Hajj) ? Tentu, orang bekerja dan menghasilkan sesuatu kesepakatan sehingga mereka bisa berdebat dan tawar-menawar dengan produk mereka. Tawar-menawar adalah semacam perdebatan untuk menghasilkan manfaat bagi si penjual dan pembeli.

Dengan demikian, perdebatan / "al-H'ajj" adalah seperti pameran tahunan di mana orang bekerja sepanjang tahun dan kemudian pergi untuk menjual dan atau membeli produk. Pertengahan musim panas - awal musim gugur adalah waktu alami untuk event pasar seperti itu karena saat itu produksi dan ternak berlimpah (lihat: Blind Dating versus Perfect Timing http://www.free-minds.org/timing).

Pertemuan besar perdebatan atau tawar-menawar (H'ajj) memberikan kesempatan yang baik untuk mengingatkan orang sebanyak mungkin tentang Tuhan. Ini juga merupakan kesempatan bagi orang yang beruntung untuk menyumbang dan memberi kepada yang kurang beruntung. Hal ini dikonfirmasi oleh QS 22:28, di mana kita diberitahu tentang tujuan dari debat atau tawar-menawar (H'ajj) tersebut:

QS: 22:28,29

So that they may witness benefits for themselves and remember The God’s name in a few days over what He Has provided for them of the animal livestock. So eat from it and feed the needy and the poor. Then they would complete their duties and fulfill their vows, and would pass by the freeing house.

Terjemahan dari ayat berbahasa Inggris di atas:

Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan mengingat nama Allah pada hari yang sedikit itu atas apa yang Ia telah sediakan bagi mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan berikanlah untuk makanan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian mereka akan memenuhi kewajiban mereka dan menggenapi nazar mereka, dan melewati rumah yang membebaskan.

Terjemahan dari http://m.alquran-indonesia.com

supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu.

Rumah yang disucikan (restricted house) hanyalah tempat di mana orang berkumpul dengan aman dan berdebat atau tawar-menawar, tanpa takut penindasan. Rumah yang disucikan ini membantu menyebarkan pembebasan karena orang-orang tertindas yang datang ke sana bisa mengalami pengalaman debat dalam lingkungan yang terbebas dari penindasan (penerjemah : ingat karena pada zaman itu perbudakan manusia sangat umum) dan mereka mengambil pengalaman yang bersama untuk disebarkan dalam komunitas mereka sendiri. Debat merupakan proses penting untuk akuntabilitas dan penyebaran ide-ide terbaik dalam masyarakat bebas. Dengan demikian, konsep debat atau tawar-menawar ("haji") tidak ada hubungannya dengan ziarah keagamaan khusus. Ini adalah konsep yang sama sekali umum.

Sekarang kita ditinggalkan dengan fakta-fakta yang meluluh-lantakan:

  • tanpa kejelasan tentang Tahun Gajah (tahun 552 M, bukan 570 M menurut tradisi Islam) untuk menentukan kelahiran Muhammad.
  • tanpa kota suci di abad ke-7 (kata ‘MK(t)’ berarti kehancuran di QS 48:24 dan tanpa Ka'bah seperti yang digambarkan oleh Tradisi Islam.
  • lebih dari itu, ibadah haji adalah istilah umum dalam bahasa Arab untuk ‘berdebat, atau tawar-menawar’, tidak ada hubungannya dengan tempat Ritual Haji yang terkenal itu.

Sepertinya umat Muslim telah tertipu dari awal. Tetapi kemudian bagaimana dengan Muhammad historis? Apakah ia benar-benar pernah ada? Jika dia memang pernah ada, dari mana ia paling mungkin berasal kalau bukan dari 'Mekkah' ? Qur'an berbicara tentang Bekka di QS 3:96 sebagai tempat perlindungan awal dari semua orang percaya. Kita akan melihat itu dan banyak hal lainnya di bagian berikutnya.


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH

oleh Badra Naya pada 13 Juli 2011 jam 9:32

Bab 3

DI MANA KIRANYA “MEKKAH” SEBENARNYA ? MAQAM IBRAHIM, AL RUKN, ABEL BETH MAACAH

Berkat Brother Ayman di free-minds.org kita sekarang tahu bahwa akar kata MKK atau MK(t) (yang ditafsirkan sebagai kota Mekkah) sebenarnya hanya berarti “kehancuran atau penghancuran”. Kita juga menemukan bahwa Kaa'bah bukanlah suatu istilah religius, tetapi mengacu pada 'dasar' yang bisa dipahami sebagai 'fondasi'. Kemudian kita telah belajar bahwa 'Haji' adalah sesuatu event seperti festival desa atau pasar desa di mana para petani dan peternak memperlihatkan barang-barang mereka dan melakukan debat atau tawar menawar.

Sekarang mari kita lihat perspektif yang lebih banyak tentang mitologi jelas 'Mekkah' dan penyembahan berhala yang dipaksakannya. Di bawah ini saya kutip dengan catatan G. R. Hawting tentang Mekkah. Saya hanya mengambil sebagaian saja yang berisi penekanan inti menurut saya pribadi.

http://www.bible.ca/islam/library/islam-quotes-juynboll-hawting.htm

Tampaknya mungkin bahwa kaabah di Mekah dipilih setelah proses eliminasi kemungkinan-kemungkinan lain – yaitu dari sejumlah situs suci di zaman Islam Awal yang memiliki banyak pelancong, sampai akhirnya Mekkah menjadi mapan sebagai tempat suci. (….) Kaa’bah itu sendiri seperti yang sering dikatakan telah dihancurkan dan dibangun kembali. Hajar Aswad / Batu Hitam beberapa kali diambil dari Kaabah dan diletakkan kembali di tempatnya. Batu yang disebut Maqam Ibrahim dipindahkan karena banjir dan oleh tindakan manusia. Sumur Zamzam yang "ditemukan" pada dua kesempatan terpisah. Al-Masjid al-Haram, mesjid di mana Ka'bah berada, beberapa kali dibangun kembali dan diperbesar. (….) Bahkan tradisi muslim mengakui bahwa sejarah dari tempat kudus dan penggabungan dengan Islam tidak dapat disajikan sebagai pengembangan sederhana dan lugas.

Maqam Ibrahim

Referensi yang paling jelas yang tampaknya bertentangan dengan gagasan bahwa Maqam Ibrahim adalah batu suci sebagai tempat suci Muslim ada di QS 2:125

Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat”

Sehubungan dengan ayat ini para penafsir memberikan sejumlah penjelasan yang berbeda tentang apa yang dimaksud dengan Maqam Ibrahim. Selain pandangan bahwa nama di sini merujuk ke batu yang dimaksud di dekat Kaabah, maqam ini juga dikatakan merujuk seluruh kawasan Masjidil Haram atau berbagai daerah sepanjang Masjidil Haram.

Konteksnya tampaknya membutuhkan penjelasan seperti ini karena itu diperlukan untuk menjelaskan kata depan ‘min’ sebagai partikel berlebihan jika diinginkan untuk menganggap referensi Al-Qur'an sebagai batu yang sekarang disebut Maqam Ibrahim. Oleh karena itu secara keseluruhan, ayat ini tidak konsisten dengan arti yang biasa diterima dari nama ‘Maqam Ibrahim’.

Tampaknya jelas bahwa, entah referensi itu menunjuk ke al-Maqam atau Maqam Ibrahim, sering ada beberapa kesulitan dalam merekonsiliasi referensi dengan tempat suci di Mekkah seperti yang kita ketahui, atau beberapa saran menyatakan bahwa itu bukan batu yang sekarang menyandang nama Maqam Ibrahim. Karena tampaknya tidak mungkin bahwa referensi semacam ini lahir setelah tempat suci Muslim itu disahkan di Mekkah dalam bentuk yang kita tahu itu. Kelihatannya referensi itu berasal dari periode-periode awal ketika Maqam Ibrahim pernah memiliki arti lain, sebelum arti yang dikenakan padanya sekarang. (…)

Tampaknya ada cukup rujukan bahwa istilah Maqam Ibrahim muncul pertama kali dalam konteks kitab Kejadian. Dan saya tidak melihat penjelasan alternatif lain untuk penggunaan istilah itu dalam cara di mana itu terjadi di Qur'an dan beberapa bahan lain dikutip di atas. Saya membayangkan bahwa nama itu pertama muncul sebagai sebutan untuk tempat kudus karena di sanalah Abraham berdiri di hadapan Allah, ketika kaabah Mekah diambil alih, untuk alasan yang tidak jelas, Maqam Ibrahim tidak dipahami dan digunakan sebagai nama untuk situs penyembahan itu secara keseluruhan, sehingga menjadi melekat hanya pada batu yang sekarang menyandang namanya.

Dalam kitab Kejadian 28:13 kita menemukan informasi yang mungkin bisa menjelaskan masalah Maqam Ibrahim ini :

Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu.

Nampaknya frasa tanah “tempat engkau berbaring” yang sebenarnya dimaksudkan sebagai tempat Yakub tertidur, disalahpahami sebagai tempat dikuburkan, dan juga di sini Yakub malahan diganti dengan Abraham, sebagai tokoh tonggak dari keimanan kaum Ismail.

Kembali kita pada http://www.bible.ca/islam/library/islam-quotes-juynboll-hawting.htm

Al Rukn

Istilah ini dijelaskan dalam dua pengertian: Al Rukn bisa berarti Batu Hitam yang ditempatkan secara tetap di sudut tenggara Ka'bah, atau pilar sudut itu sendiri yang berisi Batu. Terkadang juga disebut al-Rukn al-Aswad yang menyiratkan makna ganda: batu dan pilar sudutnya. Kadang-kadang nama al-Hajar al-Aswad digunakan, tetapi hanya mengacu pada Batu Hitamnya saja, bukan pilar sudutnya. Bentuk jamak, al-Arkan, juga ditemukan dalam kaitannya dengan tempat kudus, dan dijelaskan sebagai mengacu pada empat sudut Ka'bah.

Ungkapan "tanah tempat engkau berbaring" dalam ayat di atas tidak diartikan bahwa Yakub dikuburkan di tempat di mana dia mendapatkan mimpinya, di daerah kuil suci. Janji Tuhan kepada Yakub adalah bahwa Ia akan memberikan "tanah tempat engkau berbaring" kepada keturunan Yakub dipahami sebagai janji ilahi dari Allah atas seluruh Tanah Yang Dijanjikan untuk Israel semua wilayah yang dijanjikan itu disimbolkan menjadi seukuran tempat di mana Yakub sedang tidur.

Seperti disebutkan sebelumnya kesucian pegunungan al-Hijr dalam tradisi Muslim berasal sebagian dari fakta bahwa Ismail dimakamkan di sana, dan keturunan Ismail memiliki Tempat Suci (...)

Dalam kisah di Kejadian, Yakub mendirikan mesbah batu di tempat dia tertidur: ini adalah batu yang tadinya ia pakai sebagai bantalan tidur, dan Yakub menyebutnya "Bethel = Rumah Allah) " Batu itu secara alami dielaborasi dalam berbagai cerita. Ia diidentifikasi dengan Shetiya Eben, batu penjuru Bait Allah dan poros di mana titik keseimbangan seluruh dunia berada, setelah Yakub telah mengatur itu, Tuhan turun dan memberkati tempat itu di mana ia berfungsi sebagai batu penjuru bagi seluruh dunia. Tampaknya kisah tentang Batu Hitam (al Rukn) berasal dari nama Shetiya Eben atau pengembangan itu. (...)

Sekali lagi penjelasan yang paling memuaskan adalah melihat Al-Rukn sebagai sisa dari kuil penyembahan kaum Yahudi saat itu sebelum diambil alih oleh Islam. Al-Rukn awalnya adalah batu penjuru syurgawi yang terkubur di bawah kuil tersebut. Ketika kuil itu diambil alih oleh Islam, nama dan beberapa ide-ide yang terkait dengan itu diterapkan pada batu tempat kudus itu, seperti misalnya Batu Hitam. Tapi, karena nama al-Rukn (pilar, dukungan, fondasi) berarti sesuatu yang lebih dari sekedar "batu," nama itu juga berlaku untuk sudut yang di mana Batu Hitam itu ditempatkan. Saya berpendapat bahwa perkembangan ini melambangkan ide-ide awal di mana kuil itu kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan mempertimbangkan fakta-fakta penggambaran tentang Mekkah (sesuai dengan tradisi Islam yang sedang berkembang) sehingga bisa berfungsi sebagai kuil suci Islam.

Saya rasa dengan bukti-bukti yang diajukan di atas sulit untuk memahami jika versi biasa tentang Mekah dalam tradisi Islam tetap diterima, dan bahwa skema alternatif yang disarankan di sini menurut saya diperlukan untuk menjelaskan bukti yang telah saya sajikan.

Sekarang saya akan mengutip dari :

http://www.studytoanswer.net/myths_ch5.html

Dari bukti-bukti yang tersedia, sangat diragukan bahwa Mekkah ada sebagai pusat dari kepentingan apapun, paling tidak, pasti Mekkah tidak seperti apa yang digambarkan dalam Al Qur'an. Para ahli geografi Ptolemy Romawi sering dikutip sebagai saksi awal ke Mekah, melalui keterangan tentang sebuah kota yang bernama Macoraba. Namun, seperti telah ditunjukkan, "Macoraba" adalah akar bahasa yang berbeda dari Mekkah. Crone, lebih lanjut, menunjukkan bahwa Ptolemy Macoraba tidak dapat diidentifikasi dengan Mekah, dan bahwa jika Ptolemy mengacu pada apa pun seperti Mekah, itu akan berkunjung ke sebuah kota di Saudi Petraea bernama Moka, jauh di sebelah utara Mekkah. Identifikasi dengan Mekkah tradisi Islam, jelas, sangat lemah.

Mekah sebagai pusat perdagangan karavan seperti yang digambarkan dalam tradisi Islam, praktis tidak pernah dikenal oleh orang zaman itu sendiri. Sedangkan Arabia (istilah yang dapat mencakup padang pasir timur Al-Syams) adalah ranah politik penting dan gerejawi di abad ke-6, dan tidak pernah disebut-sebut tentang Quraisy atau pusat perdagangan Mekkah dengan cara apapun, dalam sastra dari waktu itu, meskipun penulis Yunani dan Latin telah menulis secara ekstensif tentang perdagangan yang memasok rempah-rempah dan barang lainnya bagi mereka dari Arab selatan, dan yang diasumsikan dalam tradisi Muslim sebagai hasil komoditas Mekah.

Crone menunjukkan bahwa dalam sumber-sumber zaman itu dengan pematangan dari agama Arab (akhir abad 7-8), tampaknya bahkan ada beberapa kebingungan di mana letak Mekah itu. Dia mencatat bahwa Continuatio Byzantia Arabika memberikan lokasi untuk Mekkah antara Ur dan Harran, bukan di Hijaz - Arab, tapi di tepi Mesopotamia. Hal ini mungkin menyamarkan pengaruh Ibrahim jelas dalam agama Arab selama waktu ini (sebagai Abraham terkait dengan kedua kota itu dalam catatan Alkitab).

Bukti lain dari Islam sebagai agama yang berasal-usul dari asal Suriah terletak dalam disposisi lingkungan religius di mana orang-orang Arab Al-Syams tinggal di suatu tempat yang digambarkan berbeda dengan penggambaran Hijaz. Tidak ada bukti arkeologis yang mendukung pendapat ini dalam Al Qur'an bahwa Makkah dan Hijaz adalah pusat paganisme Jahiliah pra-Islam. Bahkan, belum pernah ditemukan ada bukti kuat tentang pemukiman Arab yang permanen di wilayah Hijaz di abad ke-6 dan 7 awal.

Memang ada bukti yang persis tentang pusat paganisme dan praktik, dan kuil-kuilnya sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan tradisi Islam – namun wilayah sekitar Syria dan Palestina. (...) Lebih lanjut, ada bukti bahwa apa yang disebut "bahasa Arab klasik" (bahasa Al-Qur'an) tidak berasal dari semenanjung Arab, melainkan muncul dari komunitas Arab Al-Syams. Mengapa Bahasa Arab klasik diadaptasi dari Bahasa Aram yang memiliki 22 alfabet yang sebenarnya tidak begitu cocok untuk menyalin Bahasa Arab, padahal aksara yang dipakai oleh suku-suku Arab Selatan memiliki alphabet antara 28 dan 29 buah yang seharusnya lebih cocok untuk kesusasteraan Arab klasik ?

(Maksud penulis, bukankah alphabet Arab selatan lebih luas dan lebih mampu mengungkapkan makna puitis dari bahasa Arab klasik? Mengapa justru bahasa Arab dan penulisan Qur'an berasal dari bahasa Aram di utara? Jelas dari sini ada bukti yang menguatkan bahwa Qur'an dan akar lingkungan Islam sebenarnya bukan dari Hijaz, Arab, melainkan di utara, daerah antara Siria, Palestina dan Mesopotamia – penerjemah).

Fakta bahwa bahasa dengan alphabet yang lebih sedikit yang dipilih untuk menuliskan Qur'an, menyiratkan ketersediaan bahasa berbasis Aram, yang pada gilirannya menyarankan bahwa asal-usul Arab klassik berada jauh di sebelah utara Hijaz , antara Suriah, Palestina dan Mesopotamia. Bahkan, tidak ada bukti epigraphic atau lainnya untuk Arab klasik di wilayah Hijaz sampai pemerintahan Muawiyah di tahun 660-an M. Pemunculan yang begitu terlambat ini ditambah dengan fakta bahwa Arab Klasik muncul di Hijaz dengan begitu canggih tanpa bukti evolusi yang panjang, mengindikasikan bahwa ia diperkenalkan dari luar, bukan dari hasil evolusi perkembangan budaya Arab Hijaz itu sendiri. Mungkin ini hasil pencangkokan dari usaha kolonisasi yang dilakukan oleh Muawiyah. Jejak-jejak perkembangan Arab Klasik dari para pendahulu Islam ternyata ditemukan di Siria, dimana sebuah bentuk awal dari bahasa ini yang ditulis dalam aksara proto-Kufik telah ditemukan di sejumlah tempat tertanggal abad 6 M, termasuk di hiasan-hiasan pintu-pintu gereja.

QS 3:96-97:

Lo! the first Sanctuary appointed for mankind was that at Becca, a blessed place, a guidance to the peoples; Wherein are plain memorials (of Allah's guidance); the place where Abraham stood up to pray; and whosoever entereth it is safe.

And pilgrimage to the House is a duty unto Allah for mankind, for him who can find a way thither. As for him who disbelieveth, (let him know that) lo! Allah is Independent of (all) creatures.

Terjemahan ayat di atas :

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah, yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, maqam Ibrahim (dalam terjemahan Inggris bukanlah makam Ibrahim, melainkan tempat di mana Ibrahim berdiri untuk berdoa) barangsiapa memasukinya, menjadi amanlah dia; mengerjakan ziarah adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah [2l6]. Barangsiapa mengingkari, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.

Ada sebuah lembah besar dan subur di Lebanon yang disebut Bekaa, sangat mudah untuk ditemukan. http://en.wikipedia.org/wiki/Beqaa_Valley

Dan tentu saja kita menemukannya di:

Mazmur 84:1-8

How amiable are thy tabernacles, O LORD of hosts! My soul longeth, yea, even fainteth for the courts of the LORD: my heart and my flesh crieth out for the living God. Yea, the sparrow hath found an house, and the swallow a nest for herself, where she may lay her young, even thine altars, O LORD of hosts, my King, and my God. Blessed are they that dwell in thy house: they will be still praising thee. Selah. Blessed is the man whose strength is in thee; in whoseheart are the ways of them. Who passing through the valley of Baca make it a well; the rain also filleth the pools. They go from strength to strength, every one of them in Zion appeareth before God. O LORD God of hosts, hear my prayer: give ear, O God of Jacob. Selah.

Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!

Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Selah.

Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.

Dalam mazmur ini kita juga menemukan referensi untuk ‘Rumah Allah Yakub’ tertulis Baitullah dalam Qur'an! Pastilah ini yang disebut ‘Maqam Ibrahim’ di QS 2:125. Sungguh benar-benar sangat jauh dari Mekkah di mana ibadah haji itu dilakukan. Benar-benar sebuah penipuan.

ABEL-BETH MACAAH

Abel-Bet MACAAH adalah sebuah kota yang dirujuk Alkitab dalam kitab 2 Raja-raja 15:29; 2 Sam.20: 14-18 sebagai Abel-Bet Maakha. Kisah-kisah Perjanjian Lama menyebutnya sebagai sebuah kota di zaman Daud. Suatu hal yang seharusnya para pengkaji Al Qur'an ketahui.

http://www.searchgodsword.org/enc/isb/view.cgi?number=T28

a'-bel-beth-ma'-a-ka ('abhel beth ma`akhah : padang rumput rumah Maakha): nama ini muncul dalam bentuk ini dalam 1 Raja-raja 15:20 2 Raja-raja 15:29 dan. Dalam 2 Samuel 20:15 (dalam bahasa Ibrani) inilah Abel-Bet-hammaacah (Maakha sebagai kata sandang untuk tempat). Dalam 2 Samuel 20:14 muncul sebagai Bet-Maakha, dan dalam ayat 20:14 dan 18 sebagai Abel. Dalam 2 Samuel ini diucapkan sebagai kota, jauh ke utara, di mana Yoab mengepung Seba, anak Bichri. Dalam 2 Raja-raja itu disebutkan, bersama dengan Iyon dan tempat-tempat lain, sebagai kota di Naftali ditangkap oleh Tiglath Pileser, raja Asyur. Menangkap muncul juga dalam catatan Tiglat Pileser.

Dalam 1 Raja-raja itu disebutkan tentang kota Iyon, Dan, dan "seluruh tanah Naftali" sebagai dipukul oleh Benhadad dari Damaskus pada jaman Baasha. Dalam 2 Tawarikh 16: 4 catatan yang menjadi parallel kisah itu kota-kota yang disebutkan adalah Iyon, Dan, Abel-Maim. Abel-Maim baik nama lain untuk Abel-Bet Maakha, atau nama tempat lain di sekitar yang sama. Identifikasi berlaku Abel-Bet-Maakha adalah dengan Abil, beberapa mil ke barat dari Dan, pada ketinggian yang menghadap sungai Yordan di dekat sumbernya. Wilayah yang berdekatan kaya pertanian, dan pemandangan dan pasokan air sangat baik. Abel-Maim, "padang rumput air," bukan merupakan sebutan yang tepat untuk itu.

Untuk jelasnya kita lihat di ayat-ayat Alkitab :

2 Samuel 20:14-15:

Seba telah melintasi daerah semua suku Israel menuju Abel-Bet-Maakha. Dan semua orang Bikri telah berkumpul dan mengikuti dia. Tetapi sampailah orang-orang Yoab, lalu mengepung dia di Abel-Bet-Maakha; mereka menimbun tanah menjadi tembok terhadap kota ini dan tembok ini merapat sampai ke tembok luar sedang seluruh rakyat yang bersama-sama dengan Yoab menggali tembok kota itu untuk meruntuhkannya.

I Raja-raja 15:20:

Lalu Benhadad mendengarkan permintaan raja Asa; ia menyuruh panglima-panglimanya menyerang kota-kota Israel dan ia mengalahkan Iyon, Dan, Abel-Bet-Maakha dan seluruh Kinerot serta seluruh tanah Naftali.

2 Raja-raja 15:29:

Dalam zaman Pekah, raja Israel, datanglah Tiglat-Pileser, raja Asyur; direbutnyalah Iyon, Abel-Bet-Maakha, Yanoah, Kedesh dan Hazor, Gilead dan Galilea, seluruh tanah Naftali, lalu diangkutnyalah penduduknya ke Asyur (Siria) ke dalam pembuangan.

Jadi jelas bahwa Abel-beth Maacah berada dekat dengan Kadesh, antara Tirus dan Dan.

Kota ini juga benar-benar cocok menggambarkan kisah Qur'an tentang Ratu Sheba yang mengunjungi Salomo / Sulaeman. Orang Ibrani menyebutnya “Wanita Bijaksana dari Abel-beth Macaah” sebagai wanita yang membunuh Raja Sheba untuk menyelamatkan kota.

Kisah dalam Islampun tentang wanita ini membingungkan, karena Qur'an menyebutkan Ratu Sheba dalam pemandangan Sulaeman (Q.27)! Sangatlah mungkin jika pahlawan wanita ini nantinya dianggap sebagai sosok legendaris “Ratu dari Shebah”.

http://ferrelljenkins.wordpress.com/2008/12/19/the-wise-woman-of-abel-beth-maacah/

Tidak lama setelah Raja Daud memadamkan pemberontakan Absalom, putranya, ketika muncullah seorang dari suku Benyamin bernama Sheba memimpin pemberontakan terhadap diri Daud. Orang-orang Israel memberontak terhadap Daud dan mengikuti Seba, tapi orang-orang Yehuda tetap setia kepada raja. Setelah menyadari bahwa Sheba merupakan ancaman lebih besar daripada Absalom, Daud memerintahkan Abisai untuk memimpin pasukannya untuk menangkap Sheba. Pasukan Yoab berangkat dari Yerusalem untuk menangkap Sheba. Dalam mengejar pria ini pasukan Yoab bergerak ke sebelah utara wilayah Israel, ke sebuah kota bernama Abel-Bet-Maakha. Beberapa versi Bahasa Inggris menggunakan Abel Bet Maakha, atau varian yang serupa. Pada zaman Israel modern, kota ini hampir di perbatasan dengan Lebanon antara Kiryat Shmona dan Metulla.

Inilah tempat suci yang disebutkan dalam Al Qur'an QS 3:96-97 - Abel Beth Maacah. Bukan Mekkah di Hijaz, Arab Saudi !


Ferrell Jenkins 2008

(Foto kami, mengarah ke Timur, memperlihatkan gundukan besar yang diperkirakan sebagai tempat Abel-Beth-Maakah pada jaman itu. Pohon apel tumbuh di daerah ini. Di hari yang cerah kita akan bisa melihat Lembah Beeka)

Jadi Abel Beth Maacah dan Lembah Beka'a di Lebanon hanya beberapa mil saja jauhnya !

Di sini, saya juga akan menunjukkan juga bahwa pengungkapan kota Hurrian di Urkesh (atau Urkish) harus benar-benar membentuk kembali pemahaman kita tentang perjalanan Abraham dari Ur Kasdim Hal ini demikian benar-benar mempertimbangkan kembali asal-usul dalam perspektif yang jauh lebih tajam Alkitab!

http://www.archaeology.org/0807/abstracts/urkesh.html

Semuanya hampir terlupakan oleh sejarah, asal muasal mereka tetap tidak jelas, tetapi penggalian yang dipimpin oleh suami-istri arkeolog UCLA Georgio Buccellati dan Marilyn Kelly-Buccellati selama seperempat abad terakhir mengungkapkan bahwa Hurrians jauh lebih dari sekadar suku berkeliaran kepayahan di Timur Tengah. Dan selama musim tahun lalu, mereka menemukan bukti kuat bahwa peradaban Bangsa Hurrians tidak hanya sangat mempengaruhi bahasa, budaya, dan agama-agama di zaman-zaman kemudian, tetapi juga mungkin juga telah hadir 1000 tahun sebelum masa di mana mereka pernah diperkirakan hidup - seperti juga Mesopotamia, di dekatnya, yang mulai menciptakan kota-kota pertama. (...) Piotr Michaelowski, seorang Assyriologist (ahli dalam masalah Syria kuno) di University of Michigan, mencatat bahwa Bahasa Hurrian, seperti Sumeria, adalah bahasa Semitik yang tidak terkait dengan akar bahasa Indo-Eropa yang mendominasi wilayah ini selama dan setelah milenium ketiga SM. Mungkin, ia menyarankan, para Hurrians adalah penduduk awal wilayah tersebut, seperti juga Bangsa Sumeria, yang harus membuat ruang bagi orang-orang berbahasa Semit yang menciptakan kerajaan pertama di dunia berbasis di Akkad di pusat Mesopotamia sekitar 2350 SM.

Penemuan sebuah kota canggih dengan arsitektur monumental, pipa, hiasan batu yang monumental, dan populasi besar bertentangan dengan gagasan bahwa Hurrians adalah orang-orang gunung yang berkeliaran di negeri asing. Jauh dari sangkaan sebagai suku nomaden kasar, seperti orang Amori atau Kassites yang terlambat ke pesta Mesopotamia, bangsa Hurrians dengan bahasa mereka yang unik, musik, dewa-dewi, dan ritualnya mungkin telah memainkan peran penting dalam membentuk kota pertama, kerajaan, dan negara. Bahasa mereka telah punah, musik mereka memudar, dan ritual dilupakan. Namun berkat pematung, tukang batu, dan pemahat batu di Urkesh, kreativitas Hurrian dapat bersinar lagi.

http://en.wikipedia.org/wiki/Urkesh

http://www.historyfiles.co.uk/KingListsMiddEast/AnatoliaHurrians.htm

http://www.semiticmuseum.fas.harvard.edu/icb/icb.do

http://www.fas.harvard.edu/~semitic/hsm/NFNuziMozan.htm


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH ?

oleh Badra Naya pada 14 Juli 2011 jam 11:02

Bab 4

SIAPAKAH SUKU QURAISH ?


Saya telah sering mencari etimologi dan asal-usul dari kata ini, sebagaimana sering dikatakan bahwa Suku Quraish adalah suku yang kuat yang memerintah kota Mekkah. Namun ternyata tradisi Islam terbukti keliru di semua jejak yang bisa diverifikasi yang telah kami temukan. Mari kita lihat selanjutnya.

Entri yang kita bisa temukan di Wikipedia tentang suku Quraish ternyata samar, hanya didasari kisah-kisah tradisional.

http://en.wikipedia.org/wiki/Quraysh

Quraish atau Quraisy (Arab: قريش) Qurayš. Transliterasi lainnya termasuk "Quresh", "Quraysh", "Koreish" dan "Coreish". Turki: Kureyş) adalah suku yang dominan di Mekah pada waktu munculnya agama Islam. Ini adalah suku di mana Nabi Muhammad, Nabi Islam berasal, serta suku yang memimpin oposisi awal terhadap pesannya. Menurut legenda populer, Kaum Quraish merupakan cabang dari Banu Kinanah, suku yang merupakan keturunan dari suku Khuzaimah. Suku Quraish benar-benar tercerai-berai sampai Qusai bin Kilab berhasil mengerahkan barisannya ke tempat terhormat sehingga memiliki status terhormat dan memegang jabatan-jabatan penting [klarifikasi diperlukan]. Setelah Islam muncul, supremasi Suku Quraish bertambah dengan menghasilkan tiga dinasti, Khalifah Ummayad, Khalifah Abbasid dan Kalifah Fatimid.

Ada sebuah surah yang dinamai surah Quraish(QS 106) atau berarti “musim panas” yang dikatakan sumber dari surah 105. Namun susunan kronologis dari surah ini sedikit longgar.

(ayat 1)

For the taming of Qureysh.

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,

(ayat 2)

For their taming (We cause) the caravans to set forth in winter and summer.

(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas

(ayat 3)

So let them worship the Lord of this House

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini.

(ayat 4)

Who hath fed them against hunger and hath made them safe from fear.

Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Satu poin yang paling penting adalah (mengacu pada terjemahan Bahasa Inggris) “Karena kebiasaan mereka Kami menyebabkan karavan-karavan untuk pergi di musim dingin dan di musim panas“'

Kita akan melihat betapa 'Quraish' sangat berkaitan dengan para caravaners atau pengguna karavan, para kafilah, namun dari dua latar belakang yang sangat berbeda! Dan sama sekali tidak bisa orang nomaden dikait-kaitkan dengan pemukiman manapun, apalagi menurut definisi yang ada – dengan kota Mekkah.

http://www.reocities.com/spenta_mainyu/Islam3.htm

Suatu riset ekstensif yang dilakukan oleh Richard W. Bulliet tentang sejarah perdagangan di Timur Tengah kuno melukiskan gambaran yang berbeda dengan legenda tradisi Islam. Klaim Muslim tampaknya benar-benar keliru: “Mekah benar-benar tidak berada di rute perdagangan utama, karena Mekah ini terletak di tepi semenanjung. Hanya dengan pembacaan peta yang sangat dipaksakan, maka kita bisa menganggap Mekkah sebagai persimpangan alami antara Utara-Selatan dan Timur-Barat”.

Penelitian yang dilakukan oleh N. Groom dan WW Muller menguatkan pandangan ini. Mereka telah menulis, "Mekah tidak mungkin berada dalam rute perdagangan, sebab akan menyimpang dari rute alami sepanjang jalur Barat". Bahkan, mereka menegaskan bahwa rute perdagangan haruslah menjauh dari arah Mekkah sampai sejauh seratus mil "

Selain itu perdagangan Yunani-Romawi dengan India telah runtuh sekitar abad ke-3. Oleh karena itu, dalam zaman Muhammad (dengan asumsi bahwa ia benar-benar pernah hidup di Mekkah dan lahir dari suku Quraish, yang terampil dalam berdagang dengan memakai karavan) tidak ada suatu rute darat maupun pasar Romawi yang menjadi tujuan dari perdagangan. Perdagangan memang masih tetap ada, namun dikontrol oleh Bangsa Abyssinia (Etiopia) dan bukan orang Arab dan bukan Mekah, tetapi Adulis, kota pelabuhan di pantai Abyssinia Laut Merah, adalah pusat perdagangan wilayah itu.

Para sejarawan Yunani seperti Cosmas, Procopius dan Theodoretus yang lebih dekat dengan peristiwa waktu, dan bahkan orang-orang Yunani, kepada siapa dagangan itu ditujukan, tidak pernah sedikitpun mendengar tentang suatu tempat yang disebut Mekkah. Jika Mekkah benar-benar begitu penting, tentu saja para pedagang pernah mencatat keberadaannya. Patricia Crone dalam karyanya menyebutkan bahwa dokumen-dokumen berbahasa Yunani seringnya menyebutkan kota Ta’if (yang mana sebelah tenggara dari kota Mekkah sekarang), dan Yathrib (yang nantinya disebut Madinah), dan juga Kaybar/Khayber (yang berarti ‘benteng’ dalam Bahasa Ibrani) di utara. Namun tidak pernah disebutkan tentang adanya Mekkah. Dalam keadaan ini, historisitas Mekkah sebagai suatu kota pemukiman tepat di jantung pusat Islam awal menjadi sangat meragukan.

Akhirnya, di samping ketidak-sepakatan terhadap lokasi geografis Mekah dalam sumber-sumber sekuler awal, ada suatu kebingungan bahkan di dalam tradisi Islam. Menurut riset yang dilakukan oleh J. Van Ess (juga dalam Muhammad bin Ahmad al-Dahabi, 1369), baik dalam perang sipil pertama dan kedua, ada catatan-catatan tentang orang yang melanjutkan perjalanan dari Madina ke Irak lewat Mekkah. (Penerjemah : tentu saja ini keliru sebab Mekkah berada jauh di selatan Madinah. Untuk apa orang dari Madinah hendak pergi ke Irak, yaitu ke arah utara, harus melewati Mekkah yang ada di selatan ? Ataukah istilah Mekkah tadinya merujuk pada suatu tempat ke arah utara Medinah?)

Memang, Catatan Sejarah dari Isidor, The Continuo Byzantia Arabika (paruh kedua abad 8 M) menyebutkan pertempuran ... "apud Maccam, Abrahae, ut IPSI putant, domum, quae antar Ur Chaldaeorum et Carras Mesopotamiae urbem di heremo adiacet "("... di Mekkah, Rumah Abraham, sebagaimana mereka [orang Arab] percayai, terletak di padang gurun antara Ur, Kasdim dan Carras, Mesopotamia". (Ohlig, Der Islam frühe S.368). Carras di sini pastilah Carrhae Romawi atau paling tidak Harran. Jadi kita kembali ke kisah-kisah Alkitab tentang asal-usul Abraham / Ibrahim!

Rute Perdagangan Kemenyan ada dua, tetapi satu, yang sebelah kiri, terlalu berangin (Jeddah), dan itu tidak banyak digunakan.

Jadi, siapa suku 'Quraish' yang misterius ini? Pencarian ini belum dilakukan dengan benar sejauh ini, karena para akademisi terlalu mengandalkan pada Tradisi Islam. Dari penelitian saya, Quraish tidak berarti sebuah suku, tetapi semacam kawanan para pedagang, suatu unit kerja. Kata ini tadinya berarti suatu iring-iringan panjang karavan, jaman kita sekarang mungkin sama seperti asosiasi sopir truk! Saya menemukan bahwa asosiasi ini gabungan dari asosiasi dua jalur yang berbeda: Jalur Kemenyan dan Jalur Sutra! Akar dari keberadaan Quraish berasal dari Jalan Sutra. Hal ini telah luput dari perhatian para sarjana dan telah lama membingungkan saya.

Etimologi yang paling mungkin untuk kata ‘Quraisy / Quraish’ berasal dari bahasa Elam 'Kuraysh' yang juga berada di belakang nama Cyrus. Ini berarti ''Mereka yang dilimpahkan perawatan” untuk tugas itulah para pedagang dengan Karavan baik di Jalur Sutra maupun Jalur Kemenyan bepergian. Mereka mungkin berasal dari Khurasan, Iran.

Keduanya jalur itu agaknya bertemu di Damaskus dan Babilonia, di mana mereka pasti memiliki pertukaran komersial dalam skala besar (haji)!

Itulah sebabnya suksesi kepemimpinan Muhammad menjadi sangat problematis: ada dua pihak mantan Qurais yang merasa berhak, pihak Abu Bakar (Aisyah) vs pihak Ali. Jadi, 'Pertempuran Unta' bisa dipahami sebagai pertempuran antara mereka yang menunggang unta jenis Bactrian (berpunuk dua) dengan mereka yang menunggang unta jenis dromedaries (berpunuk satu).

http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Bassorah

Dua jalur perdagangan utama para ‘Quraish’ : Jalur Kemenyan dan Jalur Sutra bertemu di Babilon dan Damaskus.

Dari peta ini, nama Aila (Aqaba, Eilat) seharusnya diperhatikan lebih jauh. Ini penting karena ketidak-hadiran Mekkah (penerjemah: Mungkin maksud penulis, karena Mekkah dan Quraish tidak pernah disebut-sebut dalam dokumen perdagangan saat itu, tidak mungkinkah Aila berhubungan erat dengan pergerakan kaum Hagarin awal ?)

Mari kita melihat satu penelusuran lagi tentang Quraish dari Muhammad and the origins of Islam, Francis E. Peters

http://books.google.ca/books?id=Jrq6boXdJOAC&pg=PA22&lpg=PA22&dq=quraysh+etymology&source=bl&ots=ETP5te-9si&sig=atkILGXpK30DpinkPYf1dKBuBp8&hl=en&ei=-TheS8GjHovllQey663wBA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CBgQ6AEwBg#v=onepage&q&f=false

Orang Arab sering berkata “Kafilah Quraisy telah tiba''. Atau mereka berkata bahwa Quraisy adalah panduan dari Bani al-Nadr, bertanggung jawab untuk approvisioning mereka. Ibn al-Kaldi mempertahankan Quraisy yang merupakan nama kolektif. Cerita lain menceritakan bagaimana nama berasal dari Al-Nadr bin Kinana, karena ia “tampak seperti unta Quraisy'' Satu lagi menyatakan bahwa itu berasal dari makhluk laut yang mengerikan: al-qirsh.

Dan begitulah etimologi yang tidak meyakinkan terus berlanjut, dan setidaknya salah satu dari mereka menunjukkan bahwa Quraish istilah yang lebih baru. Jelas bahwa orang Arab tidak tahu jelas siapa kaum Quraish.

Lebih dalam Tentang Quraish dan Qadesh, adakah keterhubungan keduanya ?

  • Dalam bahasa Ibrani Qadesh berarti suci / kudus, berasal dari bahwa Phoenisi – Qadesh. Kata ini juga ditujukan untuk kuil pelacuran.
  • Dalam Bahasa Ugaritik, Qadesh berarti suci, seperti dalam sebutan ‘binu Qadishi’ (anak kesucian)
  • Dalam Bahasa Akkadian berarti penyucian, pemurnian; kadhistu: membaktikan diri untuk Ihstar.

ketiga kemungkinan di atas tidak cukup berhubungan dengan KDS atau KRS.

- Dinasti Persia Achaemenid juga dikenal sebagai dinasti Kurarysh, dari Anshan di Elam di mana mereka membangun dinasti.

Dalam Bahasa Arab Kuraysh berarti “yang datang bersama-sama setelah terpisah”, “makan dari hasil jerih payah”, “di tugas peziarahan”, atau mahluk misterius dari laut – al-qirsh. Nama ini juga adalah mata uang Arab, dan kita juga mengenal ada Ilwat al-Qirsh, sebuah pulau di Danau Mangala dekat pelabuhan Said. Tak ada satupun dari arti itu yang menolong. Tampaknya semua arti malah membingungkan.

Namun ada satu referensi tentang ‘Koreysh’ dari Chronicle Theophanes yang mengatakan sekutu Arab (feodi) bagi Kaisar Heraclius. Ketika merujuk pada orang, maka etimologi ini berhubungan dengan suku Kurdi, bahasa Kurdi. Suku Kurdi utamanya orang Persia dan Indo-Eropa tetapi mereka melampaui satu etnisitas spesifik, sebagai minoritas di Iran (7 %), di Irak (17 %), di Turki (18%) dan bahkan Siria (9%).

http://en.wikipedia.org/wiki/Kurdish_people

Suku Kurdi (dalam Bahasa Kurdi: کورد ) adalah kelompok etnis ethnolinguistic keturunan Iran, kebanyakan menghuni suatu wilayah yang dikenal sebagai Kurdistan, yang termasuk bagian perbatasan dengan Iran, Irak, Suriah, dan Turki. (...) kebanyakan berbicara Kurdi, sebuah Bahasa Indo-Eropa dari cabang Iran. Suku Kurdi diklasifikasikan sebagai rakyat Iran tahun (...) "Bahasa Kurdi" bukan entitas linguistik terstandar dengan jelas, dengan status resmi atau bahasa negara. Bahasa Kurdi adalah sebuat kontinum dialek-dialek terdekat yang dipakai oleh masyarakat dalam area geografis yang merentang beberapa Negara, dalam beberapa negara ini mereka membentuk satu atau beberapa sub-standard regional ( …) Bahasa Kurdi milik sub-kelompok Bahasa-Bahasa Iran barat-laut, yang pada gilirannya masuk ke cabang Indo-Iran dari keluarga Indo-Eropa. Bahasa Hurrian yang lebih tua dari orang-orang yang mendiami wilayah Kurdi digantikan oleh bahasa Indo-Eropa sekitar 850 SM, dengan kedatangan orang Media ke Iran Barat. (….)

Kita dapat lihat bahwa Suku Kurdi membentuk persekutuan dengan orang Elam di Iran Barat Daya. Namun pada saat ini saya tidak menyatakan seberapa terhubungnya mereka dengan Cyrus. Satu hal yang bisa diyakini di sini bahwa bangsa Kurdi seperti Persatuan Bangsa-bangsa dalam skala kecil, sekumpulan orang-orang yang patut dipelajari. Bahkan ada Kurdi Yahudi (yahudi pegunungan, Khazars) dan studi ADN saat ini membuktikan betapa kuatnya kekerabatan Cohen Modal Haplotype. ‘Kurdi’ lebih cenderung ke perkumpulan sosio-ekonomi dari pada etnisitas. Bisa jadi ada hubungan antara arti Kuraysh dalam bahasa Elam “mereka yang menyediakan barang-barang” sebagai suku nomad.

Peta Mesopotamia kuno (Hurria, Akkadia, Subartu, Amurru, Elam, dll)


Nampaknya mereka mungkin dekat dengan keturunan Nuh, dan revolusi agraria.

Akhirnya, tetap saja etimologi yang paling memungkinkan adalah Quryash dari bahasa Elam yang berarti “penyedia” atau “yang dilimpahkan kepedulian / perawatan.”


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH?

oleh Badra Naya pada 15 Juli 2011 jam 12:52

Bab 5

DI MANAKAH MUHAMMAD PERNAH HIDUP JIKA BUKAN DI MEKKAH?

Kita telah melihat cukup banyak bukti bahwa Mekkah, kota di provinsi Hijaz, Arab Pusat, tidak mungkin menjadi tempat di mana Muhammad tinggal. Kalaupun memang Mekkah benar-benar sudah lama ada sebelumnya, ia tidak signifikan dan tandus, jauh dari pusat penyembahan suatu agama pada zaman pra-Islam. Sebuah kota tua di selatan Libanon Abel-Bet disebut Maakha, berbatasan dengan lembah Bekaa pernah disebutkan di Perjanjian Lama. Tempat ini sangat cocok dengan riset kita. bisa sangat baik berikut ini penelitian kami. Bahkan bukti-bukti kaligrafis menunjukkan ke suatu tempat kelahiran dekat Irak.

Jadi, bisakah kita mengumpulkan bukti bahwa “Muhammad“ pernah menghabiskan masa mudanya di sebuah area yang bukan di Arab Pusat ? BISA. Dan BANYAK yang bisa dihadirkan. Mari kita munculkan bukti-bukti ini. Sekali lagi kita membutuhkan hasil studi dari 'Brother Ayman' dari free-minds.org

http://www.free-minds.org/ayman

Dalam artikel yang berjudul Keterbatasan Bahasa (Language Barier) kita telah lihat bagaimana peristiwa-peristiwa penting yang tercatat dalam Sirah Nabi justru bermasalah. Misalnya, kapan Nabi lahir dan di mana ia tinggal. Tidak ada bukti dari sebuah kota bernama Mekkah pada zaman pra-Qur'an. Sebaliknya bukti menunjukkan bahwa kata benda umum ‘MKK(t)’ dalam QS 48:24 berarti penghancuran adalah sesuai dengan maksud dari Qur'an. Jadi secara alami, muncul pertanyaan, di mana sebenarnya Nabi Muhammad pernah hidup? (...)

Di manakah Muhammad Pernah Benar-benar Hidup ?

Dalam pencarian kita untuk menemukan daerah di mana Muhammad pernah benar-benar hidup, kita akan menggunakan pendekatan yang agak berbeda dengan usaha-usaha sebelumnya. Kita akan menggunakan pendekatan berdasarkan ortografi (analisa system ejaan) dalam Qur'an. Dengan cara yang sama kita dapat mengenali jika seseorang penulis adalah Inggris-Amerika atau Inggris-British dari gaya penulisan dan pemilihan kosa-kata tertentu, dan ejaan kata-kata tertentu. Kita akan mencoba untuk menggunakan ortografi untuk mengidentifikasi di mana ayat-ayat Qur'an itu pernah diturunkan awalnya.

Seperti kita lihat di artikel ‘Language Barrier’, Bahasa Arab adalah bahasa umum dan bukan bahasa agama atau sastra berkelas elit. Akibatnya, arkeolog telah menemukan bahwa hingga zaman Islam dan munculnya Qur'an, prasasti-prasasti Arab ditulis dalam berbagai aksara yang bukan aksara Arab, dan tidak ada aksara khusus apapun yang terkait dengan Bahasa Arab. Penulis Arab hanya menggunakan aksara berkelas dari wilayah geografis di mana tulisan itu ditulis. Aksara berkelas adalah aksara yang terkait dengan bahasa terkenal di daerah tersebut. Di era pra-Islam, ada dua aksara utama yang digunakan untuk menulis Bahasa Arab Lama:

  1. Aksara Aramik Nabatea. Ini adalah aksara dari bahasa Aramik Nabatea.
  2. Aksara Musnad. Ini adalah aksara yang disebut aksara Arab Selatan dan inilah aksara yang terkait dengan bahasa kaum Sabaik atau lebih dikenal sebagai kaum Sabaean.

Manakala aksara Musnad musnah segera setelah zaman Islam, aksara Nabatea berkembang menjadi aksara Arab yang kita kenal saat ini. Peta berikut ini memperlihatkan lokasi dari prasasti-prasasti aksara Nabatea (merah) dan prasasti beraksara Musnad (hijau) (…)

Naskah Qur'an dalam aksara Mashq (Medina), tertanggal 725 M berisi Surah Ya-Sin (36), 72-83 dan Al-Saffat, 1-14. tanpa ada penandaan ayat dan judul heading.

http://en.wikipedia.org/wiki/Ma%27il

(naskah beraksara Ma'il atau Hijazi, dari Hejaz –Arab Barat).

http://www.schoyencollection.com/arabic.htm

Secara kronologi: Umayyad Kufic (661-750); Mashq (Medina, 750-800); Kuffic Barat (850-950).

Metoda ortografi Qur'an meniadakan asal-usul elemen Arab pusat. Baik di Arab Pusat dan Selatan Arabia, aksara Sabaik tetap jadi aksara prestise sampai zaman Islam ketika Qur'an beraksara Sabaik ini akhirnya digantikan oleh Qur'an beraksara Aramik Nabatea.

Di provinsi-provinsi Romawi yang berafiliasi dengan Ghassanid di Utara Arab, Bahasa Yunani semakin menjadi bahasa prestise politik dan agama dimulai sekitar pertengahan abad keempat Masehi dan dengan demikian mengambil alih sebagai aksara prestise-religius. Hal ini dikonfirmasi oleh dua perkamen pra-Qur'an yang bertuliskan sebagian dari teks Septuaginta dari Mazmur 78 (LXX, 77) dengan penjelasan Bahasa Arab ditulis dalam aksara Yunani. Di sisi lain, di barat daya Irak dan daerah perbatasan Utara Arabia, provinsi Lakhmid terus menggunakan bahasa Aram Nabatea sebagai naskah prestise untuk menulis Arab.

Dengan bukti-bukti arkeologi fisik di atas, dan fakta bahwa tidak ada aksara khusus yang berhubungan dengan Arab, Qur'an hanya ditulis dalam naskah prestise dari daerah mana ia berasal. Pada akhir abad keenam masehi, naskah bahasa Aram Nabatea adalah naskah prestise di provinsi Lakhmid Utara dan kota-kota perbatasan Arab, seperti aksara Musnad di Arab Pusat. Jadi fakta ini benar-benar menyangkal bahwa Qur'an awalnya ditulis di sebuah kota Arab Pusat, Mekkah dan Madinah sekarang, kalau tidak maka akan telah ditulis dalam naskah Musnad yang jauh lebih cocok, yang merupakan naskah prestise bagi wilayah itu. Hal ini juga sepenuhnya meniadakan asumsi bahwa Qur'an itu awalnya berasal di sebuah kota Romawi seperti Yerusalem atau kota-kota sekitarnya Ghassanid di mana aksara prestise yang dipakai di sana adalah aksara Yunani. Satu-satunya kesimpulan logis berdasarkan bukti di atas adalah bahwa Qur'an haruslah berasal di sebuah provinsi Arab Utara Lakhmid di mana aksara Aramik Nabatea adalah aksara prestise yang dipakai.

Sebagai catatan tambahan menarik, kita lihat dalam Qur'an berhala kaum Nabatea seperti Manat dieja menggunakan ejaan Nabatea dengan medial "waw" ("mnwt") sebagai lawan ejaan Arab ("mnt"). Hal ini semakin mendukung bahwa Qur'an diturunkan di wilayah di mana aksara Aram Nabatea menjadi aksara prestise, dan karenanya teks-teks Qur'an mengadopsi ejaan Nabatea asing dengan nama diri (proper name) sebagaimana mereka digunakan bukan sebagai ejaan Arab Tua, yang sesuai dengan pengucapan Bahasa Arab. (keterangan penerjemah: untuk mudah memahami maksud penulis, mari kita ambil contoh Bahasa Jepang. Jika ada kata asing yang tidak ada dalam phonem Jepang, maka Bahasa Jepang menuliskannya bukan dalam aksara Kanji, melainkan Hiragana atau Katakana).

Mengingat bahwa pada akhir abad keenam masehi, bagian utara daerah itu, seperti Avdat dan Umm Aljimal berada di bawah pengaruh Romawi yang kuat dan aksara Yunani akan menjadi bahasa prestise, fakta ini bisa kita lihat dari kota-kota di bagian rendah daerah itu sebagai kandidat yang paling mungkin di mana Qur'an berasal. Ini akan menjadi suatu tempat antara Hegra dan Hira, termasuk kota-kota seperti Domat Al-Jandal, Tabuk, Tayma, dll. Semua kota tersebut berada secara signifikan pada rute perdagangan besar dan memiliki rakyat dengan beragam agama, tidak seperti kota terisolasi dan tidak berarti yang kemudian diberi nama Mekah.

Dengan demikian, setiap kota di atas akan lebih cocok dengan deskripsi yang diberikan oleh Qur'an sebagai "Ummul Qura" (ekspresi yang mirip dengan "ibu dari pemukiman" atau "tempat lahirnya peradaban"- yaitu QS 6:92, 42:7).

http://www.free-minds.org/language

Melihat kembali pada bukti arkeologis dari periode sebelum Qur'an diturunkan, kita melihat fenomena yang sangat menarik. Kita melihat banyak prasasti dalam Bahasa Arab. Namun prasasti-prasasti tersebut sebagian besar berupa tulisan informal yang tidak berbicara tentang urusan agama atau urusan politik. Prasasti-prasasti tersebut seperti grafiti yang ditulis oleh kaum awam. Mereka berbicara tentang masalah orang kebanyakan, seperti berburu, mencari air, suku dan keluarga, merawat ternak, cinta, kesedihan, dan aspek normal lain sehari-hari dari kehidupan gurun.

Di sisi lain, di wilayah yang sama di Arab di mana grafiti beraksara Arab informal itu ditemukan, ribuan prasasti Nabatea juga dapat ditemukan. (...) Mereka adalah salah satu kaum yang di sepanjang daerah tersebut yang menggunakan dua bahasa untuk tujuan yang berbeda. Mereka menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa informal sehari-hari untuk hal-hal umum dan Bahasa Nabatea sebagai bahasa untuk urusan agama dan formal. Sebagian besar rakyat jelata tidak akan memahami bahasa agama elite dan ini membantu elit agama dan politik untuk memonopoli kekuasaan. Lebih penting lagi, bukti arkeologi ini dikonfirmasi oleh tanda dalam 16:103 yang jelas menunjukkan ke Bahasa Arab tidak menjadi bahasa agama. (...)

Berdasarkan QS 16:103, kita menemukan bahwa Bahasa Arab bukanlah bahasa agama, tapi bahasa orang kebanyakan. Hal ini menjelaskan bagaimana istilah ‘ummi’ yang berasal dari ‘ummat’. Ummi bukan berarti buta huruf, melainkan orang awam yang tidak mengerti bahasa Kitab. Hal ini menjelaskan ayat QS 62:2 dan 3:75 dimana arti ‘buta huruf’ tidaklah cocok, sebab tentu saja tidak semua orang di zaman Muhammad buta huruf, dan tidak pula Muhammad. (…)

Bahasa Arab adalah bahasa kaum awam, bukan bahasa kaum cendikiawan dan rohaniwan. Untuk itu setiap kata religius yang memakai Bahasa Arab (di Qur'an) patut dicurigai dan diteliti secara seksama sebelum diterima.

Kisah tentang buta hurufnya Muhammad adalah suatu karangan lain yang dibuat untuk menyatakan bahwa Qur'an benar-benar mu'jizat. Namun mu'jizat itu ternyata didasari atas mental umat Islam yang mudah ditipu, dan tak pernah mau tahu.

Coba bandingkan ini: Aksara Nabataean Aramik hanya memiliki 22 phonem; Aksara Musnad memiliki 28 phonem, seperti juga Bahasa Arab. Ironisnya, justru aksara Nabatea Aramik yang menggantikan aksara Musnad. Alsan paling memungkinan adalah bahwa Muhammad dibesarkan di tempat yang di antara tempat-tempat itu, entah wilayah Ghassanids atau Lakhmids.

Informasi menarik tentang Kaum Nabatean dan hal-hal terkait dengannya dapat anda lihat di:

http://nabataea.net/lhistory.html

http://nabataea.net/arabia.html

http://nabataea.net/12tribes.html

http://nabataea.net/foundingnations.html

http://nabataea.net/hagar.html

Kembali pada judul bab ini: ‘Dimanakah Muhammad Hidup , jika tidak di Mekkah?’, kita melihat bahwa dia paling memungkinkan datang dari latar-belakang Nabatean. Kita juga telah melihat bukti-bukti kaligrafis dari naskah-naskah Qur'an awal.

Prasasti bertanduk, berbunyi : 'QoS-adalah-Allah', segel ini dikaitkan dengan dewa orang Edom : Qaush, ditemukan di dekat Petra.

Lihat : http://www.dhushara.com/book/orsin/orsin3.htm

Dalam situ free-minds ada artikel dengan 6 halaman panjang menyoal tentang kemungkinan asal-usul Muhammad.

http://www.free-minds.org/moh

Pengarangnya (menamakan dirinya : Layth) memulai ontology Islam dari Nuh, ke Hud (aad) ke Shaleh (Tsamud) dan kemudian Abraham dan Lot, dengan mengutip banyak ayat-ayat quran (QS 2:127, 2:158, 3:96, 22:26, 14:37, 6:83-86, 15:76-77, 29:35): “dan sisa-sisa darinya tetap ada sebagai tanda yang jelas….”

Sang penulis mengakhiri tulisannya dengan : “ … dapat dikatakan, dengan melihat bukti-bukti, bahwa kota kuno Petra adalah benar-benar lokasi dimana kaum Lot, saudara Ibrahim / Abraham tinggal.

(Catatan : Surah ke-8 secara kronologis adalah surah ke 88 atau surah Madinah Awal)

Di sini kita memiliki sejumlah poin konklusif yang perlu diperhatikan:

Ø Wahyu baru terungkap melalui Muhamad (8:31);

Ø Kuil suci berada di lokasi ini (8:34-35);

Ø Muhammad hidup di antara orang-orang ini (8:33);

Dengan mempertimbangkan semua informasi ini, berarti Muhammad memulai misinya di Bakka, di mana Abraham / Ibrahim berasal dengan Baitullah buatan Ismail. Namun sekarang berdasarkan tradisi Sunni dan Shia, kita diberi tahu bahwa lokasi Baitullah itu berada di Mekkah, Arab, di mana Kaabah (kuil berbentuk kubus) itu berada dan jutaan peziarah tiap tahun selama berabad-abad melakukan ritual haji (merujuk pada QS 3:96). Bagian yang paling jelas dan penting dari informasi yang sering dilupakan adalah bahwa Allah menyebut tempat rumah suci pertamanya terletak disebut “Bakk’a”. Sekalipun Bakka dan Makka(t) kedengarannya bersanjak, tetap saja jelas berbeda nama dan berbeda tempat (…)

Nama `Bakka` telah tertulis dalam kitab-kitab kuno dan yang diberikan sebagai nama daerah yang dicapai ketika para peziarah keluar dari lembah Refaim dari barat selatan yang mengarah ke gunung Sion di jantung kota Yerusalem (2Sam. 5: 22-23, Mazmur 84,4-8). Bahkan, nama Bakka masih dipertahankan untuk daerah yang sama yang langsung menuju jantung kota Yerusalem dari arah barat dan selatan (saat ini bernama Ge'ullim). Kita diberitahu bahwa kata 'Kaa'bah' berarti ' berbentuk kubus' dan bahwa situs di Mekah telah dibangun sesuai dengan persyaratan desain.

Namun, makna 'kubus' yang terkait dengan kata ini tidak memiliki dasar dalam Qur'an itu sendiri, atau bahkan dalam Bahasa Arab yang masih digunakan sampai hari ini (kata untuk kubus dalam Bahasa Arab adalah “mu'ka'ab”, bukan Ka'bah atau Kaab). Kata 'Ka'b / Ka'bah' yang terkait dalam Bahasa Arab merujuk pada setiap fitur yang menonjol, seperti tulang di sisi pergelangan kaki (mengutip QS 5.6) ... Jadi, membangun, apapun bentuknya bisa disebut 'Ka'bah' asalkan ia berdiri keluar dari dataran.

http://www.free-minds.org/ayman

Tentang Perubahan Kiblat seperti yang dilaporkan dalam QS 2:142-150, sebuah surah Madinah lainnyaQS 2:142

The foolish from amongst the people will say: “What has turned them away from the focal point that they were on?” Say: “To God is the east and the west, He guides whomsoever He wishes to a straight path

Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka dari kiblatnya yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus".

Umat islam dibingungkan dengan ayat-ayat di atas, berpikir bahwa perubahan qiblat dari “Rumah Suci” adalah perintah Allah kepada Muhammad dari Yerusalem ke Mekkah. Masalah mendasar dalam penafsiran ini adalah bahwa dalam ayat 2:142 “perubahan” itu telah terjadi dan orang-orang mengomentarinya (yakni ’apa yang membuat mereka mengubah kiblat itu ?’). Sedangkan di ayat 2:144 nabi diberikan instruksi baru untuk mengarahkan Qiblat ke Rumah Suci (yang tentu saja bukan Mekkah karena perubahan Qiblat, yang dimaksudkan sebagai sebuah “ujian”, telah terjadi sebelumnya dan orang-orang sudah berkiblat bukan ke Yerusalem).

Setiap kota-kota di provinsi Lakhmid dan daerah-daerah perbatasan juga akan jauh lebih cocok dengan lingkungan multi agama di mana ayat Qur'an diungkapkan. Antara abad keempat dan keenam Masehi, orang Kristen Romawi telah menganiaya umat agama lain seperti Yahudi dan bahkan sekte-sekte Kristen lain yang mereka pandang sebagai sesat seperti Nestorian dan Monofisit. Akibatnya, kelompok-kelompok ini semakin pindah ke daerah Lakhmid dimana mereka ditoleransi dan disambut sebagai akibat dari penentangan mereka terhadap Roma. Jadi, tidak seperti Kristen Romawi, Kristen Nasara tidak pernah digambarkan sebagai penganut keyakinan Trinitarian. Dalam QS 5:72-73 kita melihat bahwa istilah Nasara tidak muncul di situ.

Ayat-ayat ini mengutuk mereka sebagai ‘yang tidak dihargai / ditolak / "kafir" – yaitu untuk kaum Monofisit (5:72) dan Trinitarian Roma (5:73). Di sisi lain, 9:30-33 menggambarkan Nasara sebagai "musyrik" untuk mengklaim bahwa Yesus adalah anak dari Allah. Kaum Nestorian sesuai dengan deskripsi ini karena mereka menolak Trinitas dan menekankan kemanusiaan Yesus. Kita tahu dari bukti arkeologis bahwa daerah-daerah Lakhmid adalah pusat utama untuk Nestorian.

Diambil dari artikel Ibn Warraq: The Quest for the Historical Muhammad

http://www.skeptically.org/enlightenment/id3.html

Bahwa kisah-kisah dalam tradisi Islam sangat benar-benar tidak bisa dipercaya sejauh berkaitan dengan tanggal-tanggal yang disebutkan, telah ditunjukan oleh Lawrence Conrad. Ketika diteliti lebih dekat sumber-sumber dalam upaya untuk menemukan tanggal lahir yang paling memungkinkan dari Muhammad, yang menurut tradisionalis terjadi pada Tahun Gajah, 570 CE, Conrad menyebutkan: “Pada abad kedua Hijriah pendapat para cendikiawan Islam tentang tahun kelahiran Muhammad bervariasi sampai berselisih 85 tahun. Nampaknya, dari seluruh kisah kelahiran Islam, hanya peristiwa tahun 622 lah yang paling aman, karena telah dikonfirmasi oleh koin yang menandakan era baru (….) Hanya baru pada waktu zaman pembuatan Haditslah, pada abad kedua Islam, semua gagasan yang samar-samar diserap dan dibuat jadi khusus dalam kisah-kisah Sunnah Nabi…. Muhammad, sebagai Sang Nabi, jurubicara dari dewa universal yang dipanggil sebagai Allah, merupakan produk penemuan ulama-ulama di abad kedua dan ketiga tahun hijriah (hal 102-105).

Dari catatan-catatan Non-Arab yang sezaman, kami menyimpulkan bahwa sumber-sumber lokal yang ditulis sebelum awal abad kedelapan tidak memberikan bukti tentang invasi yang direncanakan kaum Arab dari Semenanjung, atau tentang suatu pertempuran besar yang dihancurkan tentara Bizantium, juga tidak menyebutkan khalifah sebelum jaman Muawiyah, yang sebaliknya jelas merupakan tokoh sejarah sepenuhnya dibuktikan dari beberapa karya. Gambar sumber dari sastra sezaman nampaknya memperlihatkan penggerebekan yang tidak dramatis, layaknya perampok yang bisa masuk ke rumah karena mereka tidak menemukan oposisi militer. Dengan bukti ini dan bukti lainnya, kami menyarankan bahwa apa yang terjadi adalah serangkaian penggerebekan dan keterlibatan kecil, yang memunculkan cerita-cerita dramatis antara para pendatang Arab, yang mungkin berjudul “Bagaimana Kita, Arab, Menggulung Roma”. Kisah-kisah ini kemudian dipilih dan dihiasi di akhir zaman Umayyah dan awal ~ Abbasiyah untuk membentuk Sejarah Resmi Penaklukan ini.

Dengan latar belakang yang demikian maka cukup jelas apabila versi tertulis dari kisah-kisah tradisi Islam tidak setuju satu sama lain tentang nama-nama pertempuran, komandan, jumlah peserta dan korban dan sebagainya. Selanjutnya, jika kita menilai dari literatur ini, kita harus menyimpulkan bahwa Bangsa Arab pada saat masuknya mereka ke daerah Bulan Sabit Subur adalah bangsa pagan, dan tetap demikian sampai abad ketujuh. Elit yang berkuasa mengadopsi monotheisme sederhana dengan basis Yudeo-Kristen, yang dapat dilihat dari sebuah catatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kekristenan resmi dengan gubernur Arab selama tahun-tahun awal Muawiyah berkuasa (640-an) (hal 433).

Bukti arkeologi: bukti-bukti arkeologis menunjukkan Byzantium sudah mulai menarik militernya dari al-Sham (Siria) seratus tahun sebelum perampokan Sasanian dimulai pada tahun 604. Bagian buku ini berlanjut dengan melukiskan bukti arkeologi tambahan yang bertentangan dengan kisah-kisah tradisi Islam. Uang koin, misalnya, sampai tahun 71 H tidak ada uang koin yang bertulikan baik nama “Muhammad” atau frase-frase khas Islam" (Hal. 435-36).

Dan bukti-bukti arkeologi juga menunjukkan bahwa arah kiblat mesjid-mesjid sebelumnya tidak mengarah ke Mekkah sampai tahun 705, seperi mesjid Amir bin al As di Kairo, atau mesjid Wasit di Irak, sehingga selaras dengan kesaksian Balahhuri (disebut Futuh) bahwa Kiblat mesjid pertama di Kuffa, Iraq , konon dibangun pada tahun 670 M mengarah ke barat, sementara jika memang kiblat itu mengarah ke Mekkah harusnya langsung mengarah ke selatan. Sehingga ini menguatkan kesaksian Yakob dari Edessa yang meneguhkan, sehingga kita yakin bahwa mempertahankan bahwa kaum Mahgraye (ditulis Mhaggraye, Saracen, Arab) di Mesir berdoa menghadap ke timur, bukan tenggara. Oleh karena itu, sampai akhir tahun 705, Mekah belum dikanonisasikan.

Lihatlah videonya di :

http://www.youtube.com/watch?v=3pO4COKGFs8&feature=player_embedded#at=18

Jadi bisa kita simpulkan dari kutipan di atas :

  1. QS 2: 142 merujuk kepada sesuatu yang telah terjadi, yaitu orang-orang mengacu ke pada Qiblat lain selain Yerusalem, maka turunlah ayat itu. Bukan Allah sendiri yang menyuruh Muhammad mengganti arah Qiblat. Namun bukti-bukti memperlihatkan bahwa arah perubahan arah Qiblat mesjid-mesjid dari Yerusalem ke Mekkah, di Arab terjadi setelah tahun 710 M. (lihat bagian dari artikel itu yang tidak saya kutipkan).
  2. Ada kemungkinan nilai kebenaran dalam kisah setengah legenda tentang pertemuan Muhammad dengan Bahira, seorang rahib Nestorian.
  3. Lihat sekali lagi artikel tentang Nasara di atas.
  4. Semua kontroversi tentang Yesus sebagai anak Allah didasari atas pemakaian kata yang salah dalam Bahasa Arab tentang kata ‘anak’ itu sendiri, yaitu dengan menggunakan kata ‘walid’ yang berarti anak dalam artian darah dan daging, bukannya ‘ibn’ atau ‘al-Bayt’ yang bermakna yang datang dari, yang jauh lebih cocok.

Penulis artikel tersebut (menamakan dirinya ‘Ayman’) lebih jauh mengembangkan kajian tentang Mekkah, dan Batu Hitam (Hajar al Aswad) sebagai simbol dari Venus.

http://www.free-minds.org/ayman

Mengapa Mekkah ?

Keselarasan yang tepat dari Batu Hitam dengan matahari terbit di musim dingin bukanlah suatu kebetulan. Allat, berhala utama di zaman Muhammad, adalah dewi kesuburan dan ini dikonfirmasi oleh bukti-bukti arkeologis dari situs Nabatea. Ciri khas dari simbol dan ritual dewi kesuburan selalu terkait dengan matahari. Dalam kasus ini, arah matahari terbit musim dingin menandai lokasi di mana matahari adalah “dilahirkan kembali”.

Sekarang jika anda melihat lebih dekat, anda akan melihat bahwa tempat Batu Hitam ditempatkan adalah dalam bentuk vulva perempuan melebar dan Batu Hitam adalah dalam bentuk mahkota kepala dewa bayi yang baru lahir yang sedang keluar dari vulva.

Mendekatlah dan anda akan melihat bahwa orang-orang mencium kepala dewa bayi yang baru lahir. Mencium kepala adalah tradisi Arab kuno untuk meminta pengampunan. Jadi mencium bagian atas kepala dewa bayi yang baru lahir sebagai berhala sebagai praktek pagan tradisional untuk meminta pengampunan, dengan harapan dosa-dosa akan tercuci habis seolah-olah menjadi suci seperti bayi yang baru lahir.

Amatilah sementara waktu dan anda akan melihat orang-orang berputar tujuh kali mengitari Batu Hitam itu. Sebuah naskah pra-Qur'an ditulis oleh Epifanius di abad keempat menggambarkan ritual berputar tujuh kali sebagai bagian dari festival kelahiran berhala Nabatea berhala: Allat dan Dhushara sekitar musim dingin solstice. Angka tujuh dianggap suci dalam simbolisme pagan Arab dan pada umumnya karena menyimbolkan lima planet suci plus matahari dan bulan sebagaimana orang-orang zaman dulu menghormatinya.

Hari ini banyak orang di dunia Arab merayakan apa yang disebut dalam Bahasa Arab Subu', yang merupakan festival tradisional yang terjadi pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi yang baru lahir dan pada hari ketujuh setelah peziarah kembali. Seperti ziarah pagan yang kita amati dan Epifanius jelaskan, sebagai bagian dari perayaan kelahiran Subu', orang-orang biasanya mengelilingi rumahnya tujuh kali sambil membawa bayi yang baru lahir.

Sebagai dewi kesuburan, maka Allat sepadan dengan Aphrodit (Dewi Yunani). Berarti pula ia sepadan dengan Venus (Dewi Romawi), Astarte / Ashtoreth (Dewi Semitik), Ishtar (Dewi Mesopotamia), Kali (Dewi dalam Veda), Cybele (Dewi Anatolia), dan Frigga (Dewi Bangsa Norse). Dewi-dewi kesuburan dipuja di seluruh dunia kuno dengan berbagai nama. Yang menarik, batu hitam seperti yang ada di Mekkah umumnya dikaitkan dengan simbol kedewiannya. Contoh adalah gambar berikut yang memperlihatkan batu hitam yang dipuja di Kuil Aphrodite dekat Paphos Cyprus (….)

Batu Hitam Dewi Aphrodite

Benang informasi lain yang umum dan menarik yang menghubungkan berhala-berhala ini adalah mereka semua berhubungan dengan hari Jumat. Contohnya: Ashtoreth adalah dewi di hari Jumat. Begitu juga Venus di mana orang-orang Roma menamakannya Friday yang di ambil dari artian “dies veneris”. Kata Friday berasal dari dewi Norse, Frigga. Ketika suku-suku Jerman menginvasi Inggris mereka memaksakan praktek pemujaan dewa-dewi mereka di hari itu yang dimaksudkan untuk menghormati Venus. Hari yang dikhususkan itu disebut Frigedaeg, yang berangsur-angsur menjadi “Friday”. Saya rasa ini bukan suatu kebetulan jika Friday (hari Jum'at) dijadikan hari suci bagi sekte-sekte yang mengagungkan Allat / Aphrodite dan Kuil Suci Berbentuk Kubus, dan Batu Hitam (….)

Para sektarian itu sekarang berfantasi bahwa Muhammad, atas nama mereka, dapat bersyafa'at dan mengatur siapa-siapa yang bisa masuk ke syurga. Orang mungkin berpikir bahwa mereka sedang mengagungkan nabi, namun setelah dilihat akar dari praktek ini lebih dekat, mereka cuma sedang mengagungkan nabi imaginer, nabi angan-angan. Jadi ketika mereka sedang memohon kepada nabi imaginer ini, mereka sebenarnya tidak lebih dari melayani fantasi mereka sendiri.

Seperti al-Qur'an tanggapi tentang hal itu di QS 12:106, 30:30, 39: 44-45, 6:121 dan 159, umat Muslim mengikuti apa-apa pun yang hanya berdasarkan desas-desus & dugaan.

Jadi, bukti-bukti kuat yang menunjuk ke lokasi di Barat Laut Arab sebagai wilayah di mana Muhammad berasal. Hal ini tersirat dalam dalam konkordansi dengan ayat QS 37:137-138:

And lo! ye verily pass by (the ruin of) them in the morning, And at night-time; have ye then no sense?

Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melalui (bekas-bekas / puing-puing reruntuhan) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan?

QS 33:27

''He caused you to inherit their land and their houses and their wealth, and land ye have not trodden.''

Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan tanah yang belum kamu injak Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.

Kita harus berpikir dari ayat terakhir tadi bahwa dia tidak berasal dari Mekkah dan kita dapat menyimpulkan dari ayat pertama bahwa ia berasal dari Barat Laut, yakni daerah Nabatea Arab.

http//www.reocities.com/spenta_mainyu/Islam.htm

Mengikuti indikasi yang diberikan dalam QS 37:133-38 Muhammad adalah seorang dari Suku Midian / Nabatea, dan istrinya Hadija adalah putri Adb al-Uzza, sebuah nama dari Nabatean. (Jika kita mendekatkan dengan QS 25:38-41 maka ini menegaskan demikian, karena kaum Aad, Tsamud, Rass adalah kaum Midian). (…..)

QS 33:27 didahului oleh ayat-ayat yang berhubungan dengan 'pertempuran parit', yang Ismaelite-Hagarenes dilaporkan telah bertempur dengan musuh-musuh mereka (kelompok sekutu dari Mekah dan beberapa suku Yahudi). Mekah dan sekutu mereka tidak bisa mengambil Madinah, sehingga mereka meninggalkan upaya pengepungan dan kembali ke kampung halaman mereka. Jika cerita ini benar, maka tanah Mekkah adalah tempat yang Muhammad sendiri belum pernah injak !

Ayat-ayat Quran sendiri membuatnya jelas. Dia berasal dari tempat yang berbeda. Catatan : kaum Hagarin (kaum Arab dimana pergerakan islam berawal) berada di Madinah, dan itu adalah tahun kelima dari Hijrah, dan Rasul itu belum menginjak tanah lainnya termasuk tanah Mekah! (...)

Menurut literatur resmi / Tradisi Islam Muhammad telah memulai misi kenabiannya di Mekah. Tapi QS 33:27 hanya akan masuk akal apabila karakter sentral dalam mitologi Islam ini telah memulai hidupnya bukan di Mekkah, tapi di tempat lain. Tradisi Islam tampaknya menyiratkan bahwa tempat yang Muhammad pernah ucapkan sumpah untuk diambil adalah Mekah. Para penulis Arab nasionalis penyusun Qur'an nampaknya benar ketika mereka memasukan pernyataan bahwa Qur'an itu sendiri, karena mereka mencoba untuk mengadopsi ajaran asli sesuai dengan prioritas mereka.

Mereka mengklaim bahwa Muhammad bersumpah untuk mengambil Mekkah, karena Mekkah adalah kaum yang membuat pindah Muhammad berhijrah ke Medinah dan Mekah adalah kota penyembah berhala. Ini adalah keyakinan saya bahwa jika Muhammad pernah berpikir mengambil Mekah itu bukan karena ia diejek sana, bukan karena ia dipaksa meninggalkan Mekkah, bukan karena Mekah adalah kota kelahirannya, namun karena Mekkah memiliki kuil suci, saingan dari Kuil Suci Muhammad di BEKKA. Mekah adalah titik fokus dari berbagai agama adat / kultus. Oleh karena itu, kuil itu harus disingkirkan. Semua agama / sekte adalah ancaman terhadap status dan pengajarannya.

Ini adalah keyakinan saya : Nabi Muhammad bukan seseorang dari Mekkah. Kisah-kisah Islam membuatnya menjadi jelas : Suku dan keluarganya berasal dari Madinah. Lebih dari itu saya juga percaya bahwa sebelum ia dan keluarganya telah berpindah ke Madinah, mereka berasal dari tanah di utara dan hidup di sana (QS 3:96 bandingkan dengan Mazmur 84:6-7, QS 37:137 -138, 25:38-41). Jadi tempat paling selatan yang Muhammad pernah singgahi di Semenanjung Arab hanyalah Medinah….

Dan keyakinan pribadi saya adalah bahwa Muhammad berasal dari Hegra (tempat studi arkeologis sekarang yang disebut Meda’in Salah) Perhatikan pelafalan ini “Hegra / Hejra” dengan Hijrah. Keduanya berarti “yang disingkirkan”, “terpisah dari”.

Sekarang Hegra menjadi situs UNESCO pertama di Arab Saudi.

http://nabataea.net/medain.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Mada%27in_Saleh

http://www2.cnrs.fr/en/1235.htm

Prasasti-prasasti lain yang ditemukan di situs ini – kali ini tertulis baik dalam aksara Nabatean maupun dalam suatu aksara penengah antara Nabatean klasik, seperti yang ditemukan di Petra, dengan aksara Arab. Petunjuk ini akan membantu epigrafis untuk memahami tulis menulis dikembangkan di wilayah ini. “Nabatea, aksara yang berasal dari Bahasa Aram, adalah leluhur langsung dari aksara Arab,” papar Nehme. “Script Transisi antara Nabatea dan Arab telah diamati di situs arkeologi lainnya, tapi ini adalah pertama kalinya bahwa kami telah melihat mereka di Hegra.”

Anda bisa membacanya lebih lanjut di situs Mudarras Kadhir Gaznavi More on this in Mudarras Kadhir Gaznavi site. Namun saya akan menyingkat 5 halaman panjang tulisan beliau : Ajaran agama Islam, diambil oleh Imperialis Arab dari Iman kaum Sabean !

http://www.reocities.com/spenta_mainyu/Islam.htm

The Hagarene Messenger

http://reocities.com/spenta_mainyu_2/Muhammad.htm


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH ?

oleh Badra Naya pada 17 Juli 2011 jam 17:45

Bab 6

SIAPA DAN KAPAN MUHAMMAD PERNAH HIDUP ?

Kita berasumsi bahwa hanya ada satu nabi yang melahirkan Islam. Tapi asumsi ini ditantang oleh begitu banyak ketidak-cocokan theologis antara ayat-ayat 'Makkiyah' (Hegra) dan 'Maddaniyah'. Seperti halnya kita biasa berasumsi bahwa Surat-surat Rasul Paulus ditulis oleh satu orang saja, yaitu Paulus. Namun para penyelidik kitab suci memperlihatkan ada setidaknya dua penulis yang menuliskan surat-surat itu. Yang pertama lembut dan pengalah, sedangkan yang kedua otoritatif dalam kepemimpinan gereja yang nampaknya sudah mapan. Para ahli percaya bahwa orang kedua ini, yang menuliskan surat-surat penggembalaan dan menyisipkan ide-idenya dalam ketokohan Paulus, adalah Polycarpus. Keyakinan ini dilihat dari gaya-gaya penulisan dan kesamaan-kesamaan ide.

Patut dicatat bahwa di ayat-ayat pertama di 'Mekah' (Hegra), tidak ada satu pun ayat yang menyebutkan nama 'Muhammad' yang dapat ditemukan, kecuali dalam tanda kurung penjelasan tambahan! Semua referensi ke MHMD atau MHMT dapat ditemukan dalam ayat-ayat Madinah: QS 3:144, 33:40, 47:2, 61:6, 48:29 Ayat yang terakhir ini sangat dekat dengan penyebutan Al Quran tentang 'Mekkah' (QS 48:24).

Di bagian sebelumnya telah kita lihat bagaimana Lembah Mekah adalah entah mengacu pada makna bahasa Arab asli MKK (penghancuran), atau jika didekatkan ke Bekka QS 3:96 (89), akan merujuk ke kota Daud Abel-Beth Maakha, dilihat dari atas lembah Beqa'a.

Dimensi eskatologis dari Alquran tentang deskipsi Syurga dan Neraka terutama didasarkan pada kepercayaan Persia, yaitu sebagai tempat penuh kenikmatan dan kesenangan nafsu yang dianggap bersifat ilahiah. Hal ini benar-benar bertentangan dengan gagasan syurga dari kaum Yahudi atau Kristen. Lahirnya gagasan ini ke dalam Qur'an karena dipengaruhi kepercayaan Persia tentang sang Nabi, ditambah dengan ketidakmengertian yang nyata tentang pengetahuan kitab suci Yahudi atau Kristen, lebih mengandalkan literatur apokrif, dan menunjukkan jauhnya jarak dari sumber-sumber Yahudi dan Kristen, terlepas dari pengaruh Sabian dan Nestorian itu sendiri.

Semua naskah tradisional tadinya terpisah-pisah, saya duga bahwa nabi yang asli 'Mekah' (Hegra) tidak lain adalah Salman dari Persia, yang diduga mantan sahabat 'Muhammad’, yang mana sebenarnya Muhammad ini bukanlah nama yang digunakan di sepanjang abad ke-6 di Arabia, meskipun timbul seperti jamur di tempat lembab segera setelahnya.

http://en.wikipedia.org/wiki/Salman_the_Persian

Adalah Salman yang memiliki ide menggali parit besar di sekitar kota Madinah untuk mempertahankan kota dan penduduknya dari 10.000 tentara non-Muslim Arab. Nabi dan para sahabatnya setuju dan menerima rencana Salman karena lebih aman dan akan ada kesempatan bagi tentara non-Muslim Saudi untuk menderita sejumlah besar korban. Salman mengambil ide tersebut dari cerita tentang kerajaan Persia, ketika mereka ketakutan mendengar serangan yang dipimpin oleh musuh-musuh mereka ke wilayah mereka, mereka menyarankan untuk menggali parit di sekitar mereka sebagai pengaman. Jadi selama Pertempuran Khandaq, apa yang kaum Muslim telah perkirakan ternyata terjadi.

Sementara beberapa sumber memasukan dia kedalam kumpulan Muhajirin (imigran dari Mekah), sumber-sumber lain menceritakan bahwa selama Pertempuran Khandaq, salah satu dari Muhajirin menyatakan "Salman adalah salah satu dari kita, Muhajirin", tetapi ditentang oleh umat Islam Madinah yang dikenal dalam Bahasa Arab sebagai Anshar. Argumen yang hangat mulai antara dua kelompok, masing-masing mengklaim bahwa Salman adalah bagian dari kelompok mereka, dan tidak untuk kelompok lain. Muhammad tiba di tempat kejadian, dan mendengar perselisihan ini. Dia merasa geli dengan klaim tersebut, tetapi ia segera mengakhiri argumen mereka dengan mengatakan: "... Salman bukan Muhajir atau Anshar Dia adalah salah satu dari kita. Dia adalah salah satu Ahlul Bait".

Salman Persia meninggal pada masa pemerintahan khalifah ketiga, Utsman bin Affan. Ada beberapa perdebatan tentang usianya pada saat kematian. Ia dimakamkan di Ctesiphon, di Irak sekarang. Meskipun kota itu sekarang ditinggalkan, masih ada sebuah kota yang diberi nama sesuai namanya, Salman Pak. Kuilnya di Al-Mada'in diserang pada tanggal 25 dan 26, 2006, dan tampaknya telah hancur dalam suatu peristiwa kekerasan setelah penghancuran Masjid Al-Askari. Makamnya ditampilkan juga di Lod (Lida), Palestina / Israel, sekarang dalam tempat modern yang disebut Ramot Eshkol. Dia menerjemahkan bagian dari Al Qur'an ke dalam Bahasa Persia, sehingga menjadi orang pertama untuk menafsirkan kitab suci umat Islam ke dalam bahasa asing.

Dia demikian akrab dengan kaum Arab. Bahkan ia mempersonifikasikan semangat islam dan sehingga menjadi orang suci yang sangat dihormati oleh kaum sufi.

Catatan: Muhajirin, Hijrah dan Hijriyah berbagi makna yang sama dengan 'dikutuk', 'terpisah dari' atau 'lolos', 'berangkat dari'.

Siapa Yang Menciptakan Quran?

http://www.mukto-mona.com/Articles/kasem/quran_origin.htm

http://www.mukto-mona.com/Articles/kasem/quran_origin3.htm

Tidak diragukan lagi, Muhammad dengan cerdik memanfaatkan bakat luar biasa Salman untuk menyusun banyak ayat Al Qur'an yang berkaitan dengan cerita-cerita sejarah Mesir kuno, Yunani, Romawi dan Persia. Karena Salman dulunya seorang penganut Zoroaster, Muhammad belajar secara detail tentang keyakinan dan prakteknya dan memasukkannya ke dalam Alqur'an. Deskripsi Muhammad tentang syurga dan neraka benar-benar mirip dengan versi dari Zoroastrian. Jadi ayat-ayat yang berhubungan dengan hukuman di neraka dan hadiah di syurga pastilah disumbangkan oleh Salman orang Persia ini. Sangat menarik untuk dicatat bahwa Salman menjadi anggota keluarga dekat Muhammad. Aisha melaporkan bahwa Muhammad menghabiskan berjam-jam dengan dia - mendiskusikan berbagai topik keagamaan, begitu banyak sehingga, Aisyah berpikir bahwa Salman akan menghabiskan malam dengan Muhammad. Dst.

Singkatnya, saya tidak akan memasukan rujukan sejarah dalam Al Qur'an yang tidak diragukan lagi dikatakan kepada Muhammad oleh Salman. Silahkan anda menghabiskan waktu membaca Qur'an dan saya yakin anda akan menemukan bahwa ayat-ayat Qur'an murni dibuat oleh manusia, bukan kisah yang diceritakan oleh Allah.

Namun Salman tidak banyak berjuang. Ia seorang pemimpin karismatik dan seorang yang berpengatahuan (menurut standar Arab). Masalahnya adalah Salman si Orang Persia (Salman El Farisi) bukan keturunan Arab sehingga dia diberikan peran sekunder dalam iman imperialis Arab yang keluar dari Madinah ... di mana Salman El Farisi ini digabungkan figurisasinya dengan sesosok alter ego lainnya, Muhammad Si Tukang Perang dari Madinah, yaitu Muhammad ibn Maslamah. (nama belakangnya, ‘maslamah’ mungkin berada dibalik pembentukan kata ‘muslim’). Ia dijuluki sebagai 'Ansari' atau 'Pedang Nabi' (siapa yang dia lindungi? Mungkinkah Salman El Farisi ini?). Dia pasti berada di balik ayat-ayat Madinah yang penuh dengan kebencian dan darah. Jangan sampai tertukar nama Maslamah dengan Musailamah dalam perang Riddah.

Dari kesaksian-kesaksian non-Muslim pertama yang kita miliki, dari Doctrina Jacobi (634-640) sampai setidaknya John Bar Penkaye (687) semuanya memimpin kita untuk menyimpulkan bahwa tidak ada Nabi Islam yang diakui, namun seorang perampok Arab (di antara lain) yang dinamai atau bernama belakang MHMD (kadang-kadang MHMT), atau disebut juga 'Mahmud' atau ‘Mamet ‘ oleh Yohanes dari Damaskus. Lebih dari itu, dalam Doctrina Jacobi (634), Nabi itu tidak bernama dan digambarkan sebagai seseorang yang BARU saja muncul (padahal pada tahun 634 menurut tradisi Islam, Nabi Muhammad, telah meninggal 2 tahun sebelumnya).

Apa yang Anda ceritakan padaku, tuan dan guru, tentang nabi yang telah muncul dari kaum Saracen” - “Aku takut bahwa kita harus bersiap-siap bertemu syetan, namun berangkatlah, Tuan Abraham, dan pelajarilah tentang nabi yang telah muncul itu.“

Sangat jelas bahwa hal itu berkaitan dengan seseorang yang masih hidup, baru muncul dan berkiprah ! Dokumen tersebut juga menjelaskan bahwa orang-orang Saracen (atau Mahgraye, Hagarin, sebutan bagi bangsa Arab) dan Yahudi bersekutu. Yang banyak bertentangan pernyataan Al Qur'an !

Menurut pendapat saya, perampok dari Arab ini adalah Muhammad ibnu Maslamah (591-666). Sosok inilah, yang juga diasumsikan sebagai ‘sahabat’ Nabi, diberi julukan Ansari yang pada tahun 634 menjarah Palestina dan Siria. Dengan demikian ini menguatkan catatan kesaksian non-muslim paling awal yang kita miliki (dari 'Doctrina Jacobi tahun 634 dan paling tidak Penkaye bar Yohanes yang menulis pada tahun 687). Maslamah ini, kadang-kadang disebut sebagai 'Pedang Nabi' (baca si tukang jagal). Dia bahkan bukan seorang Arab dan digambarkan sebagai''seorang halif dari suku Aws''.

http://christianorigins.com/islamrefs.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_ibn_Maslamah

Muhammad bin Maslamah, kadang dijuluki Ansari (591-666) adalah seorang Sahabat Muhammad. Dia salah satu dari orang-orang di Yathrib yang menjadi Muslim dan merupakan halif atau sekutu dari suku Aws di Madinah yang menunjukkan dia bukan seorang Arab. Ia menjadi seorang muslim di tangan Mus'ab bin Umayr, sebelum Usayd bin Hudayr dan Sa'ad bin Muadh yang adalah orang-orang berpengaruh di kota itu. Dalam tahun 622 ketika Muhammad tiba di Medina, dia memasang-masangkan satu Muhajirun dengan satu Anshar. Muhammad bin Maslamah dipasangkan dengan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Muhammad bin Maslamah mengambil bagian dalam semua pertempuran militer Muhammad kecuali Pertempuran Tabouk. (...)

Pada tahun 627, setelah menyerahnya dari Bani Qurayza, Muhammad bin Maslamah ditugaskan untuk menangkap para lelakinya dan pada akhirnya dibunuhnya. Selama kekhalifahan Umar (634-644), Muhammad bin Maslamah ditugaskan dengan tugas khusus yaitu untuk menyelidiki keluhan terhadap pejabat-pejabat Negara Islam (pent – menjadi kepala intelijen). Ketika Amr bin Al-Aas meminta bala bantuan selama ekspedisi ke Mesir, Umar mengirimkan kepadanya empat detasemen masing-masing beranggotakan seribu laki-laki, dipimpin oleh Muhammad ibn Maslamah, az-Zubair bin Awwam, Ubadah ibn as-Samit dan al-Miqdad bin al -Aswad.

Muhammad bin Maslamah juga melayani Utsman, pengganti Umar. Ketika Umar tewas pada tahun 656 dan perang sipil pecah Muhammad tidak berpartisipasi, dia sengaja mematahkan pedang yang selalu dia gunakan dan yang diberikan kepadanya oleh Muhammad (nabi). Selama waktu ini, ia dikenal sebagai "satria dari Nabi" dan menolak untuk menggunakan pedang melawan Muslim. Dia bersikukuh dengan reputasi dan janjinya. Muhammad bin Maslamah meninggal di Madinah, April 666 pada usia tujuh puluh lima. Saudaranya Mahmoud (MHMD) bin Maslamah terbunuh di Al-Khandaq ketika bertempur melawan orang kafir. Ia terlibat dalam pengusiran Banu Nadir dari Medina. Ia menikah dan menjadi ayah dari dua putra.

Sekarang mari kita mencari tahu siapakah Bani Aws, yang darinya Muhammad bin Maslamah berasal.

http://en.wikipedia.org/wiki/Banu_Aws

Sumber-sumber Syi'ah mengatakan mereka adalah orang Yahudi, sementara sumber-sumber Yahudi mengatakan bahwa mereka dan Khazraj adalah suku Arab Bani dari Yaman yang datang ke Madinah pada abad keempat Masehi. Sumber Yahudi terus mengatakan bahwa dua suku tersebut mengambil kekuasaan Medina dari orang Yahudi pada abad kelima "Dengan memanggil bantuan dari luar dan setia menunggu orang yang sedang pesta untuk dibantai" (penerjemah : maksudnya mereka pembunuh berdarah dingin yang memerangi mereka yang hidup damai dan tidak bersiap-siap untuk berperang).

Sama seperti Salman Persia, Muhammad bin Maslamah ini bukan keturunan Arab. Dengan begitu terlihat bahwa Dinasti Abbasid merasa perlu menciptakan dongeng-dongeng tentang Mekah, Kabah, ibadah haji dan 'Muhammad' yang Arab.

(Salman El Farisi, Salman si Orang Persia. Mungkinkah personifikasi "Muhammad" diambil dari karakter-karakter orang sezamannya, semisal Salman El Farisi dan Muhammad bin Maslamah? Jika demikian, maka kita memahami motif bahwa demi menciptakan suatu Musa & Yesus baru, maka dinasti Ummayad dan (terutama) Abbasid menyurutkan peran-peran tokoh-tokoh nyata dalam pergerakan kaum Muhajirun abad 7 dan memistifikasikannya dalam figur "Muhammad" - sang Musa baru bagi kaum Israel baru, yaitu kaum Muslim).


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH ?

oleh Badra Naya pada 19 Juli 2011 jam 10:02

Bab 7

MEMPERTIMBANGKAN MHMD(T) : SEBUAH NAMA PRIBADI ATAU GELAR ?

Seperti yang kita telah lihat sebelumnya, semua referensi ke kata MHMD ditemukan di 5 ayat Madinah, tidak termasuk tambahan yang dbubuhkan dalam tanda kurung keterangan. Jumlah yang sedikit ini, secara an sich sudah mencurigakan. Dapatkah kita bayangkan Injil hanya berisikan 5 kali penyebutan nama Yesus? Atau dapatkah kita bayangkan Taurat dengan hanya menyebutkan 5 kali nama Musa saja, sementara penambahan nama baik Yesus dan Musa hanya ada banyak di dalam tanda kurung penjelasan / tafsir ayat? Tentu saja tidak.

Sekarang mari kita periksa secara kronologis kelima ayat Madinah yang mengacu kepada MHMD dalam Qur'an.

QS 3:144

''Muhammad is but a messenger, messengers (like him) have passed away before him. Will it be that, when he dieth or is slain, ye will turn your back on your heels?''

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?

QS 33: 40:

Muhammad is not the father of any man among you, but he is the messenger and the Seal of Prophets.

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(Catatan : Khatim an-Nabiyin, atau nabi penutup mungkin berasal dari bahasa Aram, yang berarti ‘ suatu kesaksian akan …’ (Witness of), kata ‘nabi’ bukanlah kata dalam bahasa Arab, melainkan bahasa Akkadian, yaitu ‘nabu’ yang berarti ‘memanggil).

Ataukah ini mengacu pada tanda fisik di antara bahunya?

http://www.answering-islam.org/Shamoun/seal_of_prophethood.htm

QS 47:2:

Those who believe and do good works and believe in that which is revealed unto Muhammad -and it is the truth from their Lord - He riddeth them of their ill-deeds and improveth their state.

Dan orang-orang mu'min dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.

QS 61:6:

And when Jesus son of Mary said: O Children of Israel! Lo! I am the messenger of Allah unto you, confirming that which was (revealed) before me in the Torah, and bringing good tidings of a messenger who cometh after me, whose name is the Praised One (written Ahmad).

Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)".

QS 48:29 :

Muhammad is the messenger of Allah. And those with him are hard against the disbelievers and merciful among themselves. Thou (O Muhammad) seest them bowing and falling prostrate (in worship), seeking bounty from Allah and (His) acceptance. The mark of them is on their foreheads from the traces of prostration. Such is their likeness in the Torah and their likeness in the Gospel….'

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil…

Kita menemukan referensi berkilauan tentang Yesus di seluruh ayat-ayat di atas. Bagaimana QS 33:40 bisa mendamaikan seorang nabi akhir dengan nabi yang belum datang (61:6) ? Itu semua akan menjadi lebih jelas ketika kita diberitahu bahwa makna Ahmad / Penghibur (dalam 61:6), oleh nabi Ibnu Ishaq:''Munahhemada adalah bahasa Siria dari Muhammad, yang dalam bahasa Yunani adalah adalah Parakletos'' (Hidup Muhammad, tr Guillaume). Memang, Mehahhemada dalam bahasa Siria berarti: Pemberi Hidup, ia yang bangkit dari kematian, dan ini sama sekali tidak menggambarkan Muhammad tradisional.

http://answering-islam.org/Index/A/ahmad.html

Oleh Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam tentang ayat ini, sebagaimana dicatat dalam biografi Muhammad oleh Ibnu Ishaq "... Tapi ketika Penghibur telah datang, yang Allah akan kirimkan kepada kalian dari hadirat Tuhan, dan roh kebenaran yang pergi keluar dari hadirat Tuhan, ia (akan menanggung) kesaksianku dan kamu juga, karena kamu telah bersama-sama denganku dari awal. aku telah berbicara kepadamu tentang hal ini bahwa kalian tidak boleh ragu-ragu. "Kata ‘Munahhemada’ (Allah memberkati dan melindunginya!) Dalam Bahasa Syria adalah Muhammad, dalam Bahasa Yunani ia adalah Parakletos "(Ibnu Ishaq, The Life of Muhammad, tr. Guillaume, hlm 103-104).

Ibnu Ishaq tidak mengatakan bahwa kata "Paraclete" adalah "Periklutos". Bahkan, dia menegaskan bahwa kata dalam Bahasa Yunani adalah Parakletos. Selain itu, ia menegaskan bahwa Yohanes menulis Injil yang diturunkan kepada Yesus. Ia juga menggunakan kata Penghibur saat menerjemahkan kata itu. Dalam rangka mencocok-cocokan ayat ini kepada Muhammad, Ibn Ishaq mengidentifikasi kata Munahhemada Siria kepada Muhammad, daripada menggunakan "Ahmad" dalam kedua ayat di atas serta sebagaimana dalam Surat as-Shaff 61:6, yang akan menjadi cara (jelas) terbaik untuk membuktikan bahwa "Paraclete" adalah Muhammad.

“Kata yang paling menarik adalah ini mengacu pada kata 'Penghibur' yang kita temukan dalam leksionari Palestina, namun semua versi Siria lain menyatakan itu 'Parakletos' agar mengikuti bahasa Yunaninya. Kata ‘menahhemada’ dalam bahasa Siria berarti “pemberi kehidupan” dan secara khusus merujuk kepada kebangkitan Yesus dari kematian. Tentu jelas bahwa makna tersebut tidak pada tempatnya di sini. Apa yang dimaksud di sini adalah ia yang menghibur dan memberi kenyamanan atas hilangnya salah satu orang tersayang dari antara mereka. "(ibid, Guillaume dalam catatan kaki). Seperti Guillaume tunjukkan, sosok Muhammad tidak cocok dengan deskripsi ‘munahhemada’ yang berarti yang membangkitkan orang mati, atau dia sang pemberi hidup. Ketika orang-orang Kristen Syria menerapkan gelar itu pada Yesus, ini baru cocok dalam kewenangannya untuk memberikan hidup dan membangkitkan orang mati, seperti yang ia tunjukkan.

Menurut Tradisi Islam, nama panjang dari Muhammad adalah Abu al Kasim 'Muhammad' bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hashim, nama singkatnya : Muhammad. Banyak cerita menggambarkan bagaimana ia dijuluki MHMD (yang terpuji). Beberapa mengatakan ini berasal dari Abu Talib, pamannya, ada yang mengatakan ini diberikan oleh Aminah, ibunya, sementara cerita lain mengatakan ia yang telah dijuluki ‘al-amin’ ‘yang layak dipercaya’, menyebut dirinya sendiri sebagai Muhammad sebagai gelar lainnya atas kepergiannya (hijrah) dari Mekkah. Sungguh suatu portal kontradiksi.

Seperti yang bukti-bukti berikan, tidak ada nama-nama demikian muncul di Arab pada abad 6 M. Nama-nama itu hanya menjamur bersamaan dengan munculnya Islam sebagai agama baru seabad lebih kemudian.

Saya percaya bahwa tadinya nama ini, Muhammad, adalah julukan bagi Yesus sebagai Mesias Apokaliptik, seorang Imam Mahdi, Satria Piningit yang datang di akhir zaman sebagai Hakim, (penerjemah: terbukti bahwa dalam koin-koin yang diterbitkan oleh Abdul Malik dan kerajaan-kerajaan Mesopotamia, Yesus selalu digambarkan sebagai MHMT, Mahomet dengan memegang pedang di tangan). Maka dari itu berdasarkan sumber-sumber non-muslim awal, mereka menggambarkan Muhammad atau Mahmud dalam gambaran kenabian apokaliptik. Mereka yang mengambil nama ini, seperti halnya Maslimah, adalah penumpah darah dan maniak peperangan di balik topeng pembenaran apokaliptik ini.

Yohanes Damaskus, Uskup Siria, menuliskan (sekitar tahun 730) bahwa nabi Islam itu dikenal sebagai Mamed atau Mahmud. Karena ia dibesarkan dan bekerja bagi Umayyad, klaim Yohanes Damaskus menjadi lebih kredibel !

http://christianorigins.com/islamrefs.html#johndamascus

Saya akan mengutip Mr Gaznavi tanpa mengikuti pemaparannya yang panjang, mengambil yang penting-pentingnya saja sebagai berikut.

http://reocities.com/spenta_mainyu_2/Muhammad.htm

Mayoritas orang Kristen di seluruh Hijaz dan Siria Selatan adalah komunitas Yakobit dan bukan komunitas Nestorian (Nastur). Pengucapan yang digunakan untuk nama-nama Arab seperti yang tertulis di atas bergaya Nestorian (ingat rahib Nestorian Sergis Bhira yang merupakan salah satu tutor Muhammad) bukan berasal dari komunitas Yakobit. Komunitas Nestorian mengucapkan Ishmo'il, Isro'il dan Ishok dll, dan bukan Ismail, Isra'il, dan Ishak, dan juga Furkon dan tidak Furkan, Kurbon dan tidak Kurban, Kashish dan tidak Kashshish (dengan shadda), seperti yang muncul dalam Qur'an.

Di antara surat mengacu pada masalah bahasa, ada satu surah yang sangat aneh, yakni QS 42:7 :

"Kami telah mengungkapkan kepada Anda sebuah Qur'an dalam Bahasa Arab sehingga Anda dapat berhati-hati ibu dari pemukiman dan peradaban, dan yang di sekitarnya".

Frasa 'ibu dari pemukiman dan peradaban' ini apa berarti Mekkah ? Dapatkah Anda bayangkan Mekkah sebagai 'ibu dari pemukiman dan peradaban'? Saya tidak bisa ! Pertimbangkanlah kondisi di Semenanjung Arab saat ini, kembali 1400 tahun di waktu, hanya ada satu pemukiman, yang bisa disebut ‘kota’. Kota itu adalah Medina (yang diambil dari Bahasa Ibrani yang berarti : kota), yakni Madinah sekarang. Tidak ada kota lain di sekitarnya. Dalam hal ini, bagaimana mungkin Mekkah, suatu pemukiman yang tandus dan bukan suatu kota yang maju menjadi ibu dari segala dari segala peradaban? (Catatan : melalui Lihyan dan warisan Tsamud, Hegra bisa dipertimbangkan dari perspektif Arab)......

APAKAH ‘MUHAMMAD’ SEBUAH NAMA ?

Nevo dan Koren juga mencatat bahwa dalam literatur Bahasa Arab, kata “Muhammad” berasal dari akar kata “hmd” pertama kali digunakan sebagai gelar untuk tokoh kenabian, yang terkait dengan gaya nabi Yahudi-Kristen yang diperkenalkan oleh Abd al-Malik. Hanya jauh hari kemudian di tahun-tahun awal abad ke-8 M kata ini berubah menjadi suatu nama diri / nama perseorangan (proper name).

Akar kata itu sendiri tidak benar-benar berarti "yang terpuji" (seperti pemahaman tradisional yang dikembangkan kemudian dan melekat pada Muhamad), namun lebih kepada artian "yang terpilih", sehingga ini menjelaskan peran mesianis awal untuk nabi Arab. (ini sama artinya dengan khristos yang berarti yang dipilih unturk diurapi yang bagi orang Kristen mengacu hanya pada Yesus sebagai Imam Mahdi).

Istilah 'Muhammad' muncul empat kali dalam Al Qur'an, dan dalam setiap kasus penggunaan tersebut tidak disertai dengan informasi pribadi, meskipun Qur'an di tempat lain membutuhkan usaha keras untuk menekankan afiliasi kekerabatan nabi-nabi lainnya dan kaum-kaum kepada siapa nabi-nabi itu dikirimkan. (penerjemah : maksud penulis, misalnya Musa dikisahkan bersamaan dengan Harun dan Maryam, Yesus dikisahkan dengan Mariam dsb) Hal ini menunjukkan bahwa referensi kepada Muhammad masuk ke dalam kitab Arab yang sedang berkembang sebelum tersedia biografi nabi mereka (yang dalam sejarah kita tahu biografi Muhammad dikarang pertengahan abad 8 yang berasal dari kisah dari mulut ke mulut yang dicocok-cocokan dengan ‘data’ dalam Qur'an), dan mungkin bahkan sebelum kata ‘Muhammad; dipahami sebagai nama diri, hanya sebagai gelar saja.

Hal ini tampaknya didukung dengan sepucuk bukti kontemporer tentang proses perkembangan kisah kenabian untuk agama baru ini. Dalam buku Menyoal Ajaran-ajaran Sesat (Haeresies) karya Yohannes Damaskus, ia menulis :

Demikianlah sampai zaman Kaisar Heraclius, mereka (Bangsa Arab) hanyalah penyembah berhala. Sejak dari masa itu sampai sekarang muncullah di antara mereka seorang nabi palsu bernama Mamed, yang setelah mengerti Perjanjian Lama dan Baru, sepertinya, setelah berbincang dengan seorang Rahib Arian, dia [Mamed] menyusun sendiri bidahnya….”

Perhatikan bahwa Yohanes mengidentifikasi "Mamed" sebagai nama untuk nabi Arab. Hal ini menunjukkan bahwa "Muhammad" awalnya bukan nama pribadi si nabi sama sekali, namun sebuah gelar atau deskriptif, seperti sebuah laqab (bagian dari nama Arab yang memberikan deskripsi dari pembawa). (...)

Dalam Chronicle Thomas Presbyter yang ditulis segera setelah penaklukan oleh bangsa Arab pada tahun 636 M :

"Di bagian depan sebuah manuskrip Suriah abad keenam yang berisi Injil Matius dan Injil Markus, tertulis beberapa baris tentang penaklukan Arab, sekarang sangat samar. Entri berikut adalah yang paling mudah dibaca: ''Pada Bulan Januari (rakyat) Hims mengambil sumpah demi kehidupan mereka, dan banyak desa dirusak oleh pembunuhan orang-orang Arab dari 'Muhmd' (Muhammad ?) dan banyak orang dibunuh dan (diambil sebagai) tahanan dari Galilea sejauh Beth".

Dalam kutipan di atas. tempat yang disebut Hims adalah Emese, yang merupakan kota Homs di Suriah. Kita memahami bahwa Hagarenes telah melakukan pembunuhan dalam skala massal dari Galilea ke Beth (yang adalah praktek yang biasa bagi mereka).

Berikut adalah kutipan dari buku yang sama:

"Pada tahun 945, tahun ke-7 penunjukanku , Jumat 7 Februari (634) pada jam tiga, ada pertempuran antara Romawi dan tayyaye d-Mhmt [Arab dari Mhmt (Muhammad?) di Palestina dua belas mil sebelah timur Gaza. Bangsa Romawi melarikan diri, meninggalkan penatua Bryrdn ningrat, yang dibunuh oleh orang Arab tewas. Sekitar 4000 warga desa miskin Palestina tewas di sana, Kristen, Yahudi dan orang Samaria. Orang-orang Arab melanda seluruh wilayah "(Thomas Presbyter, Chronicle).

Dalam dokumen di atas, dalam mengutip nama pemimpin kelompok yang disebut sebagai kaum Hagarin atau Ismael, penulis memberikan deskripsi pemimpin kelompok itu sebagai i 'Muhmd' dan 'Mhmt" Seperti yang telah saya tunjukkan berkali-kali bahwa Bahasa Arab adalah bagian dari rumpun bahasa Semit, dan tidak menggunakan vokal. (...)

Apa yang menjadi alasan di balik tidak adanya penekanan yang sama dalam prasasti-prasasti Arab sebelumnya, yang seharusnya lebih dekat dengan zaman di mana Muhammad hidup (kalau ia benar-benar pernah ada seperti digambarkan dalam tradisi Islam) ? Tapi yang lebih aneh adalah tidak adan namanya dalam teks-teks sebelumnya. Misalnya, sebelum prasasti Abdul Malik di Kubah Batu tidak pernah terlintas kata ‘Rasulullah’ di prasasti manapun. (penerjemah : bahkan penanggalan prasasti di Kubah Batu-pun ternyata keliru dan selama ini diduga terlalu dini. Bukan pada zaman Abdul Malik, tapi 150 tahun kemudian. Hal ini akan dibahas di bagian berikutnya).

Para sarjana kebingungan dengan kurangnya referensi nama Muhammad yang seharusnya begitu penting bagi Islam di tahun-tahun pertama. Mereka mempertahankan bahwa: Sampai khalifah Abdul Malik prasasti ditempatkan pada Kubah Batu di 691 AD tidak ada referensi ke nama Rasul. Hal ini menunjukkan bahwa formula 'Muhammad' dibangun di masa Marwan kedua, setelah tahun 684 M. Formula ini dikatakan telah menjadi pernyataan resmi dalam semalam saja dan digunakan di semua dokumen resmi dan prasasti. (...)

Formula ini tidak pernah muncul dalam prasasti sebelum tahun 691 M. Dan fenomena ini terjadi demikian entah prasasti itu ditulis dalam tujuan keagamaan, atau hanya sebagai penanda komemoratif yang menekankan semangat relijius, berdasarkan studi dari Yehuda Nevo. Contoh dari prasasti tersebut terdapat di sebuah bendungan dekat kota Taif, yang dibangun oleh Muawiya pada tahun 660 M (Yehuda Nevo). Formula ‘Muhammad’ (Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya) hanya muncul di inskripsi batu di Negev Pusat di suatu saat pada zaman pemerintahan Khalifah Hisham (724 – 743 M), sekitar 30 tahun setelah pengenalan pertama oleh Abdul Malik.

Kita melihat bahwa ada perbedaan waktu antara tulisan di Kubah Batu, tertanggal 691, dan semua yang lain. Menurut Karl-Heinz Ohlig dan Gerd-R Puin, kata ‘MHMD’ yang tertulis di situ mengacu pada Yesus, tapi penjelasannya sebenarnya saya rasa lebih dari itu.

Dalam penelusuran lebih lanjut di bagian berikutnya, saya akan menunjukkan bagaimana dan mengapa tulisan di Kubah Batu sebenarnya dibuat pada tahun 833 M (pada waktuh Khalifah Al Ma’mun) dan bukan pada tahun 691 M (pada waktu pemerintahan Abdul Malik).


MUHAMMAD: MITOS ATAU FAKTA SEJARAH ?

oleh Badra Naya pada 20 Juli 2011 jam 10:20

Bab 8

MEMPERTIMBANGKAN MHMD(t) :

PRASASTI PADA KUBAH BATU

Inilah pandangan saya tentang mengapa proyek pembaharuan Inskripsi pada Kubah Batu dari aslinya oleh al-Malik (694 M) ke masa al-Ma’mun (830-833 M) adalah sebuah keharusan sejarah!

Penanggalan pada Kubah Batu adalah tahun 694 M, dan semua orang menganggap ini benar-benar dapat diandalkan. Namun sebenarnya tidak demikian.

Sebab penanggalan ini bertentangan dengan semua kesaksian tertulis lain yang kita miliki tentang Muhammad historis, anehnya sedikit terlalu dini.

Penanggalan dari setiap ayat-ayat Qur'an sebagai tahun 72 H atau 694 M nampaknya terlalu dini sebab bahkan sebuah dokumen yang disebut Fiqh Akbar I yang dirancang untuk menunjukkan pandangan Muslim ortodoks, dilaporkan tidak memiliki referensi Qur'an! Abu Hanife (meninggal 767M), Imam tertinggi saat itu, telah menulis teks ini namun tidak memiliki referensi untuk setiap Qur'an, padahal saat itu sudah tahun 750 M ! Sudah jelas bahwa dengan menempatkan antara 830-832 M (khalifah al Ma'mun), dan bukan pada saat Al Malik (694 M), maka inskripsi Kubah Emas menjadi semakin selaras dengan data-data yang ada.

Mari kita lihat di kalimat akhir dari prasasti luar

  • Demi nama Allah, maha Pengasih dan Penyayang. Tiada ilah lain selain Allah. Dia Esa.
  • Dia tidak berkawan. Muhammad utusan Allah, berkat Tuhan atas dirinya.
  • Kubah itu dibangun oleh hamba Allah 'Abd Allah Imam al-Ma'mun, Komandan Mukminin, dalam tahun dua dan tujuh puluh.
  • Semoga Allah menerima dari dia dan puas dengan dirinya. Amin, Tuhan semesta alam, puji Tuhan.

Apa yang kita baca di sini adalah bahwa Kubah Emas dibangun oleh khalifah al-Ma'mun (memerintah 813-833 M), pada tahun ''dua dan tujuh puluh” atau 72. Banyak pihak mengaitkan penanggalan itu dengan Abd al-Malik bin Marwan (646-705) karena beranggapan bahwa angka 72 ini pastinya mengacu pada 72 tahun Hijriah. Dari apa yang saya kumpulkan tentang tahun Hijriah adalah tahun dimana konon nabi Muhammad pindah dari Mekkah ke Madinah yaitu tahun 622 M. Dan selama ini kita berpikir bahwa angka 72 mengacu pada tahun masa 72 tahun setelah tahun 622 M. Namun faktanya tidaklah demikian. Inilah ceritanya.

http://www.templemount.org/allah.html

Selama berabad-abad orang memuji khalifah Al-Mamun dengan pembangunan kuil yang luar biasa ini sampai kita menyadari ada kesalahan penulisan waktu, sebab sang Khalifah berkuasa dari tahun 813 – 833M, dan ia memperbaiki Kubah Batu tahun 831 (penerjemah: tahun 831 M setara dengan tahun 209 Hijriah, mengapa Al Ma’mun menuliskan tahun 72 ?). Ada rentang waktu satu setengah abad. Ini adalah kasus penipuan di mana suatu nama (Abdul Malik) diganti dengan nama lain (Al Makmun). Saat ini orang-orang hanya tersenyum dengan penipuan ini.

Sepertinya kesalahan atau bahkan pemalsuan tersebut paling tidak mungkin terjadi di bawah pemerintahan seorang khalifah. Bahkan paling tidak pemalsu ini akan telah dipenggal kepalanya! Seperti yang kita lihat tahun 'dua dan tujuh puluh' tidak diikuti oleh tambahan keterangan ‘tahun Hijriah’ Tidakkah ini aneh? Mungkinkah tahun 72 itu tidak mengacu pada 72 H melainkan tahun 72 dengan penanggalan yang berbeda ?

Benar sekali. Ini bukan penanggalan Hijriah melainkan penanggalan tahun dinasti. Sudah menjadi kebiasaaan yang mengakar apabila para penguasa menetapkan tanggal tahun berdasarkan pada tahun dinasti mereka mulai memerintah. Saya berpendapat bahwa tahun ‘72’ ini tidak mengacu pada tahun 72 Hijriah melainkan tahun ke-72 sejak pemerintahan dinasti Abbasiyah. Dan kita tahu bagaimana mereka meremehkan apapun hasil dari pemerintahan dinasti Umayyah sebelumnya, yang mereka nilai telah rusak dan tidak memiliki kepemimpinan sejati. Sekarang jika kita mengurangkan tahun 830 dengan angka 72 maka kita mendapatkan 758. Itulah penanggalan awal dinasti Abbasiyah (758-1258)! Perbedaan satu tahun (entah tepatnya 830 – 831 M tepatnya mereka memulihkan Kubah Batu) bisa disebabkan banyak faktor, seperti pemahaman mereka sendiri tentang kapan tepatnya kekuasaan dinasti dimulai, dan perbedaan penanggalan surya / rembulan. Tahun 758 adalah ketika Dinasti Abbasiyah hijrah dari Harran ke Baghdad.

ada kutipan menarik di http://en.wikipedia.org/wiki/Baghdad :

Empat tahun sebelum pendirian kota Baghdad, di tahun 758, Mansur mengumpulkan para insinyur, surveyor, dan ahli seni konstruksi dari seluruh dunia untuk datang bersama-sama dan menyusun rencana kota. Lebih dari 100.000 pekerja konstruksi didatangkan untuk melakukan survei dan rencana; banyak gaji didistribusikan untuk memulai pembangunan kota besar.

Ini pasti saat-saat antusiasme mereka. Dengan bermodalkan keahlian yang sama seperti mereka membangun kota Baghdad 72 tahun sebelumnya, maka tulisan 72 dan al Ma’mun dapat dipahami pada inskripsi Kubah Batu dapat dipahami. Sayangnya kita sering membayangkan angka 72 ini sebagai tahun 72 H tahun dimana Abdul Malik memimpin. Dengan memahami arti penanggalan yang tepat, segera saja inskripsi ini kembali ke jalur faktual historisnya. . Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa al-Malik tidak melakukan apa-apa dengan Kubah Batu, hanya saja jelas bahwa bentuk akhir bangunan Kubah Batu ini adalah hasil dari Khalifah al-Ma'mun. Jelas bahwa bangunan ini seluruhnya bercorak Persia tanpa ada apapun yang bercirikan Arab di tempat ini, sama seperti yang kita temukan di Masjid Damaskus atau Al-Aqsa.

Dikatakan bahwa bangunan itu diperintahkan oleh Umar, hanya harus dimulai dengan sungguh-sungguh sekitar 50 tahun kemudian. Itu sangat luar biasa jika dibangun sesingkat itu! Pengaruh yang jelas dari kubah Persia, sangat berbeda dengan apa-apa dari arsitektur Umayyah Arab pada jaman itu. Jelas sekali bahwa gaya arsitekturnya menunjukkan kepada jaman Abbasiyah (dengan Iran tulisannya kufic Piramouz).

Mari kita bandingkan dengan inskripsi pada Kolam Pemandian di Gadara (yang tulisannya dimulai dengan tanda salib, Hamat Gader, 662/3).

http://www.islamic-awareness.org/History/Islam/Inscriptions/hammat.html

  1. Pada zaman Hamba Allah Mu'awiyah (Bhasa Aram: Abdalla Maawia), sang Komandan
  2. kaum yang setia (amēra almoumenēn) Pemandian air panas dari
  3. kaum kami diselamatkan dan dibangun kembali
  4. oleh 'Abd Allāh Abū putra Hasyim (Abouasemou), yang adalah
  5. Gubernur, pada tanggal lima bulan Desember,
  6. pada hari kedua (minggu ini), pada tahun ke-6 penunjukannya,
  7. dalam tahun ke-726 koloni itu, tahun ke-42 menurut orang-orang Arab (kata Arabas
  8. untuk menyembuhkan orang sakit,
  9. di bawah perawatan Ioannes, pejabat dari Gadara.

Kita bisa melihat bagaimana sebuah data penanggalan secara penuh ditulis, dan bahwa Maavia (Aram untuk Muawiyah) adalah 'Amir (Gubernur), bukan khalifah!

Kemudian diawali dengan tanda salib terukir di awal tulisan. Ini mungkin merupakan prasasti dengan Bahasa Yunani murni di awal tanggal hijrah. Tapi Hijrah ini tidak terkait dengan Muhammad bergerak dari Mekah (?) Ke Madinah (Yathrib), melainkan mengacu pada waktu ketika Konstitusi Madinah diratifikasi, yang membentuk aliansi bersama kaum Arab / Yahudi / Kristen. Kita bisa melihat bahwa Perjanjian ini ditandatangani di Najran (631) dan Tabouk (630), yang menjamin kebebasan total orang beribadah, yang kemudian komitmen ini berubah dalam prakteknya di kemudian hari!

Penanggalan Hijriah

Saya sangat yakin penanggalan Hijriyah (dimulai tahun 622) resmi berkaitan dengan meratifikasi Konstitusi Madinah, yang menetapkan konsep “Ummah” yang pertama yang terdiri dari aliansi antara faksi-faksi yang berbeda dari orang Arab (belum disebut Muslim, tapi sebagai Saracen, Hagarenes, dll) dan beberapa faksi Kristen (Ansar, Nasari, Nestoria) dan Yahudi mesianik. Saya percaya bahwa disinilah “Muhammad” muncul, entah itu Muhammad ibn Maslamah dan / atau Salman Persia (keduanya non-Arab). Ini jauh lebih menyejarah dari pada legenda yang selama ini beredar dan difabrikasi dari awal Dinasti Abbasiyah, seperti kita telah lihat tentang Mekkah, Hijriyah, Ka'abah dan Haji.

Abbasiyah memisahkan diri dengan konfederasi sebelumnya dan mendirikan ke-ummah-an mereka sendiri. Jadi penanggalan Hijriyah tidaklah penting bagi mereka. Hal yang sangat bertentangan dengan sifat penulisan inskripsi Kolam Pemandian di Gadara. Merekalah yang memulai merekayasa kisah-kisah Muhammad dengan penanggalan yang tidak valid mulai dari kelahirannya di Tahun Gajah yang hanya fiksi, hanya untuk membangun suatu kisah-kisah”kredibel” tentang asal-usul mulia nenek moyang Muthalib.

Khalifah Ma'mun (813-833) adalah orang yang memicu sirah (buku Biografi) pertama dari nabi (Ibnu Hisyam-d.833 di belakang bayang-bayang figur samar Ibnu Ishaq), hadits pertama Bukhari, yang kita ketahui datang tepat setelahnya. Di bawah penguasa ini juga kita tahu bahwa Aliran Fiqh ditetapkan oleh Muhammad (Syafi'i, Syariah). Segera setelahnya sejarawan pertama Arab, al-Tabari mendasarkan karyanya pada cerita dari mulut ke mulut menjadi tertulis diciptakan, dengan perspektif hagiographic (pengkultusan pribadi yang dipercaya suci), sekalipun dengan rincian dari sumber yang tidak kuat dan tidak berdasar. Karya keduanya adalah Tafsir atau komentar Qur'an yang akan menggaris bawahi ayat-ayat Qur'an. Dari sinilah semua itu terjadi.

Nah, sekarang periode 830-33 sebagai tanggal berdiri Kubah Batu akan sepenuhnya menggantikan setting kronologis dari inskripsi itu. Bahkan jika kita mengakui pendirian Kubah Batu sebelumnya (yang masih berupa kayu) tidak berarti bahwa inskripsi itu berasal dari zaman Abdul Malik. atau bahwa inskripsi itu tepat sama seperti yang ada pada saat ini. Namun dengan semua rekaman historis yang tersedia, tidak bisa demikian. Adalah Al-Makmun yang benar-benar mendirikan Kubah Batu !

Sekali lagi, kita dapat melihat bagaimana para cendekiawan kita bisa mudah tertipu ketika mengikuti tradisi Islam, sebab sejarahnya sebagian besar tidak dapat diandalkan. Tadinya mereka tersenyum melihat ‘kepalsuan’ Al Makmun yang menuliskan 72 sebagai motif untuk diakui sebagai yang mendirikan di tahun 72 H (694), padahal tahun 72 tersebut benar adanya apabila dibaca, bukan sebagai tahun 72 H melainkan tahun ke-72 pemerintahan Dinasti Abbasid.

John Wansbrough di tahun 1970 sudah menduga bahwa agama Islam diciptakan pada masa Abbasid, dan kemudian diberitakan membuat kitab suci dan agamanya sendiri. Studinya dan Theodore Noldeke telah membuat lebih banyak sarjana, seperti Karl-Heinz Ohlig dan Gerd-R Puin.

Menurut mereka mata uang logam pertama dicetak dengan huruf MHMT dicetak di Iran Timur tahun 659 M dan kita memiliki banyak koin Umayyah menampilkan salib atau bahkan Yesus (dengan pedang). Marwan II adalah penguasa pertama yang menyebut dirinya Kalifah di tahun 748 M sebagai tantangan terbuka atas otoritas kaisar Romawi. Dan koin pertama yang menyebutkan kata ‘Mekkah’ dicetak pada tahun 828, tepat pada pemerintahan al-Ma’mun. Kemudian antara 687 M dan 693 M telah terjadi perang antaramata uang antara mata uang ciptaan Romawi dengan ciptaan al-Malik, koin-koin itu harus dibawa keluar dari peredaran dua tahun kemudian, dan pemakai koin Romawi diancam di bawah hukuman mati !

Berikut adalah contoh dari koin-koinnya :

Koin-koin sebelah atas dianggap terlarang. Tidak diketahui secara jelas siapakah ketiga figur itu (Abu bakar (?), Muhammad (?) dan Aishah (?) dengan memegang pedang). Koin kedua adalah gambaran Yesus apokaliptik yang menyandang pedang. Dinar emas tahun 693. Kemudian koin-koin tradisional dengan huruf saja.

Sekarang, mari kita lihat koin bergambarkan Yesus dengan insial M (ditambah salib) sebagai MHMD – Yang Terpuji / Yang Terpilih.

Akhirnya, inilah kronologis Kubah Batu menurut saya :

  • 621 M: Peristiwa Isra Mi’raj, Muhammad, terbang di atas punggu Buraq sampai Masjid terjauh "(QS 17:.1). (tentu saja ini bukan fakta sejarah, tidak ada bukti yang menguatkan hal ini. Namun untuk kemudahan jalan cerita, saya memasukkannya ke sini)
  • 622 M : Tahun di mana diduga Kiblat dipindahkan arahnya dari Yerusalem menuju Mekkah (QS 2: 44-150). Pada kenyataannya, tidak pernah terjadi sampai 710 M.
  • 629 M: Kaisar Heraclius memasuki Yerusalem dengan kemenangan dan dia memulihkan kembali 'Salib Sejati'.
  • 638 M: Yerusalem dikepung lama sekali oleh seorang komandan yang tidak diketahui namanya (Jalaludin?) Sampai Umar datang dengan lebih banyak pasukan. Ini adalah kota terakhir wilayah Palestina yang diambil (terlihat seperti kota ini tidak begitu penting). Rakyat dipimpin oleh Uskup Kristen Monofisit Patriach Sophronius menyerah dengan kehormatan dan perlindungan bagi gereja-gereja asli dan Kristen, tetapi 12,000 orang Yunani harus pergi. Orang-orang Yahudi diizinkan untuk kembali (seturut dengan konstitusi Madinah – namun ternyata banyak bertentangan dengan ayat-ayat Quran dan Tradisi Islam yang menyatakan Muhammad dan Yahudi berpisah sejak tahun 624). Menurut uskup Gaullic Arculf, yang tinggal di Yerusalem 679-688, Masjid Umar hanya sebuah struktur kayu persegi dibangun di atas reruntuhan dan menampung hingga 3.000 jamaah. Saya pikir itu tetap seperti ini untuk waktu yang lama.
  • 687-691 M: Diduga pada tahun-tahun ini pembangunan Kubah Batu oleh al-Malik.
  • 820 M: Yerusalem ditutup untuk sementara waktu oleh kepala pemberontak Abu Tamum Harabe.
  • 830-833 M: Kubah Batu diperbaiki, atau lebih tepatnya dibangun oleh Khalifah al-Mamun, yang meninggalkan namanya sebagai pembangun kubah, sedangkan inskripsi 72 menunjukkan (bukan 72 tahun Hijriah yang sama dengan 691 M, tahun ke-72 pemerintahan dinasti Abbasiyah yang dimulai dengan migrasi dari Harran ke Baghdad tahun 758. maka 758 + 72 = 830 M).
  • 969 M : Jatuh ke tangan Khalifah Mu'izz Fatimid. Gereja Makam Kudus dibakar.
  • 1016 M: Bangunan itu sebagian hancurkan oleh gempa bumi. Pada jaman inilah restorasi dari mozaik asli dilakukan sebagaimana ditunjukkan buktinya oleh inskripsi. Konstruksi kayu dari kubah dibangun oleh Husei anak dari Sultan Hakem tahun 1022.
  • 1022 M: . Ambulatori / bilik dalam dan luar dibangun kembali oleh El Zahir Lil’zaz.
  • 1077 M: . Yerusalem dijarah oleh tentara Malik shah (Dinasti Seljuk).
  • 1099 M: . Penguasa Fatimid mengusir kaum Kristen asli dari Yerusalem. Kota ini ditundukan oleh para Tentara Salib pada bulan Juni.
  • 1187 M: Saladin mengambil alih Yerusalem, merobek altar, dan menutup batu itu dengan lembaran marmer yang dihiasi fresco (lukisan dinding), dan menyepuh dan memulikan kembali kubah, sebagaimana dibuktikan dalam prasasti bertahunkan 1189 M: (tahun selesainya proyek).
  • 1318 M: restorasi luar dan menyepuhan kembali bagian dalam oleh Naker ed Din, sebagaimana dibuktikan dalam prasasti.
  • 1520 M: The Sultan Sulaeman melaburi dasar dan balok-balok penopang dengan marmer. Kayu Cornice, yang melekat pada balok antara pilar, tampaknya berasal dari periode ini, dan lengkungan berselimut marmer yang agak berujung di bawah kubah mungkin juga berasal dari periode ini. Marmer agak bergerigi menutupi lengkungan di bawah kubah mungkin dari tanggal yang sama. Jendela-jendelanyapun bertuliskan tahun prasasti 1528 M. Seluruh eksterior saat ini ditutupi dengan ubin Eishani, terpasang oleh kait tembaga, sebagaimana dibuktikan oleh prasasti tertanggal 1561 Pintu-pintu direstorasi tahun 1564 M, seperti yang ditunjukkan oleh prasasti.
  • 1830 M: Sultan Mahmud, dan juga ditahun 1873 – 1875 M abdul Aziz, keduanya memperbaiki Kubah Batu.

Saya banyak menemukan informasi ini di : A dictionary of Islam, Thomas P. Hughues, 1895 :

http://www.answering-islam.org/Books/Hughes/index.htm

Dan sebuat thread tentang Kubah Batu (oleh Thunderbalt):

http://forum09.faithfreedom.org/viewtopic.php?f=21&t=746

Terakhir, saya tegaskan lagi bahwa prasasti dalam Kubah Batu tidak ditulis oleh Abdul Malik (692), melainkan oleh Al Ma’mun (830/833 M) baik dari segi kesejarahan, maupun dari gaya penulisan kufik Iran-nya.

Kesimpulan

  1. Penanggalan Tahun Gajah telah secara keliru dibuat, bukannya tahun 570 M, melainkan 552 M, dan prasasti Raja Abraha memperlihatkan fakta yang bertentangan dengan klaim tradisi Islam. Ia mengalahkan Arab, sangat mungkin tanpa bantuan gajah. Mungkin ayat itu menyebutkan peperangan lain, yaitu Qudissiyah (636) dalam surah 105. Prasasti Abraha tidak pernah menyebutkan apapun tentang ‘Mekkah’, (padahal konon katanya Mekkah sudah lama ada sejak zaman Ibrahim), ‘Abdul Mutalib’ ataupun ‘suku Quraish’. ! Penanggalan yang seharusnya dimulai tahun 552 M, konsekwensinya, akan menghapus seluruh kronologi dari tradisi Islam yang selama ini dikenakan pada kehidupan Muhammad, mulai dari kelahiran, karyanya, pengabdiannya, peristiwa-peristiwa penting, piagam Madinnah, penerimaan wahyu, sampai meninggalnya. Dengan demikian semua kisah dan catatan dari Sirat, Hadits, dan Sunnah sama sekali tidak bisa diandalkan kesejarahannya. Semua ini karena Abbas ibnu Abdul Muttalib (pendiri dinasti Abbasid) menciptakan karakter palsu, Abdul-Mutalib, untuk membenarkan asal-usul Muhammad. Pada prosesnya Abbasid menciptakan semua kisah yang kita ketahui tentang islam dan nabinya, termasuk Sirah, isnad / jalur transmisi kisah lisan, dan kalifah rashidun, hadist dan mungkin juga (sebagian dari) Qur'an, yang mana kita tidak punya bukti bahwa Qur'an yang beredar pada zaman sebelumnya sudah lengkap seperti yang kita miliki sekarang. Secara historis, tidak pernah ada khalifah sebelum jaman Marwan II pada tahun 748, yang ada adalah emir – atau gubernur provinsi. Dan Dinasti Ummayad tidak bertahan lama. http://forum09.faithfreedom.org/viewtopic.php?p=90797#p90797 dan http://www.free-minds.org/petra.
  2. Dengan demikian, Dinasti Abbasid mengarang dongeng tentang Arab Pusat yang berawal di sekitar Mekkah, Kaabah dan ritual Haji. Dalam QS 48:24 'Maka' bukan nama tempat, melainkan ‘MKK’ adalah Bahasa Arab untuk kehancuran. Tidak ada bukti untuk penyembahan di Kaabah dalam sejarah dunia Arab pra-Islam, dan Bahasa Arab untuk Ka’ab hanya menunjukkan kubus saja, atau tonjolan yang keluar dari sesuatu. Secara tradisional, orang Ismael menetap sepanjang barat laut Arab, terutama di wilayah Midian / Elam.Lebih dari itu, bahasa Arab bukan bahasa agama di Arab pada abad ke-6 (QS 16:103) tetapi Bahasa Nabatea, Aram dan Syria. Semua kata-kata yang bermakna agama Qur'an seperti 'Dua'a' hanya berarti memanggil - bukan doa), 'Abad', hanya berarti melayani - bukan ibadah), 'Deen' hanya berarti kepatuhan – bukan ‘agama’- yang lebih tepatnya bisa ditulis sebagai 'Muzdhab'. Hanya dalam Bahasa Persia maka kata ‘Din’ bisa berarti agama, yakni agama dari Daena Avesta. Begitu pula dengan 'Haji' yang tidak ada hubungannya dengan ziarah keagamaan, tetapi sebuah pertemuan musiman untuk bertransaksi tukar menukar atau jual beli, seerti halnya pasar musiman (QS 22:27; 28: 23-27). http://www.free-minds.org/language
  3. Segala sesuatu tentang Mekkah / Kaabah merujuk pada keyakinan pagan dan politiknya. Pertama tempat suci Islam sama sekali tidak diketahui dari semua bukti-bukti yang kita bisa kumpulkan dari abad ke-6. Apologis Islam harus mengandalkan catatan yang kurang berdasar dari Ptolemy tentang 'Macoraba', sementara Petra akan lebih selaras dengan ‘Moka’ yang ia maksud, baik secara geografis, maupun historis. Menurut QS 37:137-38 nabi setiap hari bepergian melalui reruntuhan yang merujuk ke Petra atau, menurut saya, Hegra. Dalam banyak ayat Qur'an 'Baitullah' diterjemahkan sebagai 'Rumah Allah', dan secara jelas mengacu pada Betel / Sikhem sebagai dasar dari tempat penyembahan Abraham dan Yakub. Kemudian ‘Maqam Ibrahim’ secara alami adalah tempat di mana Yakub membangun sebuah altar dari tumpukan batu (Kejadian 28) yang sebelumnya ia gunakan sebagai bantalan tidur. Begitu pula ‘al Rukn’ dalam Qur'an. Batu hitam hanyalah sisa-sisa pemujaan Dewi Venus (Allat). http://www.bible.ca/islam/library/islam ... awting.htm dan http://www.studytoanswer.net/myths_ch5.html
  4. Qur'an berbicara tentang ‘Bekka’ sebagai tempat suci islam sebelumnya (3.96-97). Nama ini bisa merujuk ke banyak tempat termasuk Petra, Yerusalem (Mazmur 84) atau Galilea. Namun ada sebuah desa Davidik di utara Israel bernama Abel Beth Maakah (2Sam.20.14-18; 1&2Kgs.15, dekat Dan), yang bisa memandang ke Lembah Lebanon Bekaa. Mungkin saja ini asal muasal dari legenda Ratu Sheba. http://forum09.faithfreedom.org/viewtopic.php?p=92737#p92737
  5. Bukti kaligrafi menunjukkan bahwa bahasa Arab berasal dari aksara Aramaean / Nabatean dan bukan dari aksara Arab Pusat (Seperti aksara Mashq Ma'il). Lebih dari itu, tulisan Arab yang berhutang kepada 22 fonem Nabatea, sementara aksara Arab Selatan (Musnad) menggunakan fonem 28 akan lebih tepat. Namun justru aksara ini menghilang pada abad ke 7! http://www.free-minds.org/ayman
  6. Perubahan Kiblat dari Yerusalem ke Mekkah, seperti yang tertulis dalam( QS 2: 142-150) tidak pernah terjadi sekitar tahun 622 tetapi jauh-jauh hari kemudian, berdasarkan semua kesaksian tertulis pada jaman itu, setelah tahun 705 (Yakob dari Edessa, Balahhuri’s Futuh, dll). Muhammad dikatakan buta huruf (ummi, 3.75; 62:2) disanggah, sebab kata itu hanya berarti ia yang tidak faham dengan kitab-kitab suci, atau seorang awam. http://www.free-minds.org/moh dan http://www.faithfreedom.org/forum/viewt ... 48#1089048
  7. Asal usul suku 'Quraisy' terkait dengan Mekah tampak seperti berkabut, tidak terang benderang dalam sejarah nyata. Surrah 106 berbicara tentang iring-iringan caravan, dan itu bisa jadi benar.Namun etimologi dari kata ‘Quraish’ dalam bahasa Elomit / Elam 'Kurasyh' berarti ' yang dianugerahkan untuk merawat' atau ‘penyedia'. Nama ini menyarankan serombongan panjang karavan baik di Jalur Sutra atau Jalur Kemenya. Ini adalah etimologi yang berkaitan dengan bangsa Kurdi. Penggalian kembali Urkish telah membentuk kembali pemahaman kita tentang bangsa ‘Ur Kasdim’. Jadi ‘induk segala desa’ atau ‘induk segala kota (QS 6:92, 42:7) menunjuk kea rah dimana Nuh konon mendarat pertama kali (QS 11:14). Sehingga sangat jauh kenyataannya dari Arab Pusat, karena ia berada di sekitar Suriah Utara dan Irak ! Akar-akar Akkadian dan Siriah di NSR (Ansars/Nasara): http://forum09.faithfreedom.org/viewtopic.php?p=89466#p89466
  8. Singkatnya Arab Pusat bukan tempat kelahiran nabi Islam. Tidak ada 'Mekah', tidak 'Kabah, tidak' haji', tidak 'suku Quraish', tidak 'Muhammad' di abad ke-6. Legenda-legenda ini secara keseluruhan telah dibangun oleh Dinasti Abbasiyah, dari 750 dan, menulis ulang warisan Umayyah (berdasarkan ratifikasi Konstitusi Madinah) dengan motif balas dendam, dan menempatkan diri mereka di pusat kisah-kisah peristiwa itu melalui mistifikasi cerita. viewtopic.php?p=93188#p93188 viewtopic.php?p=93474#p93474
  9. Dari semua kesakian di atas dan juga kesaksian non-muslim kesaksian atas Muhammad histories, saya sampai pada kesimpulan bahwa nabi ini pasti hidup dan berkarya sampai tahun 640-an dan saya juga berpikir bahwa nabi yang ini tidak sama dengan nabi yang satu lagi yang pernah hidup di Madinah.Saya mengidentifikasi Salman dari Persia sebagai sang nabi lemah lembut, dan berasumsi bahwa Muhammad bin Maslamah (bukan Musaylima) sebagai nabi eskatologis yang berperang sebagaimana dijelaskan dalam kesaksian mereka.Maslamah inilah yang digambarkan bercirikan hitam, tinggi dan kokoh, seorang komandan berpangkat rendah yang dikenal berkarakter keras, yang menentang Amr, komandan Mesir, serta membakar istana bin Sad Waqqas, pemenang di Qadisiyyah (636). Dia bagaimanapun bukan laki-laki yang mudah diatasi! Setelah pensiun, ia “membiarkan pedang kayu“ bergantung untuk "menakut-nakuti orang". Benar-benar cocok dengan gambaran Muhammad Historis memang ! Entah dia ataupun Salman yang dijadikan figur nabi yang resmi karena mereka berdua keturunan non - Arab. http://www.witness-pioneer.org/vil/Articles/companion/muhammad_ibn_maslamah.htm dan http://wikiislam.net/wiki/Kinana
  10. Hanya ada lima kali penyebutan MHMD (t) dalam Al Qur'an, yang tampaknya palsu. Tidak ada penyebutan Muhammad sebagai suatu nama diri (proper name) di seluruh Arab Pusat pada abad keenam masehi. Nama ini menjamu hanya setelah Islam muncul sebagai sebuah agama resmi. Semua bukti yang ada memperlihatkan bahwa MHMD(t) adalah julukan apokaliptik bagi Yesus yang disematkan oleh kaum Ismail, yang diambil oleh oleh beberapa panglima perang seperti Muhammad bin Maslamah dalam rangka untuk membenarkan perampokan, penjarahan, dan pembunuhan di belakang tameng pembenaran apokaliptik.
    Sejauh ini prasasti di Kubah Batu berdiri baik sebagai keanehan dan pengecualian yang luar biasa terhadap segala fakta ilmiah yang bisa kita kumpulkan tentang Qur'an dan nabinya sebagai fakta sejarah. Sekarang kita tahu bahwa pembangunan Kubah Batu didedikaskan oleh Al Ma’mun pada tahun 830-833 M dan bukan oleh Abdul Malik tahun 691 – 694, akan menempatkan kita pada terang sejarah yang lebih kredibel.
    Singkatnya, hampir segala sesuatu tentang sejarah Muhammad harus dikembalikan pemunculannya pada panggung redaksi kemunculan dinasti Abbasiyah. Dinasti Umayyah sebelumnya bersandarkan kurang lebih pada ratifikasi Piagam Madinah yang ditanda-tangani tahun 622. Piagam Madinah adalah suatu traktat yang ditanda-tangani oleh persekutuan faksi-faksi Arab, Kristen, Hanif / Sabian, dan Yahudi Mesianik. Mereka tidak memiliki Qur'an seperti yang kita kenal sekarang, dan MHMD dalam benak mereka adalah Yesus apokalips, sang Imam Mahdi yang mereka bersama yakini.

- TAMAT -

Silaturahmi

Mengenai Saya

Foto saya
Orang Jawa, Islam yang nJawani, yang senantiasa berusaha saling asah, asih dan asuh serta hidup berdampingan dengan siapa saja secara damai tanpa saling mengganggu